Gerry menghentikan mobilnya dihalaman luas sebuah rumah yang memilik dua lantai. Pria itu kemudian turun dari mobil mewahnya dan memasuki rumah itu. Seorang wanita pemilik rumah memicingkan matanya melihat kondisi Gerry yang sangat berantakan.
Wanita itu yang pastinya adalah Yunna. Sedikit mencondongkan tubuhnya kebelakang setelah mencium aroma yang tidak sedap dari mulut Gerry. Itu adalah aroma alkohol dan Yunna tau itu.
"Kau mabuk tapi mengemudi sampai kemari? Apa kau cari mati?!"
Alih-alih menimpali ucapan Yunna. Gerry malah menjatuhkan dirinya di bahu wanita itu. Dan hal itu membuat Yunna bertanya-tanya, karena tak biasanya Gerry bersikap begini.
"Yunna, aku benar-benar dalam keadaan kacau. Kita telah kehilangan ladang uang kita. ATM berjalan itu sudah tau mengenai hubunganku denganmu dan dia menuntut cerai dariku!!"
Sontak kedua mata Yunna membelalak mendengar apa yang Gerry ucapkan. "Apa?! Bagaimana bisa, bukanlah kita sudah menyimpannya dengan sangat rapi, tapi kenapa dia bisa mengetahuinya? Atau jangan-jangan Aiden yang memberitahunya?!"
Gerry menggeleng. "Aku tidak tau. Dia atau pun bukan, aku tidak akan melepaskannya. Aku pasti akan memberi orang itu pelajaran yang setimpal!!"
Yunna mendekati Gerry lalu memeluknya dan dia membalasnya. Hubungan terlarang antara Gerry dan Yunna sudah berlangsung sejak beberapa bulan yang lalu. Diam-diam mereka memiliki perasaan dan memutuskan untuk menjalin hubungan terlarang.
Masa bodoh dengan pernikahan, masa bodoh dengan pasangan. Karena yang mereka buru hanyalah kesenangan. "Tidak perlu berkecil hati, nanti saja kita pikirkan bagaimana caranya membuat wanita itu lebih tau diri. Sebaiknya kau istirahat saja dikamar. Aku akan menyiapkan makan siang untukmu,"
"Baiklah, Sayang. Kau memang yang terbaik."
-
-
"Nunna!! Tunggu aku!!"
Sebuah tangan menghentikan pintu lift yang hampir tertutup. "Omo, Hyung?!" Dan kedua mata pemuda itu 'Aileen membelalak sempurna setelah melihat siapa saja yang satu lift dengan Aster. Itu adalah Aiden, kakaknya.
"Sedang apa kau di Hotel ini? Dan apa kau dan dia saling mengenal?" Aiden menatap keduanya bergantian.
Aileen mengangguk. "Ya, kami saling mengenal. Bahkan semalam kami berdua bermalam bersama," ucapnya dengan polosnya.
Kedua mata Aster sontak membelalak ketika Aiden menggulirkan tatapan padanya. "Itu tidak seperti yang kau pikirkan. Kami memang bermalam bersama tapi tidak tidur dalam satu tempat tidur."
"Anak ayam ini memaksa supaya aku mengijinkannya untuk ikut tidur di kamarku, kebetulan sudah tidak ada lagi kamar yang tersisa. Sedangkan di kamar yang aku sewa memiliki dua tempat tidur, dan pegawai hotel memberikan dia kamar yang sama denganku."
"Aku sudah menolaknya dan menyuruhnya cari hotel lain. Tiba-tiba tengah malam dia mengetuk pintu dan memohon supaya aku mengijinkannya tidur di kamar itu."
"Karena tidak tega akhirnya aku mengijinkannya. Dan karena ulahnya, semalaman aku tidak bisa tidur sampai badanku sakit semua!! Si anak ayam ini ngompol di tempat tidurnya lalu pindah ke tempat tidurku!! Dan rasanya aku ingin sekali membuangnya ke pantai!!"
Tak ingin orang lain sampai salah paham padanya, apalagi sampai menganggapnya bukan perempuan baik-baik. Aster pun memberikan penjelasan yang mendetail pada Aiden dan seorang pria berkacamata yang berdiri di belakangnya. Dan wajah Aileen langsung pucat setelah melihat tatapan dingin kakaknya.
"Hyung," dia merengek, memohon supaya Aiden tidak sampai menghukumnya.
"Lagi-lagi kau berulah dan membuat masalah. Kau memang perlu dihukum, Aileen Zhang. Mulai besok aku akan mencabut semua fasilitasmu. Selama satu bulan jangan harap kau bisa menaiki mobilmu dan memegang semua Card yang kau miliki!!"
Kedua mata Aileen sontak membuat sempurna setelah mendengar keputusan kakaknya.
"Apa?! Mencabut semua fasilitasku?! No!! Hyung, please. Jika semua fasilitasku kau cabut, lalu bagaimana aku akan menjalani hari-hariku. Tanpa mobil dan card-card itu aku bukanlah apa-apa. Bagaimana jika semua gadis cantik menjauhiku karena aku terlalu miskin, dan tanpa ponsel itu aku tidak bisa menonton video ****** lagi. Jadi jangan ya," rengek Aileen memohon.
Aster mendengus mendengar permintaan konyol pemuda itu. Dan siapa yang menduga jika Aileen tidak hanya menyebalkan saja, tapi dia juga memiliki otak yang mesu* akut. Benar-benar sulit dipercaya.
Ting...
Pintu lift terbuka. Aster meninggalkan kakak beradik itu sambil bergumam. "Dasar pemuda gila!!" Gadis itu berjalan tenang menuju kamarnya. Begitu pula dengan Aiden, dan siapa yang menduga jika kamar mereka berdua bersebelahan. Sedangkan Aiden berada di kamar 210, masih di lantai yang sama namun jaraknya sedikit jauh.
"Kenapa mereka bisa mendapatkan kamar yang berdekatan. Hanya kebetulan saja atau takdir, sungguh tidak adil. Kenapa aku yang selalu saja tertindas dan di korbankan. Huaaa ini benar-benar tidak adil. Hyung, aku mau tukaran kamar!!"
Aileen menghela napas. Dia tau jika teriakannya tak mungkin dihiraukan oleh Aiden. Dengan lemas pemuda itu pergi ke kamarnya.
-
-
Sang Surya telah meninggalkan peraduannya. Langit memancarkan orange serta violet yang apik. Sepoi angin yang berhembus kala sang surya nyaris akan berpulang ke peraduannya itu selalu sejuk, menentramkan penat dan sejenak mampu membuat siapapun tersihir untuk melupakan realitas.
Berbeda dengan dersik kala siang yang kadang tetap membawa hawa panas dan angin saat malam yang dinginnya mampu menembus kulit. Senja memang tak bisa ditandingi.
Senja itu unik, apik, serta cantik.. kelewat cantik malah. Senja ialah waktu yang memisahkan malam dan siang. Bukan pemisah, senja adalah waktu yang mempertemukan keduanya. Karena saat siang mulai turun ke peraduannya, maka malam mulai merangkak naik menuju singgasananya.
Disebuah balkon di salah satu hotel berbintang lima di Jeju Island. Seorang gadis berdiri menatap senja. Di ujung barat sana terlihat bola besar berwarna merah keemasan telah bersiap-siap untuk menenggelamkan dirinya di balik bukit.
Senja adalah salah satu momen paling epik yang sayang untuk dilewatkan, karena senja selalu membawa arti berbeda dalam hidupnya. Dan bukan lagi rahasia jika dia menyukai senja.
"Segera kirim dokumen-dokumen itu, dan aku ingin besok pagi sudah ada di atas meja kerjaku!!"
Perhatiannya teralihkan oleh suara asing namun sedikit familiar. Gadis itu menoleh, seorang lelaki berdiri memunggunginya di balkon sebelah. Tak terlihat parasnya, hanya terlihat punggung tegap yang tersembunyi dibalik kemeja hitamnya.
Lelaki itu memutuskan sambungan telponnya kemudian dia berbalik. Untuk sesaat tatapan mereka berdua bertemu selama beberapa detik. Gadis itu 'Aster' membungkuk ringan begitu pula dengan lelaki itu yang tak lain dan tak bukan adalah Aiden.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Aiden melenggang dan kembali ke kamarnya. Sedangkan Aster masih belum mau beranjak dan masih berdiri di tempat yang sama untuk menikmati senja.
-
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
sobat ngarit💕
apalagi senja di Pantai kuta selalu istimewa
2023-05-09
0
Michelle Rafa
kayak nya seru nih
2023-02-02
0
Tuti Tyastuti
Gerry sm yunna gx tau ajj
2022-11-30
1