Sepanjang perjalanan Mika sesekali melirik ke arah pria yang ada di sebelahnya. Dia nampak begitu cuek dan tidak bicara apa-apa. Mika berharap mendapat kejelasan namun sepertinya pria itu memang tidak ingin membicarakannya saat diperjalanan.
"Om, kenapa gak di sini aja sih Om bilangnya? aku harus kerja sekarang." Akhirnya Mika memberanikan diri untuk bicara.
"Kamu tidak perlu bekerja hari ini," ucapnya.
"Nanti aku dikeluarkan Om!"
"Saya tidak peduli."
"Loh kenapa? Nanti aku dipecat gimana Om? Om kenapa bisa bilang begitu? Aku tau kalau Om orang kaya tapi aku itu bergantung sama pekerjaan aku, kalau aku gak kerja nanti gimana aku bisa bertahan hidup. Kalau-"
"Kamu tidak akan dipecat, saya sudah membeli tempat itu jadi stop it!" Tegas Jeff.
"Jangan ngaco, Om! Bahkan Om aja gak tau kan aku kerja di mana?!"
"Caffe de Almond."
Mika melongo, bagaimana mungkin? Semudah itukah pria ini membeli sebuah caffe? Tapi untuk apa? Dia benar-benar mau gila rasanya.
"T-tapi-"
"Stop! Kuping saya mau pecah rasanya," keluh Jeff.
Gerda melirik ke belakang, dia cukup paham dengan posisi gadis yang di bawa oleh boss-nya. Namun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, bisa-bisa dialah yang akan kehilangan pekerjaan.
Beberapa menit pun berlalu, mereka sampai di sebuah mansion besar milik keluarga Dirgantara. Untuk beberapa detik Mika mengagumi keindahan di sini, terlihat sangat bagus, ditambah suasana sejuk dari pohon-pohon yang tertanam di sini.
Tanpa aba-aba kini Jeff menggenggam tangan Mika dan mengajaknya masuk ke dalam. Tentu itu membuahkan protes dari sang empu. "Om, kenapa harus dipegang sih tangannya, bisa jalan sendiri!"
Jeff tidak menjawab, dia tetap membawa gadis itu tanpa melepas tangannya. Lama-lama Mika kesal juga, selain cuek dan berwajah datar, ternyata pria itu juga menyebalkan.
Jeff mengedarkan pandangannya dan mencari keberadaan orang tuanya. Netranya menatap tepat saat melihat mama dan adiknya sedang duduk di meja makan sambil berdiskusi.
"Assalamualaikum," ucap Jeff.
"Waalaikumsalam ganteng." Mona langsung menerima salam dari Jeff dan mencium kedua pipi putranya, meskipun Jeff sangat tidak suka dicium tapi hal yang lumrah untuk mamanya melakukan itu.
"Mika?"
"Kak Elang?" Mika kaget, mati. Bagaimana bisa Elang ada di sini? Sudah lama mereka tidak bertemu, Elang adalah mas crushnya di sekolah. Ahh bisa benar-benar gila Mika sekarang.
"Ngapain sama Kak Jeff?" Elang menatap mereka dengan bertanya-tanya.
Mika menggeleng pelan dan raut wajahnya seolah meminta pertolongan pada Elang.
"Eh ini teh siapa?" Tanya Mona yang kini terpaku pada pembicaraan putra keduanya.
"Ini calon menantu mama," ucap Jeff santai.
"HAH?!" Teriak ketiganya kaget.
"Loh kok ini anaknya kaget juga?" Tanya Mona.
"A-aku gak tau Tante, Om-Om ini culik aku dari sekolah!" Adu Mika cepat.
Mona menatap putra sulungnya itu dengan cepat, apa lagi yang sedang diperbuat putranya ini?
Jeff berdecak, setelah itu dia menyuruh semua orang duduk. Kini posisi Jeff dan Mika berhadapan dengan Mona dan Elang.
"Jelaskan apa maksud dari semua ini, Jeff? Kamu teh gila nyulik anak orang sembarangan? Kumaha kalau orang tuanya nyariin terus kamu di penjara?"
"Dia yatim piatu."
Mika kembali kaget, bagaimana bisa pria itu tau semua hal tentang Mika? Ini baru tempat kerja dan keluarganya, apalagi yang dia tau?
"Ya kalau dia yatim piatu bukan berarti kamu bisa culik sembarangan, Jeffrico!"
"Saya mau menikah dengan dia karena dia punya hutang," jelas Jeff.
"Om! Om aja belum jelasin loh aku punya hutang apa. Sumpah, Tan. Mika walaupun gak punya uang tapi gak pernah berhutang, Om-Om ini salah orang tapi masih ngotot," ucap Mika pada Mona.
"Kamu punya hutang, Mika." Jeff kembali menekankan.
"Hutang apa? Mama papaku yang berhutang? Kalau gitu ya sebutkan aja, Om. Nanti aku berusaha lunasin kalau orang tua aku punya hutang sama Om. Gak perlu bawa aku kesini terus bilang calon menantu ke mamanya Om!" Kesal Mika.
"Kamu yang berhutang."
Mika menghela napasnya, dia benar-benar tidak merasa berhutang apapun tapi kenapa pria itu tetap kekeh? Mona juga merasa bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya ini. Andai suaminya masih ada, Mona memilih menyerahkan permasalahan Jeff pada suaminya.
"Mending lo jelasin, Kak. Ini kenapa, kasian Mikanya," bela Elang yang tak tega melihat raut wajah Mika. Bagaimana pun Elang tau bagaimana kehidupan Mika, meskipun mereka tidak terlalu dekat.
"Ger," panggil Jeff dengan suara barithonnya.
Gerda datang, dia sudah paham dengan apa yang dipinta oleh Jeff. Jadi dia langsung saja membawa berkas-berkas yang tadi dititipkan oleh Jeff sendiri.
"Kamu lupa ingatan? Biar saya ingatkan sekarang."
Jeff mengeluarkan surat yang sudah dia simpan selama 10 tahun itu dan menaruhnya di hadapan Mika. Mika memperbaiki posisi duduknya dan melihat rentetan kalimat yang berada di sana.
- Flashback On -
Jeff merasa frustrasi setelah kehilangan ayahnya. Dia putra sulung yang kini dipaksa dewasa di usianya yang baru 19 tahun. Asisten kepercayaan Ayahnya meminta Jeff untuk menjalankan perusahaannya sejak dini. Sungguh itu bukan keinginan Jeff.
Hari ini, banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan. Di saat seharusnya dia menikmati waktu menongkrong bersama teman-temannya, kini dia tidak ada waktu. Perusahaannya mengalami kerugian karena langkahnya sendiri dalam mengambil keputusan, walaupun tidak besar tapi tetap saja itu adalah sebuah beban.
Mamanya depresi karena kehilangan suami, Jeff benar-benar menanggung itu sendirian. Tidak ada yang bisa diajak berdiskusi, tidak ada yang bisa diajak berbagi, semuanya kalut dengan kesedihan masing-masing.
Jeffrico lelah, dia benar-benar butuh ayahnya di sini. Sekarang dia menghisap sebuah rokok di pinggir mobil sambil menatap jalanan. Entah apa yang Jeff pikirkan, namun dia kini malah melangkahkan kakinya ke tengah jalan.
Dia tidak peduli bagaimana cara mobil menghantamnya, dia tidak bisa menanggung semuanya. Dia ingin mengakhiri hidupnya sekarang juga.
"KAKKK AWAS!!" Saat mobil akan mendekat, seorang gadis belia dengan berani mendorong tubuh Jeffrico sampai akhirnya mobil itu tidak sampai menabrak seorang manusia.
Entah karena gadis kecil itu begitu kuat atau karena tubuh Jeff yang sedang melemah, tapi gadis kecil itu berhasil menyelamatkannya.
"Argghtt!" Geram Jeff.
Gadis kecil itu menatap Jeff dengan lekat. "Kakak kok marah? Aku udah keren jadi polisi, kan?" Tanya gadis itu polos.
Jeff melirik sekilas ke arah gadis kecil itu. "Kamu kenapa tolongin saya?!" Kesal Jeff sambil berdiri dari posisinya. Bahkan gadis kecil itu sangat pendek. Benar-benar gadis kecil pemberani.
"Ya kan aku mau jadi polisi. Sama-sama, Kak."
Jeff menghela napas. Akhirnya dia menyerah, tidak ada gunanya juga berdebat dengan anak kecil. Bahkan gadis itu nampak ceria saja karena merasa telah menyelamatkan Jeff. Dasar bocil.
"Mana orang tua kamu?" Tanya Jeff.
"Aku baru pulang sekolah, Kak. Biasanya papa jemput aku di sini, tapi belum datang," jawabnya.
"Nama kamu siapa?" Tanya Jeff lagi.
"Nama aku Mika, Kak. Aku sembilan tahun," jawabnya sambil tersenyum.
Jeff lagi-lagi menghela napasnya, bisa-bisanya orang tua gadis kecil ini membiarkan anaknya dipinggir jalan raya sendirian.
"Yaudah, kakak tungguin sampai orang tua kamu datang." Jeff menuntut gadis kecil itu dan menyeberang mendekati mobilnya.
Jeff tidak tega juga jika meninggalkan Mika sendirian, ya meskipun dia kesal karena diselamatkan anak kecil. Jadi dia memutuskan untuk menemani Mika sampai dia dijemput.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Wiwik murniati
mampir thor
2024-08-20
0
Gita Risnawati
mampir 🤭
2023-01-27
1