Kemarahan Floretta

Jarvis meninggalkan istrinya sendirian di kamar, setelah mengucapkan kalimat bernada ancaman. Jarvis kesal dengan permintaan tidak masuk akal istrinya. Awalnya pria itu ingin keluar rumah, tetapi ia malah memilih masuk ke mezzanine yang dipakai sebagai perpustakaan.

Di sana Jarvis tidak melakukan apa-apa, selain berdiri di pinggir jendela memandang taman bunga yang dipelihara oleh istrinya. Tangannya terkepal kuat begitu ingatan akan perkataan Floretta yang meminta berpisah berputar di otaknya.

Sepengetahuan Jarvis, Floretta begitu mendambakan dirinya. Perempuan itu bahkan tidak peduli Jarvis mencintainya atau tidak, yang ia tahu Floretta hanya ingin menjadi istrinya.

Namun, kenyataan bahwa Floretta menolak untuk disentuh serasa menampar wajahnya bolak-balik. Perempuan itu mengatakan menyerah setelah lebih dari tujuh tahun hidup bersama dengannya.

"Kau pikir, bisa seenaknya menjadikanku suami dan kemudian meminta cerai dariku?" ucapnya perlahan memandang bunga-bunga indah berwarna-warni di taman.

Di kamar, Floretta masih terisak-isak. Perasaan Floretta campur aduk. "Aku ingin membencimu," lirihnya menggenggam selimut kuat-kuat.

Nafasnya terasa berat seperti beratnya masalah yang tengah menderanya.

Menjadi orang yang berjuang demi cinta, tetap optimis bahwa suaminya akan mencintainya setelah lama menikah, ternyata hanyalah perjalanan sia-sia dan tiada arti bagi Floretta saat ini.

Semenjak awal pernikahan, Jarvis telah mengkhianatinya dengan menjalin hubungan terlarang bersama Alleta Nicoline. Selama ini, Floretta menutup mata dengan harapan Jarvis akan jatuh hati padanya.

Kata menyerah yang dilontarkannya tadi bukan bahan candaannya pada Jarvis, melainkan akumulasi kelelahan batin yang menumpuk dalam dirinya.

"Floretta, kau tidak perlu memperjuangkan cintamu lagi. Kebodohanmu menyeret perasaanmu, semakin sulit melepaskannya," ucap Floretta pada dirinya sendiri.

Perempuan itu bangkit dari ranjangnya. Ia duduk di pinggiran, kakinya menjuntai. Tatapannya turun ke lantai, seakan-akan ada monitor kenangan yang berputar di sana.

Ponsel Floretta membuyarkan lamunannya. Tidak ada minatnya untuk melihat siapa yang melakukan panggilan.

Panggilan yang tidak berhenti setelah tiga kali putaran, membuat Floretta menapaki lantai, berjalan ke meja riasnya menggapai ponselnya.

"Ha --"

"Flo, apa kau baik-baik saja?" tanya Alice Bouwer  temannya, khawatir.

"Ya, aku baik-baik saja," sahut Floretta menetralkan suaranya.

"Perempuan itu mulai tidak waras, aku dikirimi videonya wawancara di podcast lainnya. Tidak tahu malu membongkar aibnya sendiri."

Floretta terhenyak mendengar penuturan Alice. Hari ini Floretta tidak menonton tayangan apapun, jadi ia tidak tahu-menahu perkembangan Alleta Nicoline. Sebenarnya semenjak kasus itu menyeruak, Floretta meminta anak-anaknya juga tidak menonton tayangan apapun.

"Biarkan saja Alice. Nanti dia juga akan capek dan berhenti sendiri," ucap Floretta yakin.

"Flo..., kau jangan semudah itu pasrah. Kau harus punya cara untuk membungkam perempuan itu. Kau harus ingat kalau anak-anakmu suatu saat akan mengetahui tayangan itu semua. Membayangkan betapa hancurnya mereka bukan impianmu, bukan?" Alice berusaha mengingatkan sahabatnya.

Floretta menghela nafas panjang. Sebenarnya ia berusaha untuk tidak peduli terhadap apapun yang dilakukan dan diucapkan oleh Alleta di podcast yang dikunjunginya.

Sebaliknya, kini ia menjadi khawatir dengan perkataan Alice tentang dampak tayangan itu pada anak-anaknya.

"Kirimkan aku link tayangannya, Alice," pinta Floretta.

Alice senang mendengar tanggapan temannya yang tidak mudah ciut semangatnya. Ia mengirimkan tautan tayangan yang berisi aib perselingkuhan Alleta dengan Jarvis.

Tayangan itu ditonton oleh Floretta dengan hati besar. Ada rasa marah dan kecewa bersamaan terhadap Jarvis dan dirinya sendiri.

Bukan hanya hubungan terlarang yang dikerjakan oleh mereka berdua, melainkan Jarvis mengungkapkan pada Alleta bahwa pria itu terpaksa menikahi Floretta atas permintaan keluarganya demi hubungan bisnis keluarga.

Hal lebih menjijikkan lagi, Alleta mengatakan bahwa Jarvis - masih dipakaikan inisial J oleh Alleta- tidak pernah menginginkan kelahiran kedua buah hatinya dari Floretta.

Sayangnya itu benar, Florettalah yang menginginkan Dael dan Rosalie lahir dengan menggoda suaminya sendiri agar bersedia memiliki anak bersamanya. Dulu Floretta meyakini bila mereka telah memiliki anak, maka lebih mudah bagi Jarvis jatuh hati padanya.

Floretta berang dengan tayangan yang dinilainya tidak beretika itu. Dia berpikir buruk tentang Jarvis yang seolah-olah membiarkan Alleta terus-menerus pindah dari podcast satu ke lainnya hanya untuk mengungkap kemesraan mereka berdua bertahun-tahun lalu.

Floretta pergi membasuh wajahnya ke wastafel di kamar kecil. Ia perlu menemui Jarvis dan menegaskan sesuatu pada pria itu.

Floretta mencari ke segala penjuru rumah mereka, tetapi ia tidak menemukan Jarvis. Pekerja di rumahnya juga tidak ada yang  mengetahui keberadaan pria itu saat ini.

Taman bunga menjadi tempat terakhir Floretta mencari suaminya. Kendaraan Jarvis yang terparkir menandakan kalau pria itu masih ada di rumah.

Pandangannya terkunci ke arah jendela. Di sana ia menemukan orang yang dicarinya. Mereka bertatapan beberapa saat, hingga Floretta memutus pandangan.

Dari kejauhan Jarvis berusaha memaknai tatapan sengit istrinya. Tidak ada senyuman, hanya ekspresi datar dan dingin. Jarvis membalikkan tubuhnya, ia ingin keluar dari mezzanine.

Kedatangan Floretta cukup mengejutkan Jarvis, setelah tadi perempuan itu melempar tatapan enggan melihat dirinya.

"Aku ingin bicara."

"Sejak kapan kau meminta izin untuk bicara padaku?" Bukannya menjawab, Jarvis malah mengajukan pertanyaan pada Floretta. Jarvis mengenal Floretta, kapan ingin berbicara akan ia lakukan tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Floretta mengabaikan pertanyaan Jarvis.

"Aku yakin kau tahu apa yang dilakukan kekasihmu, Alleta Nicoline," ucap Floretta dengan hati yang remuk. "Aku tidak tahu apa masalah kalian, sehingga ia harus pindah dari satu podcast ke pondcast lain menceritakan kemesraan di antara kalian," sambung Floretta.

Nada suaranya terdengar getir, matanya memanas. Floretta harus segera meneruskan perkataannya sebelum ada drama tangis air mata. "Aku minta kau urus kekasihmu itu, aku tidak ingin ucapannya menyakiti Dael dan Rosalie di masa depan."

Floretta kesulitan menelan ludahnya sendiri. Ia ingin menangis mengingat kembali isi podcast terakhir Alleta yang dengan keji mengungkap kehangatan hubungan Jarvis dan Alleta di ranjang.

Keduanya diliputi keheningan. Jarvis hanya diam memandang paras tenang istrinya. Namun, pria itu bisa merasakan ada emosi di setiap ucapan istrinya.

Melihat Jarvis tidak menanggapi perkataannya, ingin rasanya Floretta mengamuk memukuli suaminya itu, sekalian mengungkapkan rasa marah yang mengendap lama di hatinya.

"Katakan sesuatu! Apa kau bisu?" hardik Floretta terpaksa sembari berurai air mata. Meneriaki suami bukanlah gaya komunikasi Floretta.

Floretta merasa bodoh karena gagal bertahan, pria di hadapannya ini akan terus merasa di atas awan melihat air matanya yang bercucuran. Merasa tidak ada guna berdiri menanti jawaban, Floretta segara membalik tubuhnya, melangkah pergi dari sana.

Sewaktu mencapai pintu, Jarvis cepat menghalangi langkah Floretta. Terdengar suara pintu berdebum menutup kembali.

Tatapan marah dilayangkan Floretta pada suaminya seraya bunyi nafas yang menderu. Floretta mundur beberapa langkah, tidak ingin dekat-dekat suaminya.

"Kau bisa membicarakan ini baik-baik," ujar Jarvis.

Floretta merasa kalimat Jarvis bukanlah jawaban yang diinginkannya.

"Minggirlah, kau menghalangi jalanku. Aku muak melihatmu!" sembur Floretta menatap suaminya, tetapi sesaat kemudian membuang pandangan ke arah lain.

"Ini bukan Floretta yang aku kenal bertahun-tahun yang lalu. Ucapanmu sangat buruk padaku," resah Jarvis, suaranya lembut. Baru kali ini mereka bicara sepanjang ini selama menikah.

Didominasi rasa kesal, Floretta membalas perkataan Jarvis. "Floretta perempuan dungu yang kau kenal, sudah mati. Dia sudah tidak ada."

Jarvis terhenyak mendengar ujaran kebencian yang dilayangkan Floretta. Namun, ia masih tidak yakin kalau Floretta benar-benar membencinya.

Terpopuler

Comments

Suhartik Hartik

Suhartik Hartik

jujur aku Brebes Mili Thor... menyesak kan dada rasanya

2023-01-30

0

Xyylva Xyylva

Xyylva Xyylva

bagus flo

2022-12-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!