Happy Reading~
Kring!!!
Suara bel pulang berbunyi begitu nyaring. Seluruh siswa berlarian menuju gerbang sekolah yang kini terbuka lebar untuk mereka. Terkecuali untuk Lusia yang kini sedang berada di halaman sekolah.
Ethan yang tak sengaja melihat Lusia pun berlari mendekatinya sambil membawa beberapa buku besar yang nampak berat.
"Lusia!" Seru Ethan dari arah belakang.
Sontak Lusia dibuat kaget olehnya dan langsung menoleh ke arah Ethan.
"Kamun ngapain masih disini? Biasanya langsung pulang" Tanya Ethan merasa sedikit heran dengan Lusia.
"Gara gara kemarin aku bolos, jadinya hari ini aku dapet hukuman buat bersihin seluruh halaman sekolah sampe bersih. Ngga boleh ada satupun sampah yang tersisa, itu kata Bu Lorena" Jelasnya.
Tak lama setelah itu, Lusia mulai membersihkan halaman sekolah dari arah timur. Dia mengambil sampah sampah untuk di masukkan nya kedalam plastik sampah besar yang sudah disiapkan.
"Aku bantu, ya" Ucap Ethan tersenyum pada Lusia dengan tangannya yang sudah mulai memegang sampah.
"Boleh"
Sore itupun berlalu begitu cepat. Pekerjaan menjadi ringan jika dilakukan bersama sama. Tak memakan waktu lama, akhirnya mereka berdua pun selesai membersihkan sampah di halaman sekolah yang begitu luas. Mungkin Lusia tak akan sanggup jika dirinya membersihkan sampah ditempat seluas itu sendirian.
Karena lelah, mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak dan duduk di sebuah kursi panjang di halaman itu.
Beberapa saat kemudian, Lusia yang sedari tadi menatap langit langit penuh harapan itu tiba tiba bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan Ethan tanpa berbicara sepatah katapun padanya.
"E... eh?" Ethan kebingungan. Namun ia tidak menyusul Lusia melainkan masih terduduk di kursi itu.
Belum jauh dari tempat sekolah, Ethan tiba tiba memanggil nama Lusia yang kedua kalinya dari arah belakang.
"Lusia! Tunggu!" Teriaknya dengan suara nafas ngos-ngosan. Lusia pun menghentikan langkahnya sejenak dan menoleh ke belakang. Dia melihat wajah Ethan yang berlari sambil tersenyum lebar padanya.
Mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang bersama. Tetapi karena hari sudah cukup larut, Lusia langsung pergi ke tempat kerjanya tanpa harus pulang terlebih dahulu.
Tiba di sebuah tempat, Lusia berhenti dan menyuruh Ethan untuk melanjutkan perjalanan pulangnya. Ternyata jalan menuju cafe dimana tempat Lusia bekerja itu satu arah dengan rumah Ethan.
"Aku mau ke cafe buat kerja. Kamu hati hati dijalan, ngomong ngomong.... makasih buat hari ini" Cetus Lusia tanpa sesekali menatap wajah Ethan.
Ethan yang mendengar ucapan terima kasih dari Lusia yang pertama kalinya ini membuat dirinya semakin yakin untuk bisa menjaga Lusia kedepannya. Karena selama ini, Ethan yang terus terusan membantu Lusia pun belum pernah mendengar ucapan terima kasih darinya.
"Sama sama" Balas Ethan kemudian langsung beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Setelah kepergian Ethan, Lusia pun masuk kedalam cafe itu sebagai pelanggan karena jam kerjanya belum dimulai.
2 jam telah berlalu dan ini sudah waktunya bagi Lusia untuk segera memulai pekerjaannya. Tetapi kali ini Lusia datang ke tempat kerja tidak mengenakan seragam kerja melainkan dengan seragam sekolahnya.
Belum sempat melayani satupun pelanggan di sana, pemilik cafe tiba tiba datang dan memanggil namanya. Jarang jarang dia datang ke cafe nya untuk melihat keadaan di sana, tetapi kali ini dia mampu menyempatkan waktunya untuk datang ke cafe nya sendiri meskipun tidak diketahui apa tujuan kedatangannya.
"Lusia, saya mau bicara sebentar sama kamu" Ucapnya seraya menarik tangan Lusia.
Lusia hanya terdiam sambil bertanya tanya dalam hati, "Kenapa dia panggil aku?"
Mereka pun duduk di kursi yang biasanya hanya untuk para pelanggan saja. Kemudian pemilik cafe itu mulai membuka pembicaraan.
"Maaf, karena ada suatu hal... kamu terpaksa saya pecat"
Sontak hal itu membuat Lusia sangat terkejut dan jadi tidak dapat berkata apa apa.
"Tapi saya pecat kamu itu bukan karna kesalahan kamu, melainkan karena ada masalah di cafe. Jadi... mulai hari ini, saya dengan berat hati berhentiin kamu bekerja"
Lusia pun hanya bisa menangis dalam hatinya meskipun sebenarnya ia ingin sekali menangis dihadapan beliau.
"Ngga papa Bu, saya juga ngertiin kok. Mungkin selama saya kerja di sini saya banyak salah, tolong dimaafin ya. Kalo gitu, saya permisi. Makasih buat semuanya" Ucapnya sambil beranjak dari kursi. Langkahnya perlahan mulai meninggalkan tempat tersebut.
~
Sesampainya di rumah, keluarga Lusia kaget dengan kedatangan Lusia yang tak biasanya. Ayahnya yang terlihat sedang mabuk itu menatap Lusia dengan tatapan heran. Sedangkan Ibu dan adik tirinya hanya menatapnya dengan tatapan ingin mencemooh dirinya.
"Kok jam segini udah pulang?" Tanya Emma sembari mendekati Lusia.
"A--aku,, aku dipecat" Ucapnya gugup.
Plak!!!! Sebuah tangan mendarat di pipi mulusnya itu. Namun Lusia tidak dapat berkutik karena ia hanya seorang diri yang tidak mampu melawan mereka.
"Kamu kerjanya ngga bener kan, makanya dipecat?!!" Omel Kyne selaku Ayah kandung Lusia.
Perlahan, Lusia meneteskan air matanya didepan mereka semua. Ia terduduk di lantai dengan tubuh tak berdaya.
"Hiks... aku minta maaf. Tapi ini semua bukan salah aku.... hiks.... aku janji bakal cari pekerjaan lagi" Ia terus melontarkan kata kata sambil merintih tidak tahan ingin mengeluarkan tangisnya.
Namun apa yang terjadi? Mereka tidak perduli pada Lusia dan hanya membiarkan nya di sana. Yang mereka perdulikan adalah yang terpenting Lusia bisa mendapatkan pekerjaan lagi setelahnya.
"Baguslah kak" Celetuk Maria yang terlihat santai dengan HP nya.
Malam itupun Lusia lewati dengan tangisan yang tak henti hentinya keluar dari kedua matanya.
***
Pada saat tengah malam, dimana semua orang sudah tertidur, Kyne tiba tiba mendapat sebuah panggilan dari seseorang yang tidak ia kenal. Dengan perasaan campur aduk, dia pun memberanikan diri untuk mengangkatnya.
"Halo" Suara itu terdengar jelas di telinga Kyne. Suara yang terdengar seperti seorang pria pengusaha dan arrogant.
"Ah, ha--halo? Siapa, ya?" Tanya Kyne yang sebenarnya merasa ragu.
"Aku Bill Amedeo. Apa kau mengenalnya?" Cetus pria itu yang ternyata adalah Bill.
"Bill?!!" Kyne terkejut setengah mati saat mendengar bahwa yang menelepon dirinya adalah Bill. Seorang pria yang sudah memegang banyak perusahaan di usianya yang masih begitu muda. Dia berharap akan ada keberuntungan setelah ini.
"Tentu saja! Aku mengenalnya!"
"Jadi, aku ingin mengajakmu untuk bertemu sekarang" Dengan suara arrogant Bill mengajak Kyne untuk bertemu dengannya.
"Kita bertemu di restoran xxx" Ia pun langsung mengakhiri panggilannya seperti seorang penipu saja yang ingin menipu seseorang dengan cara menemuinya.
Tidak berpikir panjang, Kyne langsung bergegas menuju tempat yang tadi disebutkan oleh Bill. Ia menaiki sebuah taxi yang lewat di depan rumahnya dengan mengenakan pakaian biasa.
"Hehe.... apa ini keberuntungan? Kalo aja dia kasih aku milliar an rupiah, aku bakal beli wine yang termahal!" Pikirnya dalam hati dengan perasaan yang begitu senang.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
pembaca😊
bapak gak tau diri udah tua juga gak ada otak
2023-02-02
0
🍷Asisten Cesliea🍷
bapak lusia kurang obat gk tuh
2022-12-09
0
Yunerty Blessa
bapa lusia kaki mabuk.. tidak mau bekerja
2022-12-09
1