Jarvis menyentuh kedua lengan Floretta. "Flo --"
Tangan Jarvis langsung ditepis Floretta. "Jangan menyentuhku!" bentaknya lalu membalik tubuhnya. Kembali air mata membasahi pipinya, cepat-cepat Floretta menyekanya dengan kasar.
Jarvis kehilangan kesabaran, ia memeluk Floretta dari belakang. "Flo, tenangkan dirimu."
Floretta yang telah dilanda emosi negatif, meronta minta dilepaskan. Sebaliknya, Jarvis mempererat pelukannya. Mereka bergumul saling mempertahankan aksinya masing-masing.
Dengan usaha keras, Floretta menggigit lengan Jarvis, pelukan pria itu mengendur. Saat itulah Floretta membalik tubuhnya lalu mendorong Jarvis kuat-kuat hingga tubuh pria itu membentur pintu.
"Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotormu!" pekik Floretta, bahunya naik-turun dengan nafas memburu, air matanya menandakan luka hati yang dalam.
"Aku ke sini memperingatkanmu agar kelak Dael dan Rosalie tidak membencimu, melihat perilakumu di luar rumah dari tayangan kekasihmu itu. Jejak digital itu akan ada untuk seterusnya," tekan Floretta dengan sengit.
"Aku merasa kita cukupkan pernikahan ini daripada kau menumpuk kesakitan untuk anak-anakku. Kau bisa bersatu dengannya dalam ikatan pernikahan bukan perselingkuhan," cecar Floretta menatap Jarvis yang telah menegakkan tubuhnya yang tadi hampir limbung karena didorong kuat olehnya.
"Flo, jangan ulang-ulangi kata perpisahan. Itu tidak akan pernah terjadi!" balas Jarvis menahan emosi.
"Aku dan Alleta sudah lama berakhir. Hanya dua tahun hubungan kami di awal pernikahan kita, setelahnya kami tidak lagi berhubungan sampai hari ini," jelas Jarvis mengungkapkan yang sebenarnya.
Floretta melipat kedua tangannya di dada sembari tertawa sumbang, menertawakan kepandirannya sendiri. Bukan hanya dua tahun, Floretta menutup mata terhadap apapun yang dilakukan Jarvis di luar rumah.
Dulu ia mengatakan pada Jarvis tidak akan mencampuri urusan suaminya di luar rumah. Ia hanya ingin menikah, menjadi istri Jarvis dan ibu dari anak-anaknya. Meskipun tanpa cinta dari suaminya, Floretta yakin akan bertahan dengan rasa cintanya sendiri.
Namun, semakin lama ia merasa lelah batin terlebih saat ini, dimana media sosial begitu cepat menyebarkan skandal. Ia teringat akan anak-anaknya yang akan menjadi korban dari dampak nafsu terlarang ayahnya.
"Aku tidak peduli berapa lama kau menjalin hubungan dengan perempuan manapun. Aku hanya peduli pada anak-anakku." Ucapan Floretta itu mencubit perasaan Jarvis. Floretta tidak sedang membicarakan persoalan mereka, melainkan anak-anaknya.
Sebegitu tidak pedulinya Floretta dengan perempuan mana ia berhubungan? Apakah Jarvis dan hubungan pernikahan mereka tidak sepenting yang dipikirkan oleh pria itu tentang betapa tergila-gila Floretta padanya selama ini?
Jarvis berkecil hati. Perempuan yang selama ini mendampingi dan melayaninya dengan sangat baik berubah menjadi orang yang berbeda.
"Aku rasa maksudku telah tersampaikan, aku ingin keluar. Menyingkirlah."
Jarvis ingin sekali egois dengan menahan istrinya dan mengatakan banyak hal tentang hubungannya bersama Alleta Nicoline. Namun, perbuatan seperti itu akan membuat Floretta semakin tidak menyukainya.
Pria itu menggeser tubuhnya, memberi kesempatan Floretta untuk keluar dari ruangannya.
Floretta teringat akan rencana kerja samanya dengan Alice Bouwer. Bila dirinya diceraikan oleh Jarvis, maka hidupnya tidak akan ditanggung oleh Jarvis lagi. Floretta perlu melakukan aktivitas yang mendatangkan uang. Alice berjanji akan mendampinginya.
"Satu lagi ingin aku sampaikan," ucap Floretta dengan nada rendah dan tenang. Jarvis memberi perhatian pada istrinya, dia berharap Floretta berubah sikap.
"Seminggu lagi aku akan mulai bekerja bersama Alice. Saat anak-anak bersekolah, aku akan keluar dan tiba sebelum mereka pulang."
Jarvis sangat terkejut dengan keputusan istrinya. Floretta adalah perempuan yang mendedikasikan dirinya menjadi istri dan ibu rumah tangga. Di awal pernikahan, Jarvis pernah menyuruhnya bekerja, sebaliknya Floretta meminta tetap tinggal di rumah mengurus suami hingga kedua buah hati mereka hadir.
Tentu saja Floretta tidak berkekurangan, sehingga keputusan untuk tetap tinggal di rumah bukanlah suatu halangan bagi mereka.
Keputusan sepihak itu membuat kepala Jarvis panas. Menurutnya, Floretta memutuskan sendiri perkara penting, seperti bekerja kembali di luar rumah.
Saat Floretta berjalan menuju pintu, Jarvis kembali menghalangi jalannya. Ia memegang gagang pintu yang akan dibuka Floretta. Tangan mereka bersentuhan, sayangnya kekuatan Floretta tidak cukup untuk menurunkan gagang pintu.
Floretta menarik tangannya. "Apa yang kau lakukan? Apa lagi maumu?" tanyanya dengan semburan emosi memandang Jarvis.
"Seharusnya itu pertanyaanku untukmu? Atas dasar apa kau ingin bekerja di luar rumah?"
Floretta mendengkus mendengar pertanyaan Jarvis, dibuangnya pandangannya ke arah samping.
"Aku ingin punya kesibukan di luar. Menjadi ibu rumah tangga membuatku selama ini tidak kreatif dan mudah dibodohi," ketusnya.
"Dibodohi? Siapa yang membodohimu?" tantang Jarvis. Pria itu merasa tuduhan istrinya tidak berdasar.
"Bukannya tinggal di rumah adalah pilihanmu saat itu? Kau sendiri mengatakan 'ingin melayaniku dengan menjadi istri yang tinggal di rumah'," peringat Jarvis akan keputusan masa lalu Floretta.
Floretta bergidik, Jarvis ternyata mengingat apa yang pernah diucapkannya. Pria itu seringkali bersikap seperti tidak mendengar apa-apa saat Floretta mengatakan sesuatu. Respon Jarvis selalu dingin, bahkan tidak memberi tanggapan setiap kali Floretta berbicara. Ini cukup membuat Floretta terpaku bahwa suaminya ternyata menyimpan ucapannya dahulu.
"Aku yang membodohi diriku sendiri, bukan kau," ucapnya, berharap percakapan mereka tidak berkepanjangan.
Jarvis menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berkacak pinggang memandang istrinya yang sering tampil dengan riasan sederhana. Kulit putih dan rambut pirangnya cukup membuat banyak pria akan menyukai Floretta. Belum lagi bila perempuan itu menggoda dengan senyum manis dan tutur lembutnya.
Namun, semua itu seolah-olah sirna diterpa angin kencang, nyaris tidak tersisa sosok Floretta perempuan yang ceria dan sabar.
"Aku tidak setuju dengan keputusanmu."
Pandangan Floretta langsung beralih pada Jarvis. Ia menatap lekat suaminya. Sikap Jarvis yang keberatan dengan keinginanya, membuat Floretta digempur rasa kesal.
"Aku tidak sedang meminta izin darimu, itu hanya pemberitahuan. Suka tidak suka aku akan bekerja di luar, menghasilkan uang, membangun relasi, menjadi perempuan mandiri yang tidak menggantungkan hidupku pada suami... pada suami sepertimu." Perkataan menggebu-gebu itu berakhir dengan getaran kesedihan. Mata Floretta memanas, mengingat Jarvis suami seperti apa, gegas ia membalik tubuhnya dan berjalan ke arah jendela sembari memeluk dirinya sendiri.
Menjadi istri yang hidup sendiri dan kesepian, membungkus perasaan Floretta. Dia benci harus menangis di depan Jarvis. Pria yang hidup bertahun-tahun bersamanya, tetapi sedikit cinta pun tak pernah diberikan. Floretta selama ini mengemis-ngemis sayang dari suaminya.
Floretta benar-benar lelah dengan perasaan dan keadaan rumah tangganya. Ia hanya memendam selama ini, hingga tersadar sendiri. Pandangannya menembus jendela, jatuh ke taman bunga yang dipeliharanya.
Bunga-bunga itu mekar karena dirawat dengan penuh kasih, sementara hubungan pernikahannya tidaklah semekar kembang indah di tamannya. Bunga itu bahkan jauh lebih beruntung dari seorang Floretta.
Pundak Floretta luruh dan bergetar. Floretta menangis dalam diam sembari memeluk lengannya. Ia berharap Jarvis akan segera keluar dari ruangan itu agar mereka bisa berhenti berbicara, bila perlu saling mengabaikan.
Lengan kokoh melilit pinggang dan perut Floretta. Kepala Jarvis menempel di sisi kepala Floretta. Floretta bisa mendengar hembusan nafas suaminya. Perempuan itu sontak melepaskan diri dengan meronta hingga tangisnya tak lagi terbendung lagi.
"Biarkan begini, Flo," bisik Jarvis mempererat pelukannya. Bukannya semakin tenang tubuh Floretta bergetar hebat dalam pelukan Jarvis.
"Apakah kau semarah itu padaku? Sampai-sampai tidak lagi ingin berada di dekatku, menghindariku, berteriak di depanku, dan memutuskan segalanya sendiri?"
Hanya isakan sebagai jawaban dari Floretta, perempuan itu mengunci mulutnya tidak ingin mengucapkan sepatah kata pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Suhartik Hartik
nyesek pokoknya kisahnya Thor.... jossss
2023-01-30
0
Xyylva Xyylva
jangan jadi wanita bodoh flo.mudah memaafkan kesalahan yg fatal
2022-12-28
1