Melihat masa depan

“Kau lihat Adam sangat lapar. Sebentar saja susu ini habis diminumnya.” Michael tersenyum. “Benar sayang, lihatlah setelah menyusu Dia bahkan tertidur lagi karena kenyang.” Sharon balas tersenyum.

“Sini, berikan Adam padaku Michael.” Sharon membuka tangan. “Baiklah, Dia milikmu.” Michael cemberut. “Tidak sayang, Adam milik Kita bedua. Aku hanya ingin meletakkannya di tempat tidurnya.” Sharon melangkah dan meletakkan bayi mungil itu.

“Sharon kemarilah.” Michael duduk di kursi goyang. “Ada apa sayang?” Sharon mendekati Michael. “Ahhh…” Sharon tertarik hingga duduk dipangkuan Suaminya. “Sekarang waktunya kau yang kupangku.” Michael memeluk Sharon. Seketika Sharon tersipu malu.

“Ceritakan sayang, bagaimana awal kau menyentuh Benang Alam itu?” Michael membelai rambut Istrinya. “Dan sejujurnya Aku bingung saat kau bilang benda itu tidak menyakitimu.” Michael mengernyit.

“Benar sayang, Aku tidak tersakiti apa lagi terluka.” Sharon menatap kosong ke lantai. “Ceritakanlah sayang…” Michael masih memeluk erat Sharon. Sesekali Dia mencium dan mengendus aroma tubuh Sharon.

“Saat ku pikir benda itu sampah…” Kalimat Sharon berhenti dan dipotong oleh Michael. “Apa katamu, kau bilang itu sampah?” Suara Michael meninggi.

“Tidak sayang, maksudku saat ku pikir benda itu bukan hal yang penting bagimu. Aku berniat untuk membereskannya agar ruanganmu terlihat rapi.” Sharon kembali menatap kosong lantai. Dia berpikir untuk selalu menyusun kalimat yang tidak menyinggung Suaminya.

“Apa selama ini ruanganku berantakkan?” Michael menganga dan memandang langit-langit, berpikir. “Tidak berantakkan, hanya saja kurang rapi sayang.” Sharon mengoreksi lagi kalimatnya.

“Lalu teruskan Sharon.” Perintah Michael. “Lalu Aku menyentuhnya, mengambil Benang Alam itu dengan tangan kosong ini.” Sharon mengangkat tangan kanannya dan memutarnya.

“Dan kau tahu, apa yang menurutku aneh sayang.” Sharon menurunkan tangannya dan berbalik badan menatap Suaminya. “Jelly memanjang yang kau sebut Benang Alam itu meresap ke dalam kulitku dan menghilang.” Sharon menatap tajam Michael.

“Benarkah?” Tanya Michael yang membulatkan matanya. “Benar sayang, dan Benang Alam itu menghilang tanpa menyakiti ataupun melukaiku seperti yang kau khawatirkan.” Sharon memperlihatkan telapak tangannya kepada Michael.

“Hahaha…” Michael tertawa lebar. Sharon mengernyit kebingungan. “Sudah ku bilang, penemuanku itu paten tapi belum ku sempurnakan.” “Hahaha…” Michael masih tertawa.

“Ssttt…” Jari telunjuk Sharon menyentuh bibir Michael hingga membuat lelaki paruh baya itu terdiam. “Adam sedang tidur sayang, bisakah kau mengecilkan volume suara tawamu.” Sharon melepaskan jari telunjuknya yang menempel di bibir Suaminya.

“Jangan kau lepas.” Michael menarik jari telunjuk dan memasukkan ke dalam mulutnya lalu menjilati. “Geli Michael, jangan.” Sharon menarik jari telunjuk itu.

“Okay baiklah, silahkan berdiri Sharon.” Michael mendorong perlahan Istrinya agar berdiri. “Duduklah sayang, menyender dan bersantailah.” Michael menopang lembut Istrinya agar bergantian duduk di kursi goyang itu.

“Sharon, sejak kapan kau menyentuh Benang Alam itu?” Michael duduk di bawah, menaruh kedua tangannya di atas lutut Sharon. “Satu bulan yang lalu sayang.” Sharon mulai mengoyang kan kursinya.

“Jadi, kau menyentuhnya saat masih mengandung Adam?” Michael menghentikan kursi itu. “Iya sayang, ada apa? Apa ada yang salah?” Jantung Sharon mulai berdegup kencang, takut.

“Tidak apa-apa sayang. Hanya saja, Aku tidak tahu apa efek jika Benang Alam itu masuk ke tubuh manusia yang sedang hamil. Dan ini juga baru pertama kali Benang itu masuk ke dalam tubuh manusia. Setahun yang lalu Aku mencobanya ke burung Merpati yang ada di teras rumah Kita. Dan syukurnya burung itu tidak mati seperti kucing yang dulu namun Merpati itu mengalami luka di kakinya dan sempat merasakan kesakitan.” Terang Michael.

“Lalu apa yang terjadi kepada burung Merpati itu saat terkena Benang Alam. Burung itu sering menghilang secara tiba-tiba dan muncul seketika.” Michael menatap Sharon.

“Apa? Aku juga akan seperti itu Michael?” Sharon berkeringat dingin. “Kurasa tidak, karena semenjak kau menyentuhnya kau bahkan belum menghilang hingga saat ini.” Tambah Michael.

“Ahh.. benar.” Sharon kembali tenang. “Tapi burung itu mempunyai keterbatasan. Burung Merpati itu hanya bisa menunjukkan kepadaku bahwa benar dia pergi ke alam lain dengan membawa tubuhnya. Namun, burung itu tidak bisa menjelaskan apa saja yang dilihatnya hingga Aku tidak punya data yang lebih akurat lagi.” Michael masih menatap Sharon.

“Setelah Benang Alam itu memasuki tubuhmu. Tidakkah kau pernah mengalami kejadian atau hal-hal aneh Sharon?” Michael sangat penasaran dengan penemuannya itu.

“Hemmm….” Sharon tampak berpikir. “Apa kau ingat perkataanku saat berada di rumah sakit kemarin Michael. Bahwa Aku melihat seorang Kakek lalu menghilang.” Sharon menatap Suaminya.

“Ahh iya benar, jadi kau benar tidak berhalusinasi pada waktu itu. Apakah itu kejadian aneh yang kau alami semenjak memegang Benang Alam?” Michael kembali menatap Sharon.

“Benar sayangku.” Sharon memegang dagu Michael. “Lalu? teruskan sayang. Ceritakan lebih detail lagi.” Michael melepaskan tangan Sharon.

“Pada saat itu Aku bertemu dengan Kakek tua yang berambut putih, kumis putih, dan jubah putih. Dia berbicara kepadaku.” Sharon kembali menggoyangkan kursi itu. “Apa yang Dia katakan Sharon.” Michael menghentikan lagi goyangan kursi itu.

“Dia menyuruhku untuk memberikan nama bayi Kita Adam.” Sharon memegang punggung tangan suaminya. “Benarkah Sharon?” Michael berdiri dan memegang dagu dan berpikir. “Ini cukup langka Sharon. Ikut denganku!” Michael menarik tangan Sharon dan mengajaknya ke ruang kerjanya.

Banyak barang yang tergeletak diruangan itu, tak ada jalan bagi mereka bedua. Michael menendang satu persatu barang yang menghalangi jalannya dan sampai di meja yang memiliki tiga layar computer.

“Tunggu sebentar sayang.” Michael menghidupkan komputernya. Tiga layar di depannya hidup, sama seperti layar computer biasa. Namun, tiga puluh layar yang menempel di seluruh ruangan itu pun hidup. Tetapi layar itu hanya berwarna hitam dan bertuliskan nama Adam.

“Kau lihat?” Michael menatap Sharon. “Apa maksudnya ini semua Michael?” Sharon mengernyit. Entah apa yang sedang dilakukan oleh Suaminya itu.

“Sharon, Aku sedang membuat super system untuk memudahkan kehidupan manusia dimuka Bumi ini. Lalu Aku mulai mencobanya dengan jam supersmart itu.” Michael mengambil sebuah jam berada dilaci mejanya.

“Tetapi Sharon, disaat Aku membuat jam ini dahulu, perhatianku malah tertuju kepada penemuan baruku mengenai Benang Alam. Dengan segala percobaan yang ku lakukan, supersystem ini tidak hanya membantu manusia di Bumi melainkan di Alam lain.” Michael mengetik beberapa kode pada komputernya yang tidak di mengerti oleh Sharon.

“Ini beberapa ikonik pemdamping wujud dari supersystem.” Michael memperlihatkan satu persatu dari tokoh yang dibuatnya. “Ada yang berbentuk monster, hantu, alien, robot, dan salah satunya bapak tua itu.” Tangan Michael berhenti memindahkan layar komputernya saat Kakek tua yang pernah dilihat oleh Sharon.

“Iya benar, ini sama persis seperti Kakek tua yang berbicara padaku.” Sharon menunjuk salah satu dari tiga layar yang ada di depannya. “Apa kau bilang? Kakek itu muncul dan berbicara padamu?” Michael terkejut mendengar kata Istrinya.

“Iya benar! Bahkan Aku tidak berbicara, hanya memikirkan sebuah kalimat dipikiranku dan Dia mendengarnya.” Sharon mulai menatap lantai. “Lalu apa Dia menjawab kata-kata dari pikiranmu Sharon?” mata Michael berbinar tak percaya.

“Benar sayang! Dia menjawab pertanyaan yang Aku pikirkan.” Sharon menatap Michael. “Luar biasa, ini semua diluar dugaanku.” Michael berdecap kagum tak percaya penemuannya hampir berhasil.

“Lantas bisa kah kau ceritakan lagi?” Michael menggendong Sharon keluar ruangan. “Ahh..” Sharon tersipu malu saat lekuk tubuh digapai lengan kekar Michael.

Sharon dibaringkan di sofa ruang tamu. “Tidak, jangan Michael.” Sharon memikirkan hal yang tidak boleh dilakukan. “Bukan sayang, bukan yang itu. Aku tahu kau belum waktunya, cukup sekali kau katakan Aku mengerti sayang.” Michael meninggalkan Sharon sendirian di sofa.

Kemudian Michael kembali dengan membawa peralatannya berupa kabel THP ECG Bionet, layar digital minimalis, Macbook, dan sebuah Headset.

“Apa yang akan kau lakukan Michael?” Sharon mengernyit. Sharon memandangi semua alat itu. “Tidak sayang, jangan takut. Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Bisakah kau rileks saja dan tertidur?” Michael memegang punggung tangan Sharon.

“Bagaimana bisa Aku tertidur. Aku tidak mengantuk!” Sharon melepaskan tangannya. Dia membuang pandangannya ke samping. “Jangan marah sayang, ini tidak akan sakit. Kau cukup makan pil ini.” Michael memberikan obat tidur kepada Istrinya.

“Apa ini obat tidur Michael?” Sharon memegang pil itu. “Benar, telanlah.” Michael memberikan segelas air minum saat Sharon selesai menelannya. “Sekarang jangan pikirkan apapun dan tidurlah.” Michael mengecup kening Istrinya.

Sesaat setelah tertidur Michael menempelkan kabel THP ECG itu ke kening Sharon di kiri dan kanan. Menghidupkan Macbooknya, dan memasang Headset di kepalalnya. Layar digital minimalis ia biarkan mati. Semua alat itu tersambung satu sama lain.

Lalu Michael mengetik sebuah kode yang hanya dirinya yang mengetahui kode itu. Lalu layar digital itu tiba-tiba hidup. Layar digital minimalis itu terhubung langsung dengan apa yang Sharon lihat.

Sharon sedang memandangi seorang laki-laki dewasa berwajah tampan dan berambut kuning. “Adam!” Michael kagum tak percaya. Michael melepaskan Headset di kepalanya, menaruhnya di atas meja dan menganga, Dia menutup mulutnya dengan tangan.

“Aku sedang melihat Adam ketika dewasa! Sharon melihat masa depan! Ya Tuhan!” Michael masih tak bisa berpikir jernih. “Sungguh ini penemuanku yang luar biasa.” Mata Michael berair, ia hampir menangis.

Kemudian Michael kembali memasang Headset di kepalanya. Dia mendengarkan suara-suara yang ada dipikiran Istrinya. “Adam, mau kemana nak?” Sharon memandangi punggung Adam. Sedangkan Adam tengah berada dipinggir pantai.

Desiran air laut jelas terdengar oleh Michael. Suara angin sepoi-sepoi menghampiri telinga Michael. Adam yang mengenakan baju putih menjuntai panjang ke pasir itu menoleh melihat Ibunya, tersenyum seakan cahaya matahari besinar terang pada wajah tampannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!