Hari-hari terus berlalu dengan cepat.
Beberapa kali Freya bertanya pada pelayan kecil itu tentang di mana laki-laki itu berada, sayangnya apa yang pelayan itu katakan tetap sama. Ia tidak tahu di mana laki-laki yang tidak ia ketahui namanya itu berada.
“Nona, apa Anda tidak ingin keluar? udara di sekitar mansion ini sangat bagus, atau apakah Anda ingin berenang? saya akan menyiapkan apa saja yang diperlukan jika memang Anda ingin berenang.”
Melihat wajah semangat dari Rea, Freya hanya bisa mengangguk pasrah. Ia merasa jika dirinya kini tak ada bedanya dengan seorang tawanan, yang luang lingkup untuk bergerak sangat terbatas.
Walaupun dirinya tak pernah dilakukan dengan buruk, entah karena alasan apa. Freya bahkan berfikir jika ia akan mati kalau misinya gagal.
Kemanapun Freya pergi melangkah, Rea akan terus saja menemani dirinya. Bukan Freya yang bodoh ataupun tidak ada usaha untuk keluar dari sini. Ia pernah memberikan obat tidur pada Rea dan berencana keluar dengan melewati jalur laut, tapi sayangnya ia gagal lagi.
Sistem keamanan itu sangat kuat, bahkan saat Freya baru saja berenang 3 meter, laki-laki baju hitam yang menggunakan helikopter langsung mengetahui akan rencananya.
...****************...
“Bukankah ini sangat indah nona?” teriak Rea girang yang terus saja berenang disekitar laut yang berada di pinggir.
Laut itu tidak terlalu dalam, tapi jika sampai terlalu jauh seseorang menyelam, maka kedalamannya itu tidak bisa diketahui dengan jelas.
“Rea,” untuk pertama kalinya Freya yang tidak pernah menyebut nama pelayan kecil itu, ia akhirnya memanggil nama dari pelayan kecil itu.
Pelayan kecil itu menoleh, ia terlihat sedikit senang karena sepertinya Freya mulai menerima dirinya.
“Apa kamu tidak bosan terus tinggal di sini?” tanya Freya pada Rea.
Gelengan langsung Freya lihat sebagai jawaban.
“Tidak! saya justru sangat senang bisa tinggal di sini. Dan saya rasa, hanya tempat ini yang menurut saya terasa sangat aman dibandingkan dengan dunia di luaran sana,” ungkap Rea, entah kenapa tatapan sedikit kosong itu terlihat. Hingga Freya yang melihat itu merasa iba entah karena apa.
“Apa ada sesuatu hal yang kamu takut 'kan di luaran sana?” entah trauma apa yang Rea miliki itu, Freya yang tidak tahu hanya bisa bertanya.
“Hanya merasa lebih nyaman saja,” senyuman langsung Rea tunjukkan pada Freya, seolah Rea mengatakan ia tidak ingin untuk menceritakan masa lalunya.
Sadar akan hal itu, Freya hanya mengangguk. Ia yang telah bersama dengan pelayan kecil itu tanpa sadar merasa sudah cukup dekat, padaha baru beberapa hari saja mereka bersama.
“Apa tidak sebaiknya kita masuk ke dalam?” tanya Freya yang langsung Rea jawab anggukan.
“Ayo nona kita langsung masuk, biarkan saya yang akan bawakan barang-barang Anda,” kata Rea yang selalu tersenyum cerah.
...****************...
Saat kembali di kamarnya.
Freya beralasan ingin sendiri pada Rea, ia yang akhirnya memiliki kesempatan untuk sendiri. Dan tanpa berkata apa-apa, Freya akhirnya mencoba membuka ponsel yang tadi ia bawa, ponsel yang berhasil ia sembunyikan dari orang-orang mansion.
Mencoba untuk menghubungi ayahnya, tapi sayang sekali ayahnya tidak mengangkatnya sama sekali. “Kenapa tidak diangkat juga? apa Ayah kini sedang sibuk?” tanya Freya pada dirinya sendiri.
Akhirnya karena terus-menerus tidak ada jawaban, Freya memilih untuk menelepon kekasih sekaligus tunangannya itu, tapi sayangnya sinyal yang tadi ada mendadak menghilang.
“Sial! kenapa tidak ada sinyal di sini? padahal tadi sempat ada,” kata Freya yang kesal hingga membanting ponsel miliknya ke arah kasur.
Freya berbaring, ia lalu menunduk dengan sedikit mengusap rambutnya sedikit kasar. Freya bingung, ia bingung bagaimana caranya untuk pergi dari tempat ini.
Freya tak tahu alasan dengan jelas kenapa ia bisa di bawa ke sini oleh laki-laki itu, padahal tempat ini adalah tempat yang sangat terpencil walau memiliki sejuta keindahan yang tak ternilai.
“Kemana orang itu pergi?” kesal Freya menjambak rambutnya karena kesal.
Freya tidak pernah sekesal ini dalam hidupnya, ia yang selalu berhasil dalam menjalankan misi, merasa tidak terima dengan kekalahan. Seolah ka kini menjadi seorang tawanan, hingga ia yang memiliki sifat yang mencintai kebebasan itu merasa frustasi dengan ini semua.
“Kalau tahu seperti ini, lebih baik aku membunuh orang itu tanpa perlu pikir panjang.”
...****************...
Yoshua yang kini berada di dalam mobilnya, ia langsung menghentikan mobilnya itu dipinggir jalan. Sudah berhari-hari Yoshua berusaha untuk mencari keberadaan Freya, tapi semenjak misi itu, seolah tak ada jejak, Freya hilang entah ke mana. Hal itu tentu membuat Yoshua merasa frustasi.
“Kamu kemana Freya? jangan bilang kalau kamu gagal dalam misi ini! aku benar-benar tidak bisa menerima kenyataan jika kamu mati,” kata Yoshua yang memang sudah dari dulu tergila-gila dengan Freya.
Drttt ...
Tiba-tiba ponsel Yoshua bergetar, melihat jika adik dari Freya yang menelepon. Tanpa berkata apa-apa Yoshua langsung saja mengangkatnya.
“Apa kamu sudah mendapat kabar keberadaan Kakak kamu sekarang?” tanya Yoshua. Itu yang pertama kali ia tanyakan saat panggilan itu ia angkat.
“Belum Kak, Ayah sama Ibu masih berusaha untuk mencari keberadaan Kak Freya, apa Kakak sudah menemukan di mana Kak Freya berada?” tanya Greta yang seharusnya ia tidak perlu menanyakan itu lagi.
Bukankah sudah sangat jelas jika Yoshua tadi bertanya padanya, itu tak lain karena memang Yoshua belum bisa menemukan di mana Freya berada saat ini.
“Tidak! aku sudah mencarinya keliling kota. Seluruh kota sudah aku cari dan jamah, hanya saja belum ada tanda-tandanya sama sekali. Jejaknya pun itu seolah hilang entah kemana,” kata Youshua yang kini terdengar sedikit frustasi.
“Jangan terlalu dipikirkan Kak, Greta yakin tidak akan ada sesuatu hal yang akan terjadi pada Kak Freya, dia akan baik-baik saja. Bukankah kita tahu seberapa hebatnya dia? jadi Kakak juga harus memperhatikan kesehatan Kakak. Bila perlu, Greta nanti akan ikut untuk mencari keberadaan Kak Freya.”
“Baiklah, terima kasih karena sudah mengingatkan. Aku akan pulang kalau begitu. Jika nanti ada berita mengenai hal yang berhubungan dengan Kakak kamu, apapun itu! jangan lupa katakan padaku,” ucap Youshua, ia yang seakan mengatakan jika ada jejak mengenai Freya, ia harus tahu. Sekecil apapun itu jejak Freya, Yoshua tak peduli.
“Iya Kak, jangan lupa istirahat.”
......................
Setelahnya panggilan tertutup begitu saja, dan pada akhirnya Yoshua pun kembali ke rumahnya itu, tapi pada saat ia masuk, tatapan tak suka dari ibunya kini terlihat jelas.
“Ke mana saja kamu? apa masih mencari wanita yang bernama Freya itu?” nada sinis dan tak suka itu mulai terdengar menghina.
“Mah, Freya hilang. Jadi Yoshua harus mencarinya,” jelas Yoshua yang justru langsung mendapat tawa meledek.
“Biarkan saja wanita monster itu mati! untuk apa kamu pedulikan dia. Setidaknya Mamah akan lebih menyukai Greta yang sangat manis dibandingkan wanita monster yang bernama Freya,” nada sinis kembali terucap dari mulut wanita bernama Erna, ibu dari Yoshua.
“Mah, Freya bukan monster! dia melakukan itu semua karena perintah dari ayahnya langsung!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments