Bab 2
Setelah kepergian Dirga, Rinjani pun bergegas pergi ke pusat perbelanjaan sambil menggendong Attar yang masih berusia 2 tahun. Dia berniat mencari pekerjaan untuk keperluan keluarganya dan membayar utang.
"Maaf, kami hanya menerima pegawai yang memiliki ijazah. Karena itu akan dijadikan jaminan atas kerja sama pihak kami dengan para karyawan." Itulah kata-kata yang sering diucapkan oleh pemimpin toko saat Rinjani mengajukan permohonan pekerjaan.
Entah sudah toko berapa yang wanita itu masuki, semuanya menolak. Sudah seharian Rinjani mencari pekerjaan dan hasilnya tidak sesuai harapan dia.
'Ya Allah, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tahu rezeki-Mu tersebar luas di dunia ini. Semoga Engkau mempermudah hamba-Mu ini untuk mendapatkannya.' (Rinjani)
"Bu, lapar," panggil Attar dengan ekspresi wajah memelas.
"Astaghfirullahal'adzim. Aku sampai lupa kalau kita belum makan. Mana kita sedang tidak punya uang," gumam Rinjani dengan hati yang tersayat saat melihat wajah putra bungsunya.
Rinjani pun mendatangi sebuah warung makan. Dia menanyakan apa sedang membutuhkan tenaga bantuan. Namun, mereka bilang sedang sepi jadi memerlukan jasanya.
Tidak patah semangat, wanita itu pun kembali mendatangi kedai makanan yang agak besar. Meski kemungkinan besar akan ditolak, dia ingin mencobanya.
"Pak, apa di sini sedang memerlukan tenaga tambahan? Dibayar dengan sepiring nasi dan lauknya juga tidak apa-apa. Asalkan putra saya bisa makan," kata Rinjani kepada seorang laki-laki yang diperkirakan seumuran dengannya.
Laki-laki yang belakangan diketahui bernama Bahari itu pun menelisik kepada Rinjani. Dia menilai perempuan itu, karena tidak mau dibodohi oleh orang asing yang akan beresiko menipu dirinya.
"Kamu orang mana?" tanya Bahari yang berpakaian kasual, tetapi rapi.
"Saya dari Desa Suka Jaya, Pak." Rinjani menjawab dengan jujur.
'Desa Suka Jaya itu 'kan, sangat jauh dari sini. Harus naik kendaraan.' (Bahari)
"Kalau kamu lapar minta saja sama pelayan, tapi jangan di makan di sini," kata si pemilik kedai makanan.
Rinjani tidak suka dikasihani dengan cara seperti ini. Dia masih punya harga diri. Dulu suaminya mengajarkan jangan suka minta-minta kepada orang lain. Walau itu cuma minta oleh-oleh kepada kenalannya meski dengan niat bercanda. Begitu juga dengan sekarang, meski jelas-jelas sedang kelaparan, dia akan berusaha bekerja terlebih dahulu dan baru menerima upahnya.
"Maaf, Pak. Saya dan putra saya ini bukan pengemis yang suka minta-minta. Saya masih punya tenaga untuk bekerja dan akan meminta upah atas pekerjaan aku nantinya. Terima kasih atas perhatiannya, permisi," ujar Rinjani pergi ke luar dari kedai itu.
Laki-laki berpostur sedang itu pun kembali memanggil Rinjani. Kali ini dia menilai kalau perempuan bersama anaknya itu bukanlah seorang penipu.
"Bantu kami mencuci semua piring dan wadah yang kotor di dapur," kata Bahari kepada Rinjani.
Mendengar permintaan laki-laki itu, Rinjani merasa sangat senang sekali. Akhirnya, dia akan mendapatkan uang meski sedikit. Setidaknya ada yang bisa dimakan oleh Attar.
"Pak, maaf kalau saya sudah lancang. Bolehkan aku meminta upah di muka berupa nasi dan lauknya. Putra saya sedang kelaparan, setidaknya minta nasi yang siram oleh kuah sayuran," ucap Rinjani mengungkapkan keinginannya.
"Baiklah. Minta satu piring makanan untuk bayi berusia balita!" seru Bahari kepada pegawai di sana.
Setelah menyuapi Attar yang lahap dan menghabiskan semua makanannya itu. Rinjani pun bergegas pergi ke dapur untuk menjalankan tugasnya.
Meski perut Rinjani terasa melilit karena lapar, tetapi dia mengerjakan semua pekerjaannya dengan cepat. Attar yang setia berdiri di samping ibunya juga diam tidak merengek. Paling hanya memanggil nama ibunya saja.
"Bu," panggil Attar.
"Ada apa, Sayang?" tanya Rinjani sambil mengalihkan perhatiannya kepada sang putra bungsu, tetapi kedua tangannya masih sibuk membilas barang-barang perlengkapan memasak itu.
"Bo-bo," sahut Attar sambil mengucek kedua matanya, lalu menguap.
Melihat seperti itu, Rinjani merasa kasihan. Lalu, dia menggendong Attar di balik punggungnya.
***
Rinjani pulang dengan membawa lumayan banyak makanan, berupa nasi dan beberapa jenis lauk pauknya. Selain itu, Bahari juga memberi uang sebesar 100 ribu karena puas dengan pekerjaannya.
Begitu sampai ke rumah, terlihat Aqilah dan Azzam sedang duduk menunggu di teras rumah. Kedua anaknya itu juga belum makan, karena tidak ada nasi.
"Maafkan ibu, ya? Karena tidak ada beras jadi belum menanak nasi, tadi," ucap Rinjani dengan penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa, kok, Bu." Aqilah memeluk ibunya mencoba menenangkan perasaan merasa bersalah padanya.
"Besok-besok kalau lapar dan tidak ada nasi, kalian ambil singkong saja yang ada di halaman. Jangan sampai kalian sakit karena maag atau kelaparan. Ibu tidak mau itu terjadi pada kalian," ujar wanita berusia 33 tahun itu.
***
Uang yang di dapat dari kedai makanan dibelikan beras dan minyak goreng. Rinjani membuat keripik singkong dan di jual berkeliling juga di titipkan ke warung-warung.
Bukan hanya Rinjani yang jualan keripik, Aqilah juga ikut jualan. Dia membawa keripik-keripik itu ke sekolah dan menjualnya kepada teman-teman di sekolahnya. Jika masih ada sisa, maka akan dijajakan sambil pulang ke rumah.
Sudah satu bulan berlalu sejak meninggalnya Dewa. Rinjani hanya mampu membayar uang cicilan sebesar satu setengah juta rupiah. Meski dia dan ketiga anaknya sudah hidup dengan sangat irit.
'Aku harus mencari pekerjaan lainnya yang bisa menghasilkan uang yang lebih banyak. Tapi, apa itu?' (Rinjani)
Terlihat Bu RT yang lewat di depan rumah sambil bersungut-sungut. Maka, Rinjani pun menyapa dirinya.
"Kenapa, Bu RT?"
"Ini, si Inah. Bilangnya mau menyucikan baju, tapi nggak datang-datang. Pas barusan aku datangi rumahnya, dia malah asyik bermesraan dengan kekasihnya yang baru pulang dari ibu kota," jawab Bu RT.
Mendengar perkataan dari Bu RT, membuat Rinjani merasa punya kesempatan lain untuk mencari uang. Dia akan lakukan segala pekerjaan yang penting halal.
"Kalau boleh, aku bisa mencucikan baju itu, Bu," kata si janda kembang.
"Beneran?" Bu RT merasa sangat senang, karena akan ada yang membantu dirinya.
"Benar, kebetulan saya juga sedang membutuhkan uang. Ibu tahu sendiri kalau saat ini saya punya tunggakkan," tukas Rinjani.
Akhirnya Rinjani pun menjadi buruh cuci dan menyetrika baju. Hasil dari sana juga lumayan jika dibandingkan dengan jualan keripik yang hanya punya sedikit keuntungan.
***
Orang-orang yang membutuhkan jasa mencuci dan menyetrika pun kini sering meminta tolong kepada Rinjani, karena hasilnya lebih memuaskan. Mereka juga selalu saling berebutan karena sehari Rinjani hanya akan menerima dua orang saja.
"Bu Rinjani, aku hanya minta tolong menyetrika saja. Itu bisa dibawa ke rumah, nanti aku kasih uang lebih karena listrik dan setrikaannya dari Ibu sendiri. Bagaimana?" Istri kepala desa, sengaja jauh-jauh datang ke rumah jandanya Dewa itu hanya untuk meminta tolong. Ini dikarenakan dia puas saat melihat hasil kerja Rinjani saat di rumah temannya.
"Saya bekerja setelah anak-anak pergi sekolah dan sudah berhenti sebelum anak-anak pulang. Karena aku harus mengurus mereka dan memperhatikan segala hal tentang anak-anak. Jadwal saya satu minggu ini sudah penuh. Saya takutnya pakaian-pakaian itu mau dipakai oleh keluarga Ibu, akan terlalu lama jika menunggu saya yang kerjakan," ucap Rinjani merasa tidak enak menolak istri nomor satu di desanya itu.
"Yah, sayang sekali!" Istri kepala desa itu kecewa karena pakaian-pakaiannya tidak bisa disetrika oleh Rinjani.
"Maaf, ya, Bu." Rinjani menangkupkan kedua tangannya di dada.
"Nggak apa-apa. Kapan-kapan semoga saja bisa," balas wanita paruh baya itu.
Baru saja istri kepala desa pergi, kini datang pak kepala desanya sendiri. Laki-laki paruh baya dengan setelan rapi itu datang menaiki mobil.
'Itu Pak Kepala Desa, mau apa ke sini?' (Rinjani)
"Assalamu'alaikum, Bu," salam kepala desa dengan tersenyum ramah.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," balas Rinjani dan mempersilakan tamunya duduk di kursi yang ada di teras.
Semenjak menjanda Rinjani mengeluarkan kursi yang ada di ruang tamu ke teras rumahnya. Jadi, dia tidak perlu memasukan orang ke dalam rumah. Hal ini untuk menjaga dirinya dari fitnah.
"Ada apa, ya, Pak?" tanya Rinjani penasaran dengan kedatangan kepala desa ke rumahnya.
"Saya ingin menawarkan pinangan kepada Dek Rinjani untuk menjadi istri kedua. Sekiranya Dek Rinjani mau. Kita bisa menikah setelah masa iddah habis," kata kepala desa sambil tersenyum malu-malu.
'Astaghfirullahal'adzim. Baru saja kemarin aku menolak dua orang laki-laki yang ingin melamar, hari ini pun ada lagi. Bahkan sekarang memintanya menjadi istri kedua. Ya Allah, lindungilah aku dari fitnah-fitnah di kemudian hari.' (Rinjani)
***
Jawaban apa yang akan diberikan oleh Rinjani? Bagaimana pandangan para tetangga kepadanya? Tunggu kelanjutannya, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Sri Puryani
dr perusahaan busnya rinjani apa gk dpt uang ya? dr jasa raharja jg.....
2025-01-20
1
Ida Lailamajenun
astaga tak kira kepala desa mo ksh modal biar Rinjani usaha tau nya ngajak nikah🤦🤦gimana mo sukses memimpin desa nya klu kades nya gila kawin bgn
2024-03-06
1
Ida Lailamajenun
klu laris bgn cuci setrika nya Rinjani buka laundry aja didepan rumah nya sayang banyak langganan gitu
2024-03-06
0