“Tidak apa sayang. Adam sedang tertidur, pintu jangan kau tutup agar nanti jika Adam terbangun dan menangis Kita bisa mendengarnya.” Sharon menoleh sesaat meninggalkan kamar itu.
“Bagaimana sayang, apa supnya enak?” Mata Michael tak beredip kala memandang Sharon sedang makan. “Enak, sangat enak! Ternyata kau pandai memasak.” Sharon menambah supnya. “Ini habiskan saja jika kau mau.” Michael memberikan semua sup miliknya kepada Sharon.
“Terima kasih sayang. Dari mana kau belajar memasak?” Sharon tak menyangka bahwa masakan Suaminya bisa seenak itu.
Dua puluh menit berlalu. Mereka berdua menyelesaikan makan bersama. Kemudian melakukan kegiatan masing-masing. Sharon mengurus Adam, Michael kembali bekerja di ruang kerjanya.
“Selamat malam sayang.” Michael mengecup kening Sharon. “Selamat tidur sayang.” Sharon menarik selimut lalu tertidur bersama suaminya.
“Huaaa…” Sebuah tangisan membangunkan Michael. Pria paruh baya itu bangun untuk melihat Adam. Ternyata Anaknya itu sedang buang air besar.
“Tunggu sebentar Adam, Aku akan mengambilkan popokmu.” Michael mencari popok di laci dekat tempat tidur Adam lalu membersihkan Anaknya. “Apa kau sudah nyaman Anakku, sekarang tidurlah.”
Michael kembali ke kamarnya dan meninggalkan kamar Adam dengan pintu yang terbuka.
“Huaaa…” Tangisan Adam kembali terdengar. Kali ini Sharon yang terbangun dan melihat kondisi bayinya. “Ada apa sayang, Apa kau lapar Adam?” Sharon menggendong Adam dan duduk di kursi goyang.
Sharon menyusui Adam menggunakan botol dengan susu formula. Adam menyusu sambil tertidur. Sharon duduk dengan mengoyang-goyangkan kursi goyang itu.
Setelah botol susu kosong, perlahan Adam diletakkan kembali ke tempat tidurnya. Hal ini berulang kali dilakukan oleh pasangan Suami Istri ini hingga fajar menampakkan cahayanya.
“Selamat pagi sayang.” Michael mengecup bibir Istrinya. Sharon tak terbangun. Michael duduk sejenak dan bangun berjalan melangkah membuka gorden jendela kamarnya. Sebuah sinar menerangi kasur mereka.
Sharon membuka matanya karena silau, ia mengangkat lengan untuk menutupi cahaya itu. “Jam berapa ini sayang?” Sharon duduk di kasur. Rambutnya berantakkan, kelopak matanya terlihat lelah sama seperti Michael.
“Jam sembilan pagi, bangunlah Sharon. Aku akan membuatkanmu sarapan, tolong lihatlah Adam.” Michael meninggalkan Sharon.
“Anakku sayang…” Sharon mengecup kening Adam. Adam masih tertidur pulas. Sharon menyusul turun ke lantai bawah.
“Kau memasak apa pagi ini sayang.” Sharon memeluk suaminya dari belakang. “Telur dadar, di sana ada waffle dan madu untukmu sayang.” Michael membawa teflonnya lalu menuangkannya ke piring di atas meja.
“Hemm… dari aromanya saja sudah lezat.” Sharon mengendus bau sarapan itu. “Silahkan duduk.” Michael menarik keluar kursi dari dalam meja. “Terima kasih sayang.” Sharon duduk.
“Makanlah, semoga kau suka.” Michael duduk tepat di depan Sharon.
Tiga puluh menit berlalu. “Aku sangat bahagia hidup denganmu.” Michael menatap Sharon. “Kau tahu, bukankah Aku yang seharusnya bahagia hidup denganmu?” Sharon tersenyum. Kedua mata itu saling bertatapan.
“Benar! Kita berdua bahagia hidup bersama. Ditambah dengan kehadiran Adam, hanya Aku lah Suami yang paling berbahagia di dunia ini.” Michael mengepalkan kedua tangan dan menopang dagunya sambil tersenyum.
“Baiklah kau memang selalu pemenangnya.” Sharon membereskan piringnya. “Hahaha..” Michale tertawa lepas. “Biarkan di sana, silahkan kau lihat Adam di atas.” Michael mengambil piring yang dipegang oleh Sharon.
Sharon meninggalkan Michael. Sementara itu Michael membereskan bekas makan dan mencucinya. Kemudian Michael masuk ke ruangan kerjanya yang ada di lantai bawah.
Michael duduk di meja kerjanya. Ada sebuah computer dengan tiga layar di sana. Ruangan itu berantakkan dipenuhi dengan banyak kabel, beberapa hardware dan lainnya. Selain meja computer ada sebuah meja lagi tempat Michael merakit program dan eksperimennya.
‘Dimana ya, apakah ada yang mengambilnya?’ Michael mondar mandir, berkeliling ruangan, melihat ke setiap suduh ruangan hingga ke bawah meja.
‘Seingatku jelas kuletakkan di atas meja ini’ Michael meninggalkan ruang kerjanya. “Sharon apa kau melihat Benang Alam ku?” Michael merangkul Sharon. “Apa itu Benang Alam Michael? Aku bahkan baru mendengarnya.” Sharon memandangi Adam yang sedang ia pangku.
“Ahhh.. iya benar. Benang Alam adalah penemuanku sebulan yang lalu. Belum terlalu paten, tapi sudah siap di uji. Bentuknya seperti benang hanya saja sedikit lentur seperti jelly dan berwarna putih.” Michael mengambil Adam dari pangkuan Istrinya.
“Tampanku, kau sudah bangun ternyata.” Michael mengecup kening Adam. “Oh jadi jelly yang memanjang yang kau letakkan di meja itu eksperimenmu?” Sharon berdiri dan melipat tangan di atas perut.
“Iya benar sayang, Aku mencarinya karena ingin ku sempurnakan.” Michael menatap Adam. “Ahhh.. tidak mungkin Michael.” Sharon berjalan maju dan mundur.
“Ada apa Sharon, kenapa kau bertingkah aneh?” Michael mengerutkan kening. “Benang itu eksperimen apa Michael?” Sharon masih mondar mandir.
“Benang Alam adalah sebuah penemuanku untuk menjelejahi Alam yang tercipta karena adanya dunia parallel. Tapi ini belum ku sempurnakan, maka dari itu Aku mencarinya untuk ku sempurnakan. Butuh waktu setidaknya tiga puluh tahun untuk merampungkannya hingga sekarang. Sedikit lagi, akan Aku sempurnakan. Apakah kau melihatnya Sharon?” Michael mengembalikan Adam ke Sharon.
“Aku pernah melihatnya, tetapi Benang Alam tu menghilang.” Sharon menunduk. “Apa? Menghilang? Jangan-jangan kau menyentuhnya dengan tangan tanpa menggunakan sarung tangan micro magnetic-ku!” Michael menatap tajam Istrinya.
“Aku tidak sengaja Michael, Aku masuk dan melihat ruanganmu. Sungguh ruangan kecil itu sangat berantakkan. Lalu Aku membereskannya dimulai dari meja itu. Aku tak tahu itu apa, Aku pikir itu hanya kotoran jelly bekas makanmu.” Sharon membuang muka tak berani menatap mata Suaminya.
“Katakan Sharon, apakah kau menyentuhnya dengan tangan tanpa sarung tangan? Apa kau menyentuhnya langsung dengan kulitmu itu?” Suara Michael meninggi. Sharon hanya terdiam, Dia meletakkan Adam pada tempat tidurnya.
“Katakan Sharon.” Michael memegang bahu Istrinya dengan kedua tangan. “Benar Aku menyentuhnya dengan kulit tanganku.” “Hiksss…” “Maafkan Aku Michael.” Sharon meneteskan air mata.
“Tangan yang mana?” Michael memegang kedua tangan Istrinya. “Tidak ada goresan di tanganmu.” Michael mengecek tangan Sharon. “Apa kau merasakan sakit saat menyentuhnya. Sungguh Aku khawatir kau kesakitan.” Michael memeluk Sharon.
“Jadi itu kah yang kau khawatirkan Michael? Bukankah kau akan mengkhawatirkan Benang Alam itu?” Sharon berhenti menangis dan bertanya heran.
“Tidak sayang, Aku takut tanganmu tergores. Karena kau tahu, Benang Alam memang berbentuk seperti jelly tetapi saat kau menyentuhnya tanpa sarung tangan micro macnetic yang ku rancang khusus itu, Benang Alam akan menyakiti siapapun yang menyentuhnya. Karena sepuluh tahun silam ada kucing liar yang masuk ke ruanganku dan menyentuhnya. Akhirnya kaki kucing itu terbelah dan kucing itu mati kesakitan.” Michael melepaskan pelukannya.
“Oleh karena itu Benang Alam masih harus di sempurnakan lagi. Aku masih butuh waktu untuk menyempurnakannya.” Michael menatap kosong ke lantai.
“Tidak Aku tidak terluka saat menyentuhnya. Tetapi ada yang aneh dengan Benang Alam itu Michael.” Sharon memandang kosong ke lantai.
“Huaaa…” Adam menangis lapar. Michael bergegas menggendong Adam. “Buatkan Adam susu Sharon, sepertinya Dia sedang lapar.” Sharon bergegas membuatkan Adam susu botol.
Sebentar saja Sharon datang dengan membawa botol yang berisi susu. “Ini sayang, minumlah.” Sharon menyusukan Adam menggunakan botol susu itu dipangkuan Michael.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments