Berubah

"Nona ini makanan yang nona mau."

Kedatangan Zafer membuatnya tersadar dari lamunannya,ia tersenyum dan mengambil satu piring makanannya.

"Zafer itu untukmu makanlah."

"Tapi nona,saya-"

"Temani aku makan,ini perintah."

"Baiklah nona saya akan menuruti perintah Anda." Zafer dengan sedikit gemetar mengambil piring itu dari nampan dan mulai memakannya.

"Bagaimana rasanya?" Enlfleda melirik Zafer yang sedang sibuk mengunyah makanannya.

"Enak nona,tapi apakah saya tidak lancang makan dengan Anda?"

"Lancang? Tentu saja tidak. Ini adalah perintah dariku,jadi tidak ada kata lancang."

Enlfleda tersenyum manis kearah Zafer, sedangkan Zafer menjadi salah tingkah saat nonanya tersenyum kepadanya.

Mereka berdua menghabiskan makanannya dalam diam hingga makanan itu habis dan Zafer mengembalikan piringnya ke dapur.

"Aku ingin buah." Pandangannya jatuh pada pohon buah anggur dan juga apel,seakan memanggilnya untuk memetik mereka.

"Buah aku dataangg." Enlfleda berlari kecil tanpa mengenakan sendal dan memanjat pohon apel yang tidak terlalu tinggi namun berbuah banyak itu.

"Nona Enlfleda apa yang nona lakukan?"

Seorang maid yang melihat Enlfleda memanjat pohon terlihat berlari tergopoh-gopoh,ia merasa panik lalu berdiri didekat pohon apel tersebut.

"Hey diam dulu kenapa sih? Aku cuma mau apel saja." Enlfleda berusaha merai buahnya yang berada tak jauh dari posisinya bertengger saat ini.

"Ya Tuhan nona, kalau sampai nona jatuh bagaimana? Didapur ada buah apel non. Aduh aduh!"

"Aku hanya mau apel fresh okey? Dan aku ingin memetiknya sendiri."

"Nona bagaimana kalau tuan dan nyonya tau?"

"Kalau kau diam saja mereka tidak akan tau,mengerti?." Maid itu mengangguk dengan dihantui rasa cemasnya "Sekarang kau ambilkan sebuah tas saja,biar aku bisa menaruhnya ditas itu."

"Iya baik baik." Maid itu berlari mengambil sebuah tas dan melemparkannya keatas.

"Baiklah kau tunggu aku turun,nanti aku beri apel hasil kerja kerasku ini hahahhaha."

Enlfleda tertawa bebas namun berbeda dengan maid itu,ia berdiri dengan tubuh gemetar dan harap-harap cemas dengan nonanya yang menjadi banyak tingkah.

Setelah dirasa sudah cukup banyak Enlfleda segera turun dari pohon.

"Nona hati-hati saya akan menangkap Anda di-"

Bruk

Enlfleda mendarat dengan aman sambil menepuk-nepuk bahu maidnya yang patuh itu.

"Sudah,tidak usah repot menangkapku,kau pikir kau kuat menahan bebanku? Ayo ke gazebo."

Maid itu menatap nonanya dan pohon itu secara bergantian. 'Pohonnya sih tidak masalah,tapi kalau nona jatuh maka aku akan dihukumnya' Gumamnya dalam hati.

"Nona mau saya kupaskan?"

"Tidak,kau bisakah ambilkan pisau dan piring?"

"Baik nona saya ambilkan." Maid itu segera pergi mengambil barang yang diminta oleh nonanya.

"Anggur itu terlihat enak,aku akan memetiknya."

Dari dulu Rima memang menyukai buah anggur hanya saja ekonominya yang tidak mencukupi membuatnya harus puasa anggur. Sekarang ada anggur disini pastilah membuatnya senang.

"Nona apa yang Anda lakukan?" Zafer juga berlari ketika melihat Enlfleda memetik anggur, Enlfleda menatapnya malas. Seorang bangsawan tidak bisa bebas memang,apalagi seseorang berstatus seperti Enlfleda ini.

"Zafer diam! Lebih baik kau membantuku memetik anggur ini saja ya." Zafer terdiam cukup lama, sebelum akhirnya membantu Enlfleda memetik anggur.

"Kenapa Anda tidak istirahat dan membiarkan saya saja yang memetiknya?"

"Tidak,aku sedang ingin memetik sendiri. Eh segini sudah cukup,kita kembali ke gazebo."

Zafer menatap aneh Enlfleda,perubahan sebesar ini terjadi secara mendadak. Bahkan merubah caranya berbicara juga.

"Nona saya membawakan piring dan juga pisau seperti yang Anda minta."

"Piring dan pisau? Untuk apa?" Zafer mengernyit melihat barang yang dibawa oleh maid.

"Itu aku juga tidak tau,nona yang menyuruhku."

"Ini untuk mengupas apel dan membelahnya,masa iya kalian tidak tau? Kemarikan aku akan mengupasnya."

"Tidak nona! Untuk kali ini cukup saya dan Christy yang mengupasnya, Anda diam saja."

"Tapi kaann-"

"Nona kalau tiba-tiba tuan muncul kami akan dihukum kalau membiarkan Anda mengupasnya sendiri." Kali ini Enlfleda menurut kepada maid yang tadi namanya disebut Christy oleh Zafer.

"Baiklah kalau begitu,jangan lupa mencuci bersih mereka."

"Baik nona." Jawab mereka serentak. Enlfleda akhirnya hanya melihat kedua bawahannya yang sejak sibuk itu sambil sesekali menguap.

"Nona ini anggur dan apel nya sudah siap." Christy memberikan sepiring besar buah kepada Enlfleda.

"Ayo makan,kalian mau kan?" Enlfleda menatap mereka bergantian, sedangkan yang ditatap juga balik menatap Enlfleda seperti bingung.

"Kalau tidak mau ya sudah,aku akan makan ini sendiri diatas pohon apel itu."

"Eh jangan nona,baiklah kami akan makan."

Akhirnya merek bertiga makan buah itu diselingi dengan beberapa cerita,sampai Zafer memberikan pertanyaan menohok pada Enlfleda.

"Apakah Anda benar nona kami? Kenapa sifat dan sikap Anda berbanding terbalik dengan sebelumnya?"

Deg

Enlfleda merasa keringat dingin mulai menetes, bagaimana caranya ia memberi tau kalau ia itu mengalami time travel? Apakah mereka akan percaya?.

"Memang kenapa kalau aku berubah? Apakah manusia tidak bisa berubah?" Enlfleda menghela nafas "Apakah kau pikir dikhianati oleh orang yang aku sayangi tidak menimbulkan rasa sakit Zafer? Apakah aku harus tetap bersikukuh menjadi seseorang yang sama? Mungkin pilihanku untuk berubah kali ini adalah satu jalan untuk merubah semua sudut pandang orang lain padaku."

Zafer bisa melihat bahwa Enlfleda sangat kecewa saat ini,bahkan matanya berkaca-kaca ingin menangis. Ketika Zafer ingin mengusap air matanya Enlfleda menepis tangannya.

"Tidak usah bersandiwara,dimana kesetiaanmu Zafer? Dimana kamu saat aku hampir mati? Tidakkah pertanyaan barusan hanyalah bentuk kecurigaanmu padaku? Kalau kau tidak ingin bersama denganku silahkan pergi dari sini Zafer."

Enlfleda berlari dengan air mata yang mengalir,ia tidak memperdulikan Zafer dan Christy yang mencoba untuk mengejarnya.

Brukk

Enlfleda menenggelamkan wajahnya dibantal,ia menangis tersedu-sedu. Kata-kata barusan adalah benar-benar perasaan yang dirasakan Enlfleda dan juga Rima, sama-sama dikhianati oleh orang yang mereka sayangi. Enlfleda akhirnya tertidur karena terlalu lelah menangis.

Tok tok tok

Enlfleda terbangun karena mendengar suara ketukan pintu berulang kali,ia melihat pantulan dirinya di cermin,terlihat matanya sembab karena menangis tadi.

Enlfleda membuka kunci pintunya,terlihat Zeki datang bersama Zafer dan Christy.

"Kak apa yang kau lakukan disini?"

"Astaga Enlfleda kau menangis? Kau kenapa hah? Mereka bilang kau marah dengan mereka,kalau mereka ada salah kakak bisa menghukum mereka dengan kejam. Katakan ada masalah apa?" Zeki memeluk Enlfleda sangat erat terasa bahwa Zeki sangat menyayangi Enlfleda.

"Mereka tidak salah,yang salah adalah aku sendiri tidak bisa mengontrol emosi."

"Nona jangan salahkan diri Anda sendiri,kamilah yang salah kepada Anda." Kini Zafer dan Christy berlutut dihadapan Enlfleda meminta maaf padanya.

"Hayir! Aku tidak akan menarik kata-kataku. Berdirilah!"

Zeki melihat Enlfleda dengan senyuman yang sangat lembut,diciumnya kening Enlfleda.

"Kau sekarang sudah dewasa adikku, kedepannya aku harap kau bisa hidup tanpa adanya kakak disisimu."

Kata-kata ini entah kenapa membuat Enlfleda tersentak, seakan-akan seperti ada sesuatu yang akan terjadi nantinya.

"Apa maksudmu kak?"

"Kau akan pergi ke Indonesia satu minggu lagi,kau lupa? Disana kau hanya akan bersama dengan beberapa maid serta Zafer yang menemanimu,kakak,ibu dan juga ayah akan tetap disini."

Sejujurnya Enlfleda sangat senang dapat pergi ke Indonesia tempat kelahirannya sendiri. Tapi Enlfleda yakin pemilik asli tubuh yang ia tempati tidak akan senang.

"Kenapa demikian?"

"Karena kami ada urusan bisnis disini,dan kami juga berfikir untuk membuatmu melupakan Levent, Indonesia adalah tempat yang terbaik. Disana maid yang bekerja di mansion kita sudah menunggu kedatanganmu. Awalnya kakak merasa kamu harus kakak temani,tapi melihat sikapmu saat ini kakak tidak khawatir lagi."

Enlfleda menatap dalam mata Zeki, tidak ada kebohongan dan hanya ada rasa sayang yang melimpah.

Enlfleda menyeringai berusaha tersenyum disaat air matanya mulai menetes lagi "Aku tau aku terlihat ke kanak-kanakkan,itulah alasan kalian mengirimku ke Indonesia. Didalam hati kalian takut jika aku akan mengacaukan kerja sama keluarga ini dengan keluarga yang lain. Dipersingkat kalian membuangku." Terdapat penekanan pada kalimat terakhir yang terucap,dan disaat bersamaan pula air mata Enlfleda menetes lagi,ia segera menutup pintu kamarnya dengan sangat keras.

"Enlfleda bukan seperti itu maksud kakak,sayang bukakan pintu. Kakak akan menjelaskannya padamu." Zeki tersenyum pahit,rencana ayah dan ibunya hanya akan mengacaukan segalanya ia sudah yakin itu.

*Flashback on

Dimalam sebelum Enlfleda kehilangan kesadarannya ayah ibu dan juga kakaknya memikirkan cara supaya Enlfleda tidak mengacaukan rapat kerja sama mereka dengan beberapa kolega di kemudian hari.

"Bagaimana kalau kita mengirim Enlfleda ke Indonesia saja?." Usulan ayahnya sudah dapat ditebak oleh Zeki saat itu.

"Tidak ayah, terlalu beresiko. Bagaimana kalau dia membuat ulah?"

"Membuat ulah disana lebih baik daripada disini Zeki. Bayangkan ketika Enlfleda berteriak dan menghukum para maid secara brutal dan didengar oleh para kolega,mereka akan membatalkan kerjasama kita."

Dan Zeki sudah dapat menebak jawaban selanjutnya ini,ibunya juga hanya diam saja tidak berkomentar. Itu artinya ibunya telah setuju dan tidak ada alasan bagi Zeki menolaknya kali ini.

*Flashback off

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!