Bab 5
Aqilah berlari ke rumah dengan perasaan riang. Dia sudah tidak sabar untuk memberi tahu tentang kejadian tadi.
"Assalamu'alaikum, Bu," salam Aqilah dengan riang, lalu mencium tangan Rinjani.
"Wa'alaikumsalam," balas sang ibu diiringi senyum tipisnya. Melihat anak-anaknya yang masih bisa tersenyum membuat hatinya ikut bahagia.
"Bu, tadi ada yang membeli semua keripik yang kakak jual, namanya Om Bagas," adu Aqilah.
"Alhamdulillah," balas Rinjani senang. Terlihat bola mata dia berbinar dan senyum cantik menghiasi wajahnya.
"Lalu, Om Bagas mengajak kakak untuk menemui seorang ibu cantik. Dia bilang keripik buatan Ibu itu enak. Ternyata dia punya toko makanan yang menjual berbagai macam makanan yang sering dijadikan oleh-oleh. Katanya kalau mau, kita bisa kirim ke sama keripik buatan kita. Tapi, ibu itu minta buat ukuran yang besar, paling sedikit ukuran 250 gram. Apa ibu mau? Kalau ibu sanggup kita temui ibu pemilik toko itu sekarang," jelas Aqilah dengan menggebu-gebu.
Mendengar ucapan putrinya ini membuat Rinjani tambah senang. Sore harinya mereka langsung menemui wanita pemilik toko oleh-oleh itu, yang bernama Ibu Dewi.
Setelah berbicara dengan wanita paruh baya itu, Rinjani pun menyanggupi keinginannya. Sebab, singkong yang dulu ditanam oleh Dewa juga ada banyak tumbuh di sekeliling halaman rumah, sehingga, tidak akan kesulitan mencari bahan baku.
***
Hari-hari Rinjani kini selain membuat olahan keripik singkong juga menerima buruh mencuci dan menyetrika. Uang dari hasil jualan keripik singkong juga lumayan, sehingga ada untuk membayar tukang untuk membetulkan atap genting yang bocor. Meski belum bisa merenovasi rumah secara keseluruhan, tetapi dengan ini rumah masih bisa berdiri dan dapat mereka tinggali.
"Alhamdulillah, Bu, akhirnya kakak bisa tidur di kamar ini lagi," kata Aqilah dengan senyum lebar sambil menata bantal yang baru saja kasurnya dirapihkan.
Selama hampir dua minggu ini anak perempuan itu tidur beralaskan karpet di kamar adik laki-lakinya, karena kasur milik Azzam berukuran single seperti miliknya. Kini dia sudah kembali ke tempat yang paling di senangi olehnya. Bisa belajar dengan tenang tanpa mendengar ocehan kedua adiknya. Platform yang bolong juga sudah diganti, sehingga tidak akan ada debu tanah yang berjatuhan dari atap seperti sebelum-sebelumnya.
Rinjani pun ikut bahagia ketika melihat senyum lebar putrinya. Dia dan anak gadis kecil itu sudah bekerja keras selama 13 hari ini. Mereka membuat banyak keripik pesanan Bu Dewi sampai begadang larut malam. Wanita cantik itu bersyukur punya putri seperti Aqilah. Anak yang penuh pengertian dan bertanggung jawab, juga pekerja keras tanpa menuntut apapun kepadanya. Tidak ada seratus rupiah pun yang di minta oleh gadis kecil itu, sebagai upah membantu jualan atau mengantarkan ke warung-warung.
"Kita harus banyak-banyak bersyukur, Kak. Saat rumah kita bocor dan butuh uang, Allah memudahkan rezeki kita dengan menggerakkan hati Bu Dewi agar membeli keripik buatan kita," ucap Rinjani dengan tatapan teduh dan membelai rambut putrinya.
"Iya, benar kata Ibu kemarin. Kalau Allah tidak akan pernah menguji kita melebihi batas kemampuan kita," timpal Aqilah dengan tersenyum manis menampakan gigi gingsul miliknya.
Saat kedua perempuan beda generasi itu sedang membereskan barang-barang di kamar, karena sebelumnya dikosongkan saat direnovasi, terdengar suara gaduh dari arah depan rumah, yang memanggil nama sang janda. Rinjani dan Aqilah saling menatap, lalu bergegas ke luar rumah untuk melihat keributan itu.
Terlihat ada beberapa orang wanita halaman depan rumah Rinjani. Dari sekumpulan orang yang hadir di sana, ada seorang yang wanita itu kenal, yaitu istri kepala desa.
"Ibu-Ibu, ada apa ini?" tanya Rinjani dengan tenang.
Di saat yang bersamaan terdengar suara tangisan Attar. Putra bungsu yang sejak tadi tidur. Aqilah yang tidak mau adik kecilnya melihat kejadian saat ini bergegas masuk ke kamar depan, sebelum Attar ke luar mencari ibunya.
"Hei, Rinjani! Kamu jangan ganggu rumah tangga orang lain. Di mana harga diri kamu! Jangan mentang-mentang sudah habis masa iddah, terus kamu minta dinikahi oleh Pak Djoko." Seorang wanita membentak Rinjani.
Kedatangan Ibu-Ibu yang bergerombol itu memancing rasa ingin tahu para tetangga yang rumahnya dekat dengan tempat tinggal Rinjani. Perempuan itu melihat pada istri dari kepala desa.
"Bu Siti, dan Ibu-Ibu semuanya, lebih baik kita bicara di dalam. Sepertinya ada kesalahpahaman di sini," ajak Rinjani pada tamu tak diundang itu.
"Tidak perlu," balas Bu Siti.
Wanita tempo hari yang bersikap baik dan ramah kepadanya, kini terlihat ketus. Bahkan tatapan matanya seakan mengintimidasi Rinjani dan menuduh padanya.
"Aku tidak tahu muncul kabar ini dari mana? Saya tidak pernah terlintas sedikit pun untuk menikah lagi. Apalagi menjadi istri yang kedua," ucap Rinjani sambil melihat ke arah kawanan para wanita paruh baya.
Akan tetapi sekumpulan orang itu menatap balik Rinjani dengan tatapan yang menghina. Sorot mata ketidak sukaan yang jelas terpancar dari mereka.
"Jangan bohong kamu! Pastinya kamu mengincar suami saya, 'kan? Karena kamu butuh uang yang banyak untuk melunasi hutang almarhum suamimu dulu," timpal Bu Siti.
Hati Rinjani terasa teriris saat mendengar perkataan Bu Siti. Sesudah apa pun hidup dia, hutang itu bukan milik suaminya, tetapi milik dia. Dia ridho membayar kerusakan mobil milik Dirga. Sejak awal perjanjian dia dengan Dirga dulu juga sudah dikatakan kalau hutang itu adalah milik Rinjani dan dia yang bertanggung jawab untuk membayarnya. Perempuan itu tidak mau ruh suaminya terkatung-katung di alam barzah.
"Bu Siti tidak perlu takut aku akan menikah dengan Pak Djoko. Insha Allah, aku tidak akan menikah dengan Pak Djoko, atau siapa pun itu saat ini. Aku punya tiga orang anak dan kebahagiaan ketiga anakku itu yang sedang aku perjuangkan sekarang," balas Rinjani.
Setelah kepergian Bu Siti dan kawan-kawannya, Rinjani kedatangan Dirga yang akan menagih uang piutang. Laki-laki itu datang untuk menagih hutang, padahal biasanya uang itu ditransfer oleh Rinjani melalui bank yang sudah disepakati oleh mereka sebelumnya.
"Duduklah, aku akan membawa uangnya dahulu," ucap Rinjani.
Tidak sampai 5 menit perempuan itu pun datang dengan membawa dompet. Sebelum uang itu diserahkan kepada Dirga, Rinjani menghitung uangnya sampai dua kali agar tidak terjadi kesalahan.
Saat wanita berjilbab itu menghitung uangnya, tatapan mata Dirga tidak lepas dari sosok Adelia. Laki-laki itu mengakui kalau Rinjani merupakan wanita yang sangat cantik.
Setelah benar-benar yakin dengan jumlah uang yang akan dia bayar, wanita itu terlebih dahulu meminta tanda bukti, kalau hari ini dia sudah membayar hutangnya.
"Akan aku kasih kamu kwitansi," ucap Dirga, lalu dia pun kembali ke mobilnya untuk membawa note berbentuk persegi panjang. Namun, sebelum laki-laki itu menulis di kwitansi itu, dia bertanya kepada Rinjani.
"Rinjani, aku akan memberikan penawaran yang akan menguntungkan kamu. Apa mau kamu menerima ini?" tanya Dirga yang menatap lekat pada janda Dewa itu.
"Apa itu?" tanya ibu tiga orang anak ini.
"Menikahlah denganku dan semua hutangmu akan lunas dan kamu beserta anak-anak akan hidup lebih dari berkecukupan," tawar Dirga.
***
Jawaban apakah yang akan diberikan oleh Rinjani? Tunggu kelanjutannya, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Sri Puryani
ini nih manusia bejat ada lg
2025-01-20
0
Ida Lailamajenun
typo Thor 😂
Dirga nih org kaya tapi kayak kurang duit minta ganti rugi ke Rinjani Krn Ferarri nya kena senggol mobil dewa.apa mata Dirga rabun yak gak liat kehidupan Rinjani bgmn malah minta ganti rugi Segede gitu
2024-03-06
0
Ida Lailamajenun
pasti kades gak ada ahlak nih yg nyebar rumor Krn ditolak ma Rinjani maka nya ibu" dtg nyerang ke Rinjani
2024-03-06
0