Di tengah malam.
Saat ini waktu menunjukkan pukul dua dini hari, dan Freya yakin jika diwaktu saat ini, target yang akan ia bunuh sudah tertidur dengan pulas.
Dengan mengenakan pakaian hitam yang sangat tertutup, Freya berjalan mengendap-endap dengan pelan.
“Aman,” kata Freya yang berhasil melewati lorong yang satu ke lorong yang lain.
Di sepanjang lorong, banyak terdapat ruangan yang hampir sama, hal itu membuat Freya yang melihat sedikit pusing dan tidak tahu ia harus apa.
“Di mana kamar itu?” tanya Freya yang untuk pertama kalinya ia sedikit kebingungan.
Bagaimana Freya tidak merasa kebingungan jika saja ia tidak tahu jelas siapa orang yang akan ia bunuh, dan Freya juga tidak mengenal jelas letak kamarnya. Ayahnya hanya mengatakan dimana tempatnya saja tanpa memberitahu detailnya.
“Seperti ada hal yang ganjil,” ungkap Freya yang merasa sedikit heran. Ia seperti merasa suasana ditempat itu sangat amatlah sepi.
Tempat yang harusnya ramai dengan pengunjung dari banyaknya para pengusaha elite, justru tempat itu kini sangat sepi sekali. Bukankah ini aneh?
Meskipun merasakan hal yang sangat ganjil, tapi Freya yang merasa jika ia tidak memiliki pilihan selain maju, karena ia tak mungkin untuk mundur meski ia merasa ada sesuatu hal yang tidak aman.
“Ingat! lakukan tugas kamu dengan benar! jangan buat kesalahan! tuan tidak akan pernah mentoleri kesalahan yang kamu lakukan, sekecil apapun itu.” Dua orang pelayan yang sepertinya bukan pelayan biasa. Dengan seorang kepala pelayan yang seolah sedang menasehati pelayan baru yang kini sedang membawa nampan ditangannya.
Freya yang kini sedang bersembunyi, ia tentu hanya diam, menunggu kepala pelayan itu pergi dari sana.
Setelah kepala pelayan itu pergi, Freya melihat jika pelayan baru tadi hanya diam di depan ruangan yang seolah berbeda dari ruangan yang lain yang ada di sana.
Freya melihat jika pelayan itu gemetaran ketakutan saat kepala pelayan sudah pergi entah kemana. Dengan berusaha tenang, pelayan itu pun masuk.
...****************...
Prangg
Prangg
Tapi tak lama terdengar suara piring pecah, dan juga terdengar suara teriakan dari pelayan tadi, yang sempat masuk ke kamar hotel khusus.
“Tuan ampun, ampuni saya, saya benar-benar tak sengaja melakukan itu,” teriakan pelayan itu terdengar memohon dengan ketakutan.
“Keluar!” satu kata yang seolah bisa dipastikan jika itu suara dari seorang laki-laki.
Tak lama, Freya melihat jika pelayan itu langsung keluar dengan gemetaran serta penuh air mata. Memang tidak ada tanda yang memastikan jika pelayan itu sudah di siksa atau dilecehkan oleh orang yang ada di dalam ruangan itu.
Tapi tetap saja, Freya yang sangat tidak menyukai jika ada seorang laki-laki yang seolah menggertak wanita, ia malah semakin ingin membunuh laki-laki itu.
“Selama ini, para klien yang aku buat lumpuh dan tidak berguna adalah orang-orang brengsek yang tidak tahu mengenai aturan,” kata Freya sedikit mengingat-ingat.
“Dan karena ini pertama kalinya aku bisa melihat secara langsung seorang yang menggertak wanita, sebagai gantinya bukankah kamu harus segera mendapatkan balasannya langsung,” kata Freya dengan senyum dingin.
Tanpa berkata apa-apa, saat dirasa aman, Freya mendekati ruangan itu. Beruntungnya ia memiliki sebuah ingatan yang sangat tajam, meski ia hanya melihatnya dari jauh dan hanya sekali, tapi ia bisa mengingat jelas kata sandi yang kepala pelayan itu tekankan pada tombol yang ia lihat.
Rumit sekali rasanya kata sandi itu, makanya, jika orang biasa mungkin tidak akan bisa mengingat itu dengan sangat jelas, dan karena tadi orang yang memencet sandi itu adalah kepala pelayan, wajar saja jika ia mengingatnya.
Sepertinya kepala pelayan itu telah bekerja sangat lama. Ia bahkan mengingat jelas sandi rumit itu.
...----------------...
Ting
Bunyi pintu yang terbuka.
Sedikit terkejut dengan bunyi itu, karena Freya yakin jika orang yang di dalam sadar akan kehadirannya.
“Ada apa lagi?” suara dingin yang bisa saja langsung membuat merinding, tapi di saat bersamaan suara itu terdengar bagai sebuah melodi.
Entah, seakan suara itu terdengar memiliki kekhasanya sendiri dari laki-laki itu.
Kini Freya hanya diam, ia tidak bergerak sama sekali, seolah sedang berfikir. Pantas saja jika pelayan tadi merasa ketakutan, jelas tuannya ini sedang marah.
Laki-laki itu sangat amat tampan, dengan wajah yang tak tersentuh, walau terlihat hanya dari arah samping. Laki-laki itu kini terlihat sedang mengelap tangannya dengan tisu hingga beberapa kali, seolah laki-laki itu kini sedang membersihkan kuman yang bagi dirinya sangat menjijikkan.
“Apa pelayan tadi menyentuh tangan tuannya itu tanpa sengaja?” pikir Freya, entah karena pelayan tadi tak fokus atau karena gugup. Hingga dia bisa sampai menyentuh tangan tuannya.
Terbukti dari piring yang berceceran, seolah itu karena keteledoran pelayan tadi yang tidak fokus.
Merasa tak ada yang beres, laki-laki yang bernama George itu memilih untuk berbalik. Ia lalu menatap ke arah Freya yang terlihat masih terpaku.
“Apa ada tikus lagi yang masuk ke sini?” sinis lelaki itu, ia terlihat santai sekali padahal tahu jika orang itu adalah orang yang berbahaya untuk dirinya.
Freya yang dipanggil dengan sebutan tikus, tentu ia merasa kesal dan tidak terima. Tanpa berkata apa-apa, Freya langsung berjalan dengan langkah cepat.
Seolah Freya tidak menampakan kakinya langsung, hingga suara kakinya saja tidak terdengar.
“Tuan, apa Anda tidak merasa takut mati?” sinis Freya, ia kini menahan kedua tangan laki-laki itu dengan secepat kilat, pisau tajam yang ia bawa berada tepat dileher laki-laki itu.
“Sedikit saja Anda bergerak, Anda akan mati!” kata Freya yang terdengar mengancam. Ia semakin kuat mencengkram kedua tangan laki-laki itu seolah ia sedang menguncinya.
“Heh, rupanya pembunuh yang dikirim hari ini bukan orang biasa,” sinis George Clooney.
George yang seolah sudah terbiasa dengan ada banyaknya pembunuh yang ditempatkan untuk membunuhnya, hingga laki-laki itu merasa bosan dengan para musuh yang terus saja mengirim pembunuh bayar untuk bisa membunuhnya.
“Apa Anda benar-benar sedang menantang saya? Anda ingin agar saya membunuh Anda langsung?”
Freya terdengar mengeluarkan nada mengancam yang terdengar tak main-main. Hingga aura yang selalu ia sembunyikan itu muncul, aura itu adalah aura membunuh penuh ancaman.
Padahal Freya yakin, jika tanpa mengeluarkan aura membunuh itu, orang yang akan ia lumpuhkan itu akan merasa takut. Tapi di depannya kini, laki-laki yang terlihat amat sangat tampan itu, seolah tidak pernah memiliki rasa takut apapun.
“Apa kamu mengancam saya?”
Krekk
Akhh!!
Srettt
Gerakan itu terlalu tiba-tiba, hingga Freya yang tak sadar jika dirinya itu lengah. Kini laki-laki itu malah berhasil mengarahkan pisau miliknya ke arahnya, dan itu dengan tangannya sendiri yang sedang laki-laki itu pegang.
Ini terlalu gila bagi Freya!
Ia yang dijuluki si mawar berduri tak terkalahkan, dan untuk pertama kalinya ia berhasil dikalahkan, dan itu oleh laki-laki yang ada dihadapannya ini.
“Anda curang!” entah kenapa kata itu yang justru keluar dari mulut Freya yang tak pernah mengira akan kalah seperti ini.
“Curang? apakah ada hal yang namanya curang dalam mempertahankan nyawa?” ledek lelaki itu dengan nada sinisnya.
Padahal Freya yakin jika ia sudah memegang kedua tangan laki-laki itu dengan erat, ia juga mengunci gerakan laki-laki itu agar tidak bisa untuk melawan. Tapi nyatanya?
Freya justru kalah hanya dalam sekali gerakan.
“Aku akan melepaskan kamu, tapi dengan satu syarat.”
George menatap dalam ke arah Freya, seolah ia terlihat sedang menguliti Freya hanya dengan tatapannya saja.
Padahal Freya itu sangat yakin jika laki-laki itu memiliki penyakit OCD parah. Tapi ia tiba-tiba memegang tangan serta rambut panjang Freya, seolah ia sedang memastikan sesuatu dengan pasti.
George langsung menyentuh wajah Freya hingga wanita itu merasa risih dan tidak suka akan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments