"Ada apa, Presdir?" tanya Hansel berhenti.
Devan mengambil dua gelas anggur merah di atas meja lalu memberinya pada Hansel.
"Ini kau bawa ke taman,"
"Buat apa, Presdir?" Hansel bingung dengan dua gelas anggur merah di tangannya itu. Devan terdiam mulai susah mencari alasan.
"Ah itu, siapa tau kau temukan bunga yang layu di sana, jadi kau bisa pakai ini untuk menyiramnya. Mungkin saja besok bunganya mekar dan sehat kembali." Jelas Devan sedikit kikuk menjawabnya. Merasa ini alasan yang paling bodoh menyuruh Hansel menyiram bunga di jam 23.30 tengah malam.
Hansel juga heran tapi karena ini sebuah perintah jadi Hansel mengerti saja, padahal dalam hatinya ia ingin tertawa mendengar kemauan Atasannya yang konyol ini.
"Baik, Presdir. Kalau begitu saya permisi." Hansel menunduk sedikit lalu berjalan pergi ke taman.
"Huftt, syukurlah aku selamat malam ini. Sekarang aku harus cari Ella. Dia ini kenapa malah menyuruhku ke taman? Dan hibur Elisa hanya berdua saja? Yaialah aku tidak mau, dasar istriku tersayang, kemauannya ada-ada saja." Devan mengatur nafas lalu melihat baby twinsnya yang masih digendong oleh Ibu dan ibu mertuanya yang sibuk memperkenalkan pada tamu pesta malam ini. Langkah kakinya kini mulai menaiki tangga mencari keberadaan Ella. Istri kesayangannya.
Hansel masih berjalan mencari bunga yang pas untuk kemauan atasannya. Dengan dua gelas anggur merah di tangannya itu, Hansel berhenti sebentar.
"Memangnya bunga bisa disiram pakai anggur merah?" pikir Hansel melihat bergantian dua anggur itu.
"Sepertinya Presdir terlalu cinta dengan Nona Ella hingga IQ-Nya bisa turun seperti orang bodoh. Lebih baik aku masuk untuk membawa ini kembali ke dalam."
Hansel berbalik ingin masuk lagi, tapi berhenti setelah mendengar suara percikan air yang dilempar oleh krikil. Hansel penasaran, merasa sudah ada maling yang berhasil menerobos masuk ke mansion. Hansel pun pergi mengeceknya. Perlahan mendekati semak-semak yang sedikit menghalangi pandangannya.
"Siapa di sana?!" teriak Hansel sedikit was-was. Hansel pun berhenti setelah melihat Elisa duduk di bangku taman. Diam seorang diri sambil melempar krikil ke kolam ikan.
Hansel merasa lega dan kembali berpikir.
"Tunggu, kenapa Nona bisa ada di sini?" pikir Hansel perlahan mendekatinya lalu berhenti kembali melihat Elisa menangis diam-diam dan belum menyadari kehadirannya.
"Kenapa ... kenapa aku ke sini sih, harusnya aku masuk saja. Tapi aku malu untuk masuk," keluh Elisa dengan kesalnya dan sedih kembali melempar krikil.
"Kenapa harus malu?" sahut Hansel. Elisa diam membisu tak jadi melempar krikil terakhirnya.
"Sekretaris Hansel?" Elisa menoleh dan segera mengusap air matanya. Hansel tersenyum lalu meletakkan dua gelas itu ke atas bangku taman dan lagi-lagi Hansel memberinya sapu tangan.
"Pakailah ini Nona." Hansel memberinya. Elisa menunduk lalu dengan cepat mengambilnya, memakai dan membuang ingusnya yang meler dari tadi. Hansel cuma tertawa kecil mendengarnya lalu memberinya segelas anggur merah.
"Ambillah, Nona. Ini untukmu malam ini."
Lagi-lagi Hansel berbaik hati memberinya lalu dengan tanpa ragu Elisa mengambilnya lagi.
"Maaf sudah mengganggumu tadi, Sekretaris Hansel." Elisa menunduk dan mulai diam-diam menatap langit menunggu kembang api mekar di atas sana. Mencoba untuk tenang.
"Tidak masalah, anda tidak usah sungkan seperti itu Nona. Saya yang harusnya minta maaf sudah mengganggu di sini." Hansel menunduk ingin pergi.
"Eh tidak kok," tahan Elisa tidak keberatan.
"Kamu tidak usah minta maaf. Ini tidak masalah bagiku." Lanjutnya kembali menunduk lalu meminum anggur merah itu.
"Em, itu apa Nona baik-baik saja?" tanya Hansel memecahkan suasana yang sedikit canggung ini. Apalagi cuma mereka berdua saja di bawah gugusan bintang-bintang yang indah dan berkedip-kedip di atas sana.
"Ya sedikit lumayan. Kalau Sekretaris Hansel sendiri mengapa bisa ada di sini dengan dua anggur merah?" tanya Elisa sedikit curiga pada Hansel. Merasa ada maksud lain kedatangannya ini.
"Itu tadi Presdir menyuruhku untuk memetik bunga buat Nona Ella, tapi entah kenapa malah memberikanku dua gelas ini. Presdir kira siapa tau ada bunga yang layu, jadi aku harus menyiramnya pakai itu." Tunjuk Hansel pada dua anggur di tangan mereka.
Suasana kembali canggung setelah mendengar alasan Hansel.
Namun tiba-tiba Elisa tertawa untuk memecahkan suasana ini. "Pfft, ahahaha ...." Hansel diam tak paham apa yang sudah terjadi padanya.
"Menyiram bunga di jam 23.55 malam?" Tunjuk Elisa pada jam tangannya lalu kembali tertawa. "Ahahaha, apa dia sudah kurang sehat?" lanjutnya tak bisa berhenti tertawa.
"Ya aku rasa mungkin begitu," ucap Hansel tersenyum melihat Elisa tertawa sepuas ini dan lama-lama suasana mulai terasa tenang dan terlihat keduanya duduk bersama. Berbicara satu sama lain, mengobrol dan bercanda gurau.
Melihat keduanya dekat malam ini, Ella yang melihatnya samar-samar dari balkon sedikit tersenyum. Mengira lelaki yang bersama Elisa adalah Devan, tapi dugaannya salah karena Devan diam-diam merangkulnya dari belakang lagi.
"Apa kau senang melihatnya, sayang? Melihat mereka berdua dekat seperti itu?" ucap Devan bertanya. Ella kaget segera berbalik.
"Loh kamu kok bisa di sini?" Tunjuk Ella bingung pada Devan yang senyum-senyum sendiri.
"Bukannya kamu lagi sama Elisa?" lanjutnya menunjuk ke taman.
"Pfft, ahahaha ... apa kau ini mulai rabun sayang?" centil Devan pada hidung Ella.
"Ish jawab! Jangan gini, aku takut kamu ini pocong yang mau culik aku." Ella sedikit mundur dan ketakutan.
"Pfft, ahaha ... kamu ini ada-ada saja. Aku ini tidak kemana-mana selain ke sini, sayangku," ucap Devan menyentuh kedua pipi Istrinya.
"Terus yang di sana siapa?" tanya Ella menunjuk ke taman lagi.
"Yang ada di sana Hansel, aku menyuruhnya untuk menemani Elisa. Coba deh kamu lihat baik-baik." Tunjuk Devan pada keduanya. Ella menyipitkan lalu membulatkan matanya ingin melihat lebih jelas dan ternyata itu memang Hansel.
"Ehehe, sepertinya aku banyak nonton Drama di TV jadi rabun gini," cengir Ella tahu kesalahannya.
"Lain kali tidak boleh terlalu banyak nonton Drama. Nanti kamu lama-lama buta, aku tak mau itu terjadi!" kata Devan serius dan geleng-geleng kepala lalu mendekap tubuh Ella ke pelukannya lagi. Ella menangadah ke atas, melihat wajah suaminya.
Perlahan wajahnya merona segera menunduk tersipu ketahuan diam-diam melirik suaminya sendiri. Keduanya saling berbagi kehangatan dan tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Hubungan mereka semakin erat seperti pelukan malam ini. Suasana di sekitar terasa begitu menenangkan dirinya.
Suara dentingan jam akhirnya menunjukkan pukul 00.00 malam, tahun baru akhirnya tiba. Terlihat Elisa diam terpaku melihat kembar api dilepaskan ke langit. Senyum manis terlihat di bibirnya membuat Hansel ikut diam terpana. Bukan karena kembang api tapi senyuman langka dari wanita cantik ini.
"Cantik dan anggun." Hansel bergumam dalam hati lalu melihat kembang api juga. Menikmati moment yang paling indah dan tentram ini berdua saja di taman.
"Sayang, sekarang kita masuk rayakan ultan baby kita," ucap Devan menarik tangan Ella.
"Tunggu dulu,"
"Hm, kenapa sayang?" tanya Devan melihat Ella berhenti.
"Bagaimana kalau kita jodohkan Elisa dengan Hansel. Apa kau setuju?"
Devan sontak diam membisu mendengar keinginan Ella. Devan menoleh ke taman, melihat Elisa dan Hansel tertawa bersama lagi. Ada rasa aneh yang tiba-tiba muncul di dalam hatinya.
"Honey, kamu kenapa diam? Kamu tidak suka ya?" tanya Ella merasa Devan belum melupakan Elisa sepenuhnya. Devan tersenyum manis lalu mengangkat Ella.
"Tentu aku setuju dong. Apa yang diinginkan Istriku, pasti aku akan terus dukung sampai Istriku ini senang."
Ella tertawa kecil lalu turun memeluk Devan. "Terima kasih, Honey. Aku senang mendengarnya," ucap Ella dengan senang hati meraih tangan Devan. "Sekarang waktu ultahnya baby Vino dan Vina, kita harus cepat-cepat ke bawah." Kata Ella menarik Devan masuk ke dalam. Devan sedikit menoleh ke belakang melihat ke arah taman. Kali ini dirinya yang gelisah.
"Apa ini yang terbaik untukmu, Sa?"
______
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Bagus Effendik
selalu memukau dengan kerapian tata bahasa dan penulisannya sehingga membuat nyaman untuk membacanya rekomen deh
2022-11-29
2