Pagi-pagi ini semuanya sudah berkumpul di meja makan. Si baby twins dengan kaki kecil mereka berjalan ke arah Mira dan Raka. Melihat mereka begitu riang membuat Devan dan Ella cuma tertawa kecil lalu melirik sinis ke Rafa yang asik makan sambil mendengarkan gadget. Rafa hanya mengabaikan satu pasutri ini. Tahu mereka marah padanya.
"Ululu, cucu Mami sudah besar ya, sudah lincah berjalan." Mira dengan perhatian mendudukkan Vinoa pada pangkuannya. Sedangkan Vina berada di pangkuan sang Kakek, Raka. Terlihat baby twins dengan manja meminta pada mereka.
"Mami! Papi!" panggil Zeli dari arah anak tangga. Gadis muda yang sudah berumur 17 belas tahun. Penampilannya yang dulu tomboy mulai perlahan sedikit diubah.
"Zeli berangkat dulu ya, Mi,"
"Loh mau kemana? Ini kan masih hari libur?" tanya Raka pada putri bungsunya.
"Biasa, Pi. Aku pergi dulu ya, dah Vino Vina." Pamit Zeli sambil mecubit dua pipi Vino dan Vina lalu pergi keluar dari mansion dengan pakaian olahraga. Devan dan Ella hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah Zeli.
"Kalau begitu aku juga mau keluar, Mi," ucap Rafa sudah selesai sarapan.
"Mau kemana?" tanya Mira.
"Em itu, mau urus sesuatu di rumah teman."
Lelaki tampan itupun beranjak dari kursinya, ia tahun ini sudah berusia 22 tahun. Saat ingin melangkah pergi, Vina turun dari pangkuan Mira. Anak kecil ini meraih tangan Rafa.
"Momo," panggil Vina membuat semua mata teralih padanya kecuali Vino yang asik mengunyah.
"Eh, momo?" Rafa berjongkok di depan Vina. Tak sangka anak satu ini sudah menyebut kata lain selain 'Mama' dan 'Papa'. Begitupun Devan agak risih melihat putrinya manja pada Rafa.
"Vina mau apa, Nak?" kata Rafa mengajaknya bicara.
"Momo." Sekali lagi hanya bisa berbicara seperti itu. Rafa jadi kebingungan melihat Vina merengek padanya.
"Sayang, kamu tahu artinya itu?" tanya Devan berbisik pada Ella.
"Aku juga tidak tahu," jawab Ella mengangkat bahu.
"Momo, momo." Lagi-lagi Vina merengek. Ny. Mira berdiri lalu mengambil Vina.
"Sepertinya Vina ingin ikut denganmu, Fa."
Rafa hanya cengingiran mendengar Ibunya. Dengan lembut Rafa membelai rambut Vina.
"Om keluar dulu, keponakan cantik Om di sini saja." Vina semakin merengek melihat Rafa ingin pergi.
"Momodo!" pekik Vina mulai mewek.
"Pffft, ahaha." Devan seketika tertawa mendengar panggilan putrinya ke Rafa.
"Loh kamu kenapa, honey?" Ella terheran-heran melihat suaminya tertawa.
"Momodo? Pfft, ahahaha sekalian panggil komodo saja!"
Rafa kini sadar dengan satu hal, ternyata nama panggilannya adalah Om bodoh, Vina yang melihat Ayahnya tertawa jadi berhenti merengek lalu ingin ke Devan.
"Papado," rengek Vina. Seketika semua orang tertawa. Terutama Rafa membuat Devan cemberut ditertawai.
"Hahaha, aku pergi dulu. Sudah telat nih, dah Mi." Rafa segera keluar ke arah motornya lalu pergi meninggalkan mansion. Vino memeluk Raka ingin diajak main. Sedangkan Vina masih merengek pada Devan. Ella dan Ny. Mira hanya tertawa kecil dengan tingkah si kembar.
Setelah sarapan, Vino dan Vina diambil oleh Ny. Mira dan suaminya. Sedangkan Ella membantu para pelayan untuk membereskan ruang dapur.
Ella tak bisa berhenti senyum-senyum sendiri sambil mencuci piring. Seketika Devan diam-diam mengagetkannya.
"Hayoo, lagi mikirin apa nih?" tanya Devan sudah berdiri di dekatnya. Ella menunduk malu lalu melihat Devan.
"Itu Vina tadi, dia lucunya kelebihan. Bisa-bisanya panggil Rafa seperti itu,"
"Ya aku sih tidak masalah, lagian cocok juga dipanggil-"
"Momodo?" ucap Ella dan Devan bersamaan.
"Ahaha, kau juga Papado," kata Ella mencolek wajah suaminya.
"Yee, kau juga Mamado," ejek Devan balas colek.
"Ahaha, sudah deh. Kau pergi kerja gih, jangan ganggu aku dulu. Nanti cuci piringnya tidak selesai-selesai." Ella mengusir Devan. Tapi Devan tak mau lalu memeluk Ella dari belakang.
"Ish, kamu ini. Lepasin aku, banyak pelayan yang lihat tahu!" cetus Ella tak enak dipeluk sekarang.
"Tidak ada pelayan, sudah kuusir semua."
Ella mematung mendengarnya, apalagi Devan mulai lagi dengan kekonyolannya.
"Ih kamu mau apa?" risih Ella merasa lehernya dikecup.
"Malam ini kita bikin debay, mau gak sayang?"
Ella terkejut langsung berbalik.
"Maksudnya?"
"Kita tambah satu anak mau gak?" mohon Devan.
"Iih, kamu! Pergi kerja gih, urus dua anak saja sudah susah tau. Apalagi Vino dan Vina masih kecil,"
"Tapi kalau sudah besar, bisa tambah satu kan?" Lagi-lagi Devan memohon.
"Tau ah, aku mau cuci piring dulu."
Devan tertawa kecil melihat Istrinya ngambek. Dengan lembut, Devan hanya mengacak-acak rambut Istrinya lalu meraih tangan Ella.
"Kalau sudah selesai cuci piring. Kamu ke ruang kerjaku ya sayang." Kata Devan tersenyum. Ella mengangguk dan melihat Devan pergi lalu melanjutkan pekerjaannya.
Setelah cuci piring, Ella berjalan menaiki anak tangga. Saat mau masuk ke ruang kerja Devan. Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Hm, siapa hubungi aku pagi-pagi begini?"
Ella meraih ponselnya di dalam saku kemudian melihat si pemanggil.
"Aline? Ada apa?" pikir Ella segera mengangkatnya.
"Halo, Aline ada apa?" tanya Ella berdiri di dekat pintu belum masuk ke dalam ruang kerja Devan.
"Kak, gawat! Kak Elisa berdebat lagi sama Papa," ucap Aline terdengar panik.
"Apa?" Ella terkejut setelah mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments