Keesokan harinya di sekolah....
"Cin, mana nih gorengannya? Kok tangan Lo kosong?" tanya teman-temannya yang langsung berkerumun di meja Cinta setelah Cinta datang.
"Duh sorry ya Guys, Gue gak jualan hari ini," ujar Cinta.
"Loh kenapa? Kok tumben?" tanya Agus yang ikut dalam kerumunan itu.
"Gak sempat buat soalnya. Gue semalam sibuk, jadi sorry ya Guys,"ujar Cinta berbohong.
Cinta tidak mau teman-temannya tahu kondisinya di rumah. Setiap ada yang bertanya kenapa Cinta berbisnis seperti itu, Cinta hanya menjawab kalau dia hobi berbisnis dan bercita-cita menjadi seorang pengusaha. Padahal bukan itu yang Cinta mau, dia juga ingin seperti teman-temannya.
"Terus kapan Lo jualan lagi Cin?" tanya Agus.
"Gak tahu deh, soalnya masih sibuk di rumah. Kapan-kapan lagi yah," ujar Cinta.
"Yahh!" teman-temannya pada mengeluh dan memasang wajah kecewa.
"Gue usahakan akan kembali jualan secepatnya," kata Cinta berusaha membuat mereka tidak kecewa lagi.
"Iya deh Cin, kita tunggu ya Cin," ujar salah satu temannya.
Kemudian mereka pun bubar dari meja Cinta.
Cinta sedih dia tidak tahu kapan dia akan bisa jualan lagi, sedangkan untuk makan hari ini pun dia masih mikir dapat uang darimana. Cinta tidak ingin kehilangan para pelanggannya, padahal baru kemarin bisnisnya lancar tapi sekarang sudah ambruk.
'Seandainya Ibu mendukung Bisnisku, pasti aku lebih semangat lagi dan juga Bisnisku akan berjalan dengan lancar,' pikir Cinta.
Bel jam pelajaran pertama tinggal satu menit lagi akan berbunyi, terlihat Erna yang merupakan sahabat Cinta masih berjalan santai menuju ke kelas.
"Eh Lo udah hampir telat masih bisa tenang kayak gitu ya," ujar Cinta saat Erna melewati mejanya.
Kebetulan Cinta duduk di paling depan pojok kiri, sedangkan Erna duduk paling belakang di pojok kiri.
"Kan baru hampir. Guru juga belum datang kan?" sahut Erna santai.
"Ish dasar Lo! Gue tabok baru tahu rasa," kata Cinta geram.
"Eh mak lampir marah," ledek Erna kemudian berlari meninggalkan Cinta.
Cinta tidak ingin menanggapinya lagi, dia terdiam dan masih duduk di kursinya.
Jam pelajaran sudah berbunyi, para guru sudah bersiap keluar dari ruangannya dengan membawa buku pelajaran di tangannya. Begitupula dengan Pak Yoga, seorang guru matematika yang akan mengajar di kelas Cinta hari ini.
Suasana kelas yang tadinya rame berubah menjadi hening tanpa suara ketika Pak Yoga menginjakkan kaki dikelas tersebut.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Pak Yoga.
"Selamat pagi Pak," dengan serempak siswa-siswa dikelas Cinta menjawab.
"Baik hari ini kita akan melanjutkan pembelajaran minggu lalu, yaitu tentang Algoritma. Kalian buka halaman 30," perintah Pak Yoga.
"Huaaa....Hemm," salah satu siswa menguap ketika pembelajaran baru saja di mulai.
"Siapa itu yang menguap?" tanya Pak Yoga mengalihkan pandangannya ke seluruh siswa.
Namun semuanya diam tak bersuara, Pak Yoga akhirnya melanjutkan pembelajarannya.
"Huaaaa...Hemmm!" kedua kalinya seorang siswa menguap di pelajaran Pak Yoga.
"Hei kamu! Maju kedepan!" perintah Pak Yoga kepada anak yang menguap tadi.
Anak tersebut merasa terkejut, dia mengira Pak Yoga tidak melihatnya.
"Siapa nama kamu?" tanya Pak Yoga yang tidak hafal dengan nama-nama siswanya.
"Riski Pak," sahut anak itu.
Dia berprilaku tidak sopan, berdiri di depan kelas dengan sangat sombong, berlagak seperti orang yang paling keren di sana.
"Kamu mengantuk? Tidur jam berapa semalam?" tanya Pak Yoga.
Riski tidak menjawab melainkan hanya cengar cengir di depan kelas, terlihat sekali anak itu tidak memiliki sopan santun. Pak Yoga menarik nafas panjang dan menghembuskannya, dia berusaha sabar berhadapan dengan siswa bandel yang seperti Riski.
"Anak-anak, menurut kalian hukuman apa yang pantas untuk siswa yang tidak sopan seperti Riski ini?" tanya Pak Yoga yang langsung meminta pendapat tentang hukuman yang harus di tanggung.
"Berdiri di depan kelas aja Pak," celetuk salah satu siswa yang duduk paling belakang.
Pak Yoga menulis hukuman yang di rekomendasikan oleh anak tadi.
"Lalu apalagi?" tanya Pak Yoga.
"Berdiri di lapangan Pak," usul Agus yang terkenal sebagai siswa jahil.
Pak Yoga menulisnya lagi di papan tulis dan membuat garis untuk membatasi hukuman yang sebelumnya.
"Lagi satu?" tanya Pak Yoga lagi.
Sejenak siswa-siswa terdiam, sebagian masih memikirkan hukuman yang pantas biasanya ini siswa yang jahil. Dan sebagian lagi menikmati suasana itu dan tidak peduli.
"Membersihkan ruangan guru aja Pak," usul salah satu siswa itu.
"Jangan dong! Masa saya di hukum sih Pak hanya karena menguap," protes Riski.
"Siapa suruh kamu tidak menjawab saya dan malah celingas celingus," ujar Pak Yoga.
Pak Yoga mengadakan voting, hukuman mana yang lebih banyak mendapatkan suara hukuman itulah yang akan diberikan oleh Pak Yoga.
Siswa di suruh menuliskan satu hukuman yang pantas untuk Riski di dalam kertas kecil dan melipatnya.
Satu persatu siswa yang sudah selesai menulis maju, hingga siswa terakhir.
Pak Yoga membuka satu persatu lipatan kertas yang dikumpulkan tadi.
Dan setelah semuanya di buka dan di catat, akhirnya mendapatkan hasil.
"Kamu bisa lihat sendiri di papan, bahwa suara terbanyak terletak pada hukuman yang di usulkan oleh Agus, yaitu berdiri di lapangan," ujar Pak Yoga kepada Riski.
"Jangan Pak, malu saya nanti di lihat sama teman-teman lainnya," sahut Riski.
"Itu resiko kamu, anggap saja kamu belajar sopan santun. Cuma lima menit kok, habis itu kamu masuk kelas lagi," ujar Pak Yoga.
"Cuma lima menit Pak? Bentar banget itu Pak," protes Agus.
"Sssttt! Biar dia jera aja," suhut Pak Yoga.
"Lima menit sih gak bikin jera Pak," gumam Agus mendumel di mejanya.
Riski pun berjalan keluar kelas menuju lapangan untuk menjalankan hukumannya.
"Ingat kalau sudah lima menit langsung ke kelas jangan nyasar ke kantin," pesan Pak Yoga.
"Iya Pak," sahut Riski dari kejauhan.
Pak Yoga akhirnya melanjutkan pelajarannya, suasannya kembali tenang dan sunyi.
Baru berjalan 2 menit pelajaran, Para siswa sudah merasa bosan namun tidak berani berbicara jadilah mereka izin ke toilet. Alasan pergi ke toilet ini sangatlah klasik, karena ujung-ujungnya mereka akan nyasar ke kantin dan tidak akan kembali lagi.
Sebagian siswa lainnya yang suka dengan Matematika akan menikmati proses belajarnya. Bagi mereka Matematika adalah pelajaran yang paling mudah, karena mereka hanya perlu tahu rumus untuk mengerjakan soal. Berbeda dengan pelajaran lain yang harus membaca penjelasan lainnya dulu untuk memahami suatu materi.
Namun bagi siswa yang tidak mengerti dalam pembelajaran manapun, mereka akan pergi ke kantin dengan alasan ke toilet. Atau menguap tanpa suara dan jika ketahuan akan berujung ke sebuah ruangan yang memiliki bau yang khas, yang biasa kita sebut WC.
Namun itu sudah menjadi pilihan mereka, berani bertindak itu artinya harus berani bertanggungjawab. ada kata-kata yang mengatakan Nakal dulu baru Sukses, tapi jangan sampai menghancurkan masa depanmu ya, tetap batasi kenakalanmu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Devi Handayani
bagus jalan ceritanya thorr aku suka😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍🥰😍
2023-01-26
1