Bab 3
Rinjani kini berhadapan dengan Pak Kepala Desa yang ingin memintanya menjadi istri kedua. Sebagai seorang perempuan yang baru saja ditinggalkan oleh suami tercinta, jelas akan menolak hal ini. Bahkan dirinya saat ini masih dalam masa iddah.
"Maafkan saya karena menolak keinginan Bapak ini. Saat ini saya masih belum kepikiran akan menikah lagi. Terlalu besar rasa cinta saya ini kepada almarhum Dewa. Sehingga akan sulit sekali untuk saya menerima pinangan dari siapapun. Anak-anak juga pastinya tidak mau punya ayah tiri," ucap Rinjani dengan halus dan sopan, tetapi terdapat ketegasan dari nada bicaranya.
"Jika, Dek Rinjani mau menjadi istri saya, semua utang itu akan saya bayar sampai lunas. Bagaimana?" tanya Pak Djoko, nama kepala desa.
"Sekali lagi saya menolak keinginan Anda itu, Pak! Saya tidak ingin menikah, apalagi menjadi istri yang kedua. Apa istri Bapak setuju punya madu?" ucap Rinjani dengan tegas dan mencoba menahan rasa kekesalannya.
Dikarenakan keinginannya tidak mendapat sambutan baik dari Rinjani, maka Pak Kepala Desa itu pun pergi dengan ekspresi wajah penuh kekecewaan. Segala cara dan rayuan sudah dia gunakan, tetapi Rinjani masih bersikukuh menolak pinangannya.
***
Setiap orang yang punya penyakit rasa iri pastinya selalu mencari kesalahan dan kadang menyebarkan fitnah. Begitu juga yang terjadi kepada Rinjani. Tersebar gosip yang menimpa janda kembang ini, katanya diam-diam suka pergi ke luar rumah di malam hari.
"Hati-hati kalau punya suami. Jaga mereka baik-baik. Sekarang banyak janda yang suka menggoda," kata seorang wanita berdaster pada ibu-ibu yang sedang belanja ke warung.
"Iya. Aku juga selalu mewanti-wanti pada suami aku. Jangan sampai tergoda sama janda," timpal wanita berambut pendek.
"Iya, apalagi kalau janda itu cantik. Pasti akan banyak laki-laki yang mengincarnya," lanjut si wanita berdaster tadi.
Rinjani hanya diam, dia memilih sayuran dan bumbu yang akan dibeli. Lalu, dia pun bergegas pulang ke rumah. Hati dia terluka saat melihat tatapan sinis dari ibu-ibu tadi. Tentu saja bagi orang yang iri dengan kecantikan wanita itu, membuat banyak istri-istri ketakutan suaminya akan digoda. Maka, mereka menjadi mengurungkan niat menyuruhnya mencuci atau menyetrika baju. Takut kalau selain melakukan pekerjaan itu, Rinjani juga akan menggoda suami mereka.
Entah siapa yang menghembuskan berita tidak benar itu. Hal ini sangat merugikan keluarga Rinjani. Sebab, kini pendapatan wanita dari buruh cuci dan menyetrika menjadi sedikit. Sehari hanya satu orang yang memerlukan tenaganya. Bahkan kadang tidak ada sama sekali.
***
"Bu, bulan ini belum bayar SPP ke sekolah," kata Aqilah setelah selesai sarapan.
Hati Rinjani bagai tersayat sembilu saat melihat wajah putri dan putranya yang kini sudah duduk di sekolah dasar. Kebetulan dalam satu bulan ini, pendapatan dia sangat sedikit sekali. Uang yang di dapat dari buruh mencuci dia simpan untuk membayar utang kepada Dirga. Sementara itu, untuk keperluan sehari-hari mereka dari hasil jualan keripik.
"Hari ini ibu belum ada uang, Kak. Semoga saja hari ini banyak orang yang membutuhkan tenaga ibu," balas Rinjani dengan sorot mata yang nanar.
"Bu, pensil punya abang juga hilang," ucap Azzam dengan pelan.
'Astaghfirullahal'adzim. Ya Allah, kenapa sekarang hal-hal kecil seperti ini pun terasa berat.' (Rinjani)
"Kakak punya pensil yang bisa kamu pakai. Meski sudah kecil, tetapi masih bisa dipakai menulis," tukas Aqilah sambil menyerahkan sebuah pensil yang tinggal seukuran tinggi telunjuk.
"Terima kasih, Kak," balas Azzam sambil menerima pensil itu dengan senang. Setidaknya dia bisa menulis saat di sekolah nanti.
Hati Rinjani menjerit, ingin sekali dia menangis melihat ketiga anaknya. Sudah sebulan ini mereka tidak diberi uang saku saat pergi ke sekolah dasar maupun ke sekolah agama. Dia menyuruh anak-anaknya membawa bekal ke sekolah. Setiap hari Rinjani akan membuat nasi goreng sederhana yang hanya pakai telur saja tanpa campuran apapun lagi sebagai topping-nya. Bahkan air minum pun mereka bawa dari rumah. Kebetulan jarak dari rumah ke sekolah masih bisa dituju dengan berjalan kaki, meski berjarak satu setengah kilometer.
***
"Bismillah, semoga hari ini ada yang membutuhkan tenaga aku. Ya Allah, permudahkanlah rezeki untuk keluarga hamba-Mu ini," kata Rinjani setelah melangkah ke luar rumahnya sambil menuntun si kecil, Attar.
Hari itu pun Rinjani mendatangi rumah-rumah yang dulu biasanya membutuhkan tenaganya. Meski sudah beberapa rumah dia datangi, tidak ada seorang pun yang membutuhkan tenaganya. Namun, perempuan itu tidak menyerah. Dia terus mengetuk pintu rumah-rumah di kampungnya sampai ke kampung tetangga.
"Bu, bobo." Terlihat Attar menguap karena ini waktu anak 2 tahun itu tidur.
"Adik mau bobo di gendong di depan atau dibelakang?" tanya Rinjani sambil mengeluarkan kain jarik untuk menggendong putra bungsunya.
"Di depan," jawab Attar yang mulai terkantuk-kantuk.
Sambil berjalan kembali Rinjani melantunkan shalawat sebagai pengiring tidur anaknya. Dia sudah berjalan selama 2 jam lebih, tetapi belum ada yang memerlukan tenaganya.
"Assalamu'alaikum," salam Rinjani di sebuah rumah yang berukuran besar.
"Wa'alaikumsalam. Ada apa, ya?" tanya wanita tua, pemilik rumah.
"Apa di rumah ini sedang memerlukan jasa mencuci atau menyetrika baju?" tanya Rinjani.
Wanita tua itu menelisik ke arah Rinjani yang sedang menggendong anak balita. Sekarang ini zaman orang suka berbuat kejahatan dengan berbagai modus. Tentu wajar jika pemilik rumah menjadi was-was kepada orang asing.
"Kamu siapa?" tanya wanita berbadan gempal itu masih menatap tajam ke arah Rinjani.
"Saya Rinjani dari Kampung Suka Jaya. Saat ini saya sedang mencari pekerjaan untuk biaya hidup keluarga saya," jawab Rinjani.
"Suami kamu kerja apa? Kenapa kamu jauh-jauh cari kerja ke sini?" tanya wanita berbaju daster.
"Suami saya sudah meninggal tiga bulan yang lalu, karena kecelakaan. Dan kini saya harus menjadi tulang punggung untuk membiayai tiga orang anak," jawab Rinjani jujur.
Hati wanita tua itu ikut bersedih. Dia melihat kejujuran dari sorot mata milik Rinjani. Maka dia pun menyuruh Rinjani untuk mencuci gorden di rumah itu. Setelahnya dia meminta mencabut rumput liar di semua halaman rumah. Meski begitu uang yang didapat oleh Rinjani lumayan besar. Bahkan bisa untuk membayar biaya SPP kedua anaknya.
"Ya Allah, alhamdulilah. Hari ini bisa uang banyak," kata Rinjani sambil tersenyum senang. Kini ada uang dua lambar bergambar presiden pertama Indonesia.
***
"Bu, kenapa hidup kita menjadi susah seperti ini? Setelah tidak ada ayah, semuanya menjadi sulit?" tanya Aqilah sambil membungkus keripik hasil menggoreng ibunya.
"Setiap manusia pasti akan mendapatkan ujian dari Allah. Ini untuk meningkatkan keimanan dan derajat kita di hadapannya," jawab Rinjani dengan suaranya yang lembut.
"Meski begitu, Allah tidak akan memberikan suatu ujian melebihi kemampuan hambanya. Jadi, semua yang terjadi pada kita saat ini, ibu yakin kalau kita akan mampu melewatinya," lanjut wanita berjilbab instan.
Aqilah pun mengangguk dia juga dulu sering mendengar ayahnya memberi nasehat kepada orang-orang yang datang ke rumah dan menceritakan masalah mereka. Gadis kecil ini selalu terngiang-ngiang ucapan ayahnya dulu.
"La tahzan innallaha ma'ana (Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita)" gumam Aqilah.
"Ya, itu kata-kata yang sering dikatakan oleh ayah," ucap Rinjani dengan tatapan matanya yang nanar sarat akan kerinduan pada laki-laki yang dicintainya.
"Bu ... Ibu!" Terdengar suara Azzam memanggil Rinjani dengan berteriak.
"Ada apa, Bang?" Rinjani dan Aqilah pun bergegas datang menghampiri putra tertuanya yang berada di kamar tidur depan.
"Tubuh Adik panas sekali!" serunya.
***
Apa yang terjadi pada si bungsu? Apakah Rinjani mampu membahagiakan ketiga buah hatinya? Tunggu kelanjutannya, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
awal" menderita dulu biar Rinjani bisa jadi wanita tangguh dan anak" nya bisa mensyukuri kehidupan mrk wlpn pas"an.ajaran Rinjani dan suami ke anak" oke bgt agama nya.ada pelangi setelah hujan
2024-03-06
1
Neulis Saja
be patient
2023-04-14
1
Susilawati Rela
aku nya jadi mengsedih.....minta bikinin BPJS atuh ke pak rete..biar diajukan ke desa...🤔
2023-03-03
1