"Nona Enlfleda saya minta maaf!"
Enlfleda menatap seorang maid bersujud padanya, Enlfleda yang melihat itu segera turun dari tempat tidur dan berjongkok dihadapannya.
"Nona apa yang Anda lakukan? Anda tidak seharusnya begitu." Maid yang tadinya bersujud terkejut karena perilaku Enlfleda yang tidak seperti biasa.
"Apakah ada masalah? Aku hanya tidak ingin melihatmu seperti ini,bangunlah. Katakan apa salahmu?" Enlfleda duduk di tempat tidurnya.
"Saya.. saya bersalah,karena waktu itu saya tidak menemani Anda ketika Anda pergi ke paviliun depan."
"Hanya itu?"
"Emm, seharusnya saya sudah dihukum karenanya. Mohon hukum saya,saya akan menerimanya."
Enlfleda menatapnya dengan tatapan aneh, sebelumnya Enlfleda selalu menghukum bahkan menyiksa maid ketika ia merasa tidak menyukainya. Tapi kini apa yang harus ia lakukan? Ia tidak bisa menjadi seperti seorang Enlfleda yang sesungguhnya.
Enlfleda terlihat berpikir,dan Zafer yang melihatnya segera memberikan saran.
"Nona Anda biasanya akan mengurung mereka di ruang bawah tanah atau menghukum cambuk." Enlfleda tercengang mendengar itu,hukum cambuk? Itu terdengar sangat sakit.
"Tidak! Biarkan saja dia,lagipula dia tidak sepenuhnya bersalah. Aku yang menyuruh dia untuk tidak menemaniku."
Semuanya terkejut bahkan Zafer tidak percaya dengan kata-kata nonanya. Kini Zafer faham,mungkin benturan itu memberikan perubahan pada sifat Enlfleda.
"Nona terimakasih banyak nona." Ucap maid itu sambil bersujud berulang kali.
"Sudahlah kalian keluar saja,aku ingin istirahat." Titah Enlfleda yang segera diangguki oleh mereka.
"Zafer tidak pergi?"
"Saya? Saya selalu berada disisi Anda nona. Apa mungkin saya juga harus pergi?"
"Hm pergilah."
"Baik nona."
Enlfleda merebahkan tubuhnya sedikit keras ke tempat tidur,ia merasa sedih,ingin menangis. Tapi bisa apa dia sekarang? Enlfleda melihat kearah TV yang sangat besar,ia menghidupkan TV itu.
Enlfleda bolak-balik memencet remotnya,acara disana semuanya tentang negara Turki, meskipun ia faham bahasanya tapi ia tidak tau beritanya membahas tentang apa.
Enlfleda memang keturunan Turki dan saat ini mereka ada di negara Turki,namun beberapa maid berasal dari Indonesia. Ia jadi rindu dengan Indonesia terutama dengan kampung halamannya.
Enlfleda memutuskan keluar dari kamarnya,ia belum tau isi rumah yang ia tempati sekarang ini,maka dari itu ia ingin berkeliling.
"Nona mau kemana?"
"Astaga. Zafer kau mengejutkanku!"
Baru saja keluar kamar, didepan pintu sudah ada Zafer yang membuatnya terkejut.
"Maaf nona,dari tadi saya disini. Kalau ada yang nona mau beri tahu saya saja."
"Tidak,aku mau kedapur."
"Apa? Ke ke dapur?"
"Kenapa? Apakah salah?"
"Nona kalau mau makan saya akan siapkan, Anda tidak usah kedapur."
"Yang nona itu aku apa kamu sih! Ngatur-ngatur aja kerjaannya." Akhirnya Enlfleda terpaksa sedikit berteriak supaya Zafer ini tidak cerewet melarangnya untuk pergi.
"Iya nona saya minta maaf sudah lancang."
Enlfleda segera berjalan menuju dapur,tapi pemilik asli ingatannya mengenai dapur terbatas,mungkin karena ia tidak pernah kesana.
"Emm Zafer?"
"Saya nona."
"Temani aku ke dapur."
"Saya tepat dibelakang Anda."
Zafer tersenyum melihat nonanya berjalan menuju dapur. Karena setaunya Enlfleda sama sekali tidak pernah kesana. Bahkan orang tua Enlfleda juga jarang ke dapur ini.
Sesampainya di pintu dapur, Enlfleda mendengar banyak sekali ocehan yang membicarakan dirinya.
"Kau tau? Nona Enlfleda sekarang sudah sembuh,maid yang biasa melayani dia bilang kalau sifatnya berbeda. Apa kalian percaya?"
"Ah iya,aku rasa itu tidak mungkin! Berubah apanya? Paling tidak masih sama saja."
"Pantas kalau tuan Levent meninggalkan dia,dia sangat jahat,dan juga manja kepada tuan Levent.
Masih banyak lagi pembicaraan yang orang-orang bicarakan didalam sana. Levent was-was dengan itu,ia segera maju untuk masuk kedalam dapur memperingati para maid itu. Tapi Enlfleda mencegahnya,ia sendiri yang duluan masuk kedalam dapur.
Semua yang melihat kehadiran Enlfleda menjadi sangat takut,mereka menunduk dan berkeringat dingin. Enlfleda mengedarkan pandangannya,melihat satu per satu maid yang ada disana. 'Huh aku harus membersihkan namaku dulu,tidak bisa hidup dengan identitas yang namanya terkenal sangat buruk. Minimal ya tinggalkan kesan bagus,menjadi protagonis yang sulit di provokasi saja. Baik tapi tegas,gabungan genku dan Enlfleda harus sempurna.' Gumamnya dalam hati.
"Menarik,suara kalian sampai membekas di ingatanku saking bagusnya. Paduan suara baru? Apa namanya?" Enlfleda mengambil pisau dan memainkannya.
Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab,semuanya bungkam. Bahkan Zafer ia ikut diam,takut jika ia bicara akan kena imbasnya.
"Begini,kalian sudah tau siapa aku. Tapi kalian masih berusaha mencari masalah denganku? Itu namanya ingin masuk ke kandang singa kalian tau?" Enlfleda memotong-motong wortel menggunakan pisau yang ia pegang dengan sangat kencang.
Enlfleda melirik salah satu maid,dan Enlfleda mendekatinya sambil menodongkan pisaunya ke leher maid itu.
"Kau sangat cantik,tapi sayangnya hatimu busuk. Katakan mau dihukum dengan cara apa?"
"Nona ampuni saya,saya tidak bermaksud untuk melukai hati Anda,saya mohon maaf." Maid itu menangis, padahal Enlfleda juga hanya sekedar bicara dan tidak mau menghukumnya,karena ia bukan Enlfleda yang sebelumnya,ia tentunya tidak tega.
Enlfleda menggores sedikit kulit lehernya,lalu tersenyum.
"Bagaimana rasanya apakah enak?"
"Ti tidak nona,rasanya sakit."
"Kalau tau sakit,apakah mau lagi?"
"Tidak nona,mohon ampuni saya." Maid itu bersujud memohon ampun pada Enlfleda,dan Enlfleda mengangkat ia kembali untuk berdiri tegap.
"Apakah kalian memikirkan bagaimana rasanya menjadi aku? Goresan dihatiku yang kalian berikan tadi,kalian pikir sangat enak untuk didengar? Sangat enak kalau dirasakan?"
"Maaf nona kami mengaku salah." Ucap mereka serempak dan bersujud pada Enlfleda. Enlfleda tersenyum getir.
"Seharusnya kalian merasakan goresan disetiap leher kalian." Enlfleda melirik Zafer "Gores leher mereka semua,cukup satu goresan supaya mereka merasakan sakit yang sama." Ucap Enlfleda dan segera berlalu pergi.
"Mengerti nona." Zafer melihat para maid itu sadis jika Enlfleda tidak maju lebih dulu tadi, Zafer yakin para maid ini akan dia hukum dengan hukuman yang lebih berat.
"Kalian beruntung hanya mendapatkan hukuman ringan."
Setelah melakukan tugas dari Enlfleda, Zafer melenggang pergi, mencari Enlfleda.
Setelah dirasa Zafer sudah berjalan jauh para maid itu mengobati luka goresan yang ada dileher mereka.
"Sepertinya emosi nona Enlfleda berubah drastis,biasanya ia langsung menghukum bukannya berkata seperti tadi."
"Tapi, kata-kata itu justru membuatku tidak mau berhadapan dengan dia lagi."
"Iya kau benar."
Setelah mengobati luka mereka kembali memasak hanya bedanya mereka tidak membicarakan tentang Enlfleda lagi.
***
"Nona Anda disini rupanya."
"Zafer kau lagiii, kenapa kau selalu mengikuti aku?"
Enlfleda berada di gazebo taman bunga dekat dengan danau buatan, menikmati keindahan air yang bergerak tenang ketika ada angin yang berhembus.
"Biasanya Anda akan memanggil saya kemanapun Anda pergi."
"Yasudah duduklah."
Zafer tidak menuruti perintah Enlfleda,justru ia tetap berdiri ditempatnya.
"Pada kau tidak mau duduk? Kalau tidak mau kau boleh pergi."
"Ah iya saya duduk nona."
Enlfleda menepuk kursi disampingnya memberi kode supaya Zafer duduk disana. Zafer duduk dengan perlahan,ia khawatir nonanya akan berubah pikiran dan malah memukulnya karena lancang duduk disampingnya.
"Kau ini selalu menguntit aku,tapi disuruh duduk malah takut. Aneh."
Zafer hanya tertawa kecil mendengar Enlfleda mengatakan hal itu. Mereka berdua saling diam, tenggelam dalam khayal dan pikiran masing-masing.
Enlfleda sangat menikmati suasana siang hari ini,sampai lupa kalau dirinya belum makan siang bahkan sarapan. Tiba-tiba perut Enlfleda berbunyi,ia benar-benar merasa lapar.
"Nona,saya ambilkan makanan?"
"Tidak usah."
"Tapi Anda lapar."
"Baiklah tapi 2 porsi ya, sekaligus minumnya juga 2,bawa kemari."
"Baik nona,tunggu sebentar."
Enlfleda melihat Zafer dari belakang. Zafer ini sangat tampan,rambutnya hitam dan sedikit coklat, matanya berwarna biru, postur tubuh yang bagus serta yang paling utama dia masih muda. Enlfleda tersenyum memikirkan Zafer,entah bagaimana Enlfleda menemukan Zafer dulunya.
Tiba-tiba Enlfleda tersenyum getir mengingat Dika pacarnya dulu,orang yang sangat ia sayang ternyata sangat kejam terhadapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Wanda Wanda i
lanjut
2023-09-08
0