CHAPTER 5

Keesokan harinya di sekolah....

"Cin, mana nih gorengannya? Kok tangan Lo kosong?" tanya teman-temannya yang langsung berkerumun di meja Cinta setelah Cinta datang.

"Duh sorry ya Guys, Gue gak jualan hari ini," ujar Cinta.

"Loh kenapa? Kok tumben?" tanya Agus yang ikut dalam kerumunan itu.

"Gak sempat buat soalnya. Gue semalam sibuk, jadi sorry ya Guys,"ujar Cinta berbohong.

Cinta tidak mau teman-temannya tahu kondisinya di rumah. Setiap ada yang bertanya kenapa Cinta berbisnis seperti itu, Cinta hanya menjawab kalau dia hobi berbisnis dan bercita-cita menjadi seorang pengusaha. Padahal bukan itu yang Cinta mau, dia juga ingin seperti teman-temannya.

"Terus kapan Lo jualan lagi Cin?" tanya Agus.

"Gak tahu deh, soalnya masih sibuk di rumah. Kapan-kapan lagi yah," ujar Cinta.

"Yahh!" teman-temannya pada mengeluh dan memasang wajah kecewa.

"Gue usahakan akan kembali jualan secepatnya," kata Cinta berusaha membuat mereka tidak kecewa lagi.

"Iya deh Cin, kita tunggu ya Cin," ujar salah satu temannya.

Kemudian mereka pun bubar dari meja Cinta.

Cinta sedih dia tidak tahu kapan dia akan bisa jualan lagi, sedangkan untuk makan hari ini pun dia masih mikir dapat uang darimana. Cinta tidak ingin kehilangan para pelanggannya, padahal baru kemarin bisnisnya lancar tapi sekarang sudah ambruk.

'Seandainya Ibu mendukung Bisnisku, pasti aku lebih semangat lagi dan juga Bisnisku akan berjalan dengan lancar,' pikir Cinta.

Bel jam pelajaran pertama tinggal satu menit lagi akan berbunyi, terlihat Erna yang merupakan sahabat Cinta masih berjalan santai menuju ke kelas.

"Eh Lo udah hampir telat masih bisa tenang kayak gitu ya," ujar Cinta saat Erna melewati mejanya.

Kebetulan Cinta duduk di paling depan pojok kiri, sedangkan Erna duduk paling belakang di pojok kiri.

"Kan baru hampir. Guru juga belum datang kan?" sahut Erna santai.

"Ish dasar Lo! Gue tabok baru tahu rasa," kata Cinta geram.

"Eh mak lampir marah," ledek Erna kemudian berlari meninggalkan Cinta.

Cinta tidak ingin menanggapinya lagi, dia terdiam dan masih duduk di kursinya.

Jam pelajaran sudah berbunyi, para guru sudah bersiap keluar dari ruangannya dengan membawa buku pelajaran di tangannya. Begitupula dengan Pak Yoga, seorang guru matematika yang akan mengajar di kelas Cinta hari ini.

Suasana kelas yang tadinya rame berubah menjadi hening tanpa suara ketika Pak Yoga menginjakkan kaki dikelas tersebut.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Pak Yoga.

"Selamat pagi Pak," dengan serempak siswa-siswa dikelas Cinta menjawab.

"Baik hari ini kita akan melanjutkan pembelajaran minggu lalu, yaitu tentang Algoritma. Kalian buka halaman 30," perintah Pak Yoga.

"Huaaa....Hemm," salah satu siswa menguap ketika pembelajaran baru saja di mulai.

"Siapa itu yang menguap?" tanya Pak Yoga mengalihkan pandangannya ke seluruh siswa.

Namun semuanya diam tak bersuara, Pak Yoga akhirnya melanjutkan pembelajarannya.

"Huaaaa...Hemmm!" kedua kalinya seorang siswa menguap di pelajaran Pak Yoga.

"Hei kamu! Maju kedepan!" perintah Pak Yoga kepada anak yang menguap tadi.

Anak tersebut merasa terkejut, dia mengira Pak Yoga tidak melihatnya.

"Siapa nama kamu?" tanya Pak Yoga yang tidak hafal dengan nama-nama siswanya.

"Riski Pak," sahut anak itu.

Dia berprilaku tidak sopan, berdiri di depan kelas dengan sangat sombong, berlagak seperti orang yang paling keren di sana.

"Kamu mengantuk? Tidur jam berapa semalam?" tanya Pak Yoga.

Riski tidak menjawab melainkan hanya cengar cengir di depan kelas, terlihat sekali anak itu tidak memiliki sopan santun. Pak Yoga menarik nafas panjang dan menghembuskannya, dia berusaha sabar berhadapan dengan siswa bandel yang seperti Riski.

"Anak-anak, menurut kalian hukuman apa yang pantas untuk siswa yang tidak sopan seperti Riski ini?" tanya Pak Yoga yang langsung meminta pendapat tentang hukuman yang harus di tanggung.

"Berdiri di depan kelas aja Pak," celetuk salah satu siswa yang duduk paling belakang.

Pak Yoga menulis hukuman yang di rekomendasikan oleh anak tadi.

"Lalu apalagi?" tanya Pak Yoga.

"Berdiri di lapangan Pak," usul Agus yang terkenal sebagai siswa jahil.

Pak Yoga menulisnya lagi di papan tulis dan membuat garis untuk membatasi hukuman yang sebelumnya.

"Lagi satu?" tanya Pak Yoga lagi.

Sejenak siswa-siswa terdiam, sebagian masih memikirkan hukuman yang pantas biasanya ini siswa yang jahil. Dan sebagian lagi menikmati suasana itu dan tidak peduli.

"Membersihkan ruangan guru aja Pak," usul salah satu siswa itu.

"Jangan dong! Masa saya di hukum sih Pak hanya karena menguap," protes Riski.

"Siapa suruh kamu tidak menjawab saya dan malah celingas celingus," ujar Pak Yoga.

Pak Yoga mengadakan voting, hukuman mana yang lebih banyak mendapatkan suara hukuman itulah yang akan diberikan oleh Pak Yoga.

Siswa di suruh menuliskan satu hukuman yang pantas untuk Riski di dalam kertas kecil dan melipatnya.

Satu persatu siswa yang sudah selesai menulis maju, hingga siswa terakhir.

Pak Yoga membuka satu persatu lipatan kertas yang dikumpulkan tadi.

Dan setelah semuanya di buka dan di catat, akhirnya mendapatkan hasil.

"Kamu bisa lihat sendiri di papan, bahwa suara terbanyak terletak pada hukuman yang di usulkan oleh Agus, yaitu berdiri di lapangan," ujar Pak Yoga kepada Riski.

"Jangan Pak, malu saya nanti di lihat sama teman-teman lainnya," sahut Riski.

"Itu resiko kamu, anggap saja kamu belajar sopan santun. Cuma lima menit kok, habis itu kamu masuk kelas lagi," ujar Pak Yoga.

"Cuma lima menit Pak? Bentar banget itu Pak," protes Agus.

"Sssttt! Biar dia jera aja," suhut Pak Yoga.

"Lima menit sih gak bikin jera Pak," gumam Agus mendumel di mejanya.

Riski pun berjalan keluar kelas menuju lapangan untuk menjalankan hukumannya.

"Ingat kalau sudah lima menit langsung ke kelas jangan nyasar ke kantin," pesan Pak Yoga.

"Iya Pak," sahut Riski dari kejauhan.

Pak Yoga akhirnya melanjutkan pelajarannya, suasannya kembali tenang dan sunyi.

Baru berjalan 2 menit pelajaran, Para siswa sudah merasa bosan namun tidak berani berbicara jadilah mereka izin ke toilet. Alasan pergi ke toilet ini sangatlah klasik, karena ujung-ujungnya mereka akan nyasar ke kantin dan tidak akan kembali lagi.

Sebagian siswa lainnya yang suka dengan Matematika akan menikmati proses belajarnya. Bagi mereka Matematika adalah pelajaran yang paling mudah, karena mereka hanya perlu tahu rumus untuk mengerjakan soal. Berbeda dengan pelajaran lain yang harus membaca penjelasan lainnya dulu untuk memahami suatu materi.

Namun bagi siswa yang tidak mengerti dalam pembelajaran manapun, mereka akan pergi ke kantin dengan alasan ke toilet. Atau menguap tanpa suara dan jika ketahuan akan berujung ke sebuah ruangan yang memiliki bau yang khas, yang biasa kita sebut WC.

Namun itu sudah menjadi pilihan mereka, berani bertindak itu artinya harus berani bertanggungjawab. ada kata-kata yang mengatakan Nakal dulu baru Sukses, tapi jangan sampai menghancurkan masa depanmu ya, tetap batasi kenakalanmu.

Terpopuler

Comments

Devi Handayani

Devi Handayani

bagus jalan ceritanya thorr aku suka😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍🥰😍

2023-01-26

1

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 4
4 CHAPTER 3
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 Chapter 18
19 CHAPTER 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 Chapter 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 Chapter 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 CHAPTER 40
41 CHAPTER 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 CHAPTER 45
46 CHAPTER 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 CHAPTER 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 cHAPTER 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
Episodes

Updated 98 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 4
4
CHAPTER 3
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
Chapter 18
19
CHAPTER 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
Chapter 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
Chapter 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
CHAPTER 40
41
CHAPTER 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
CHAPTER 45
46
CHAPTER 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
CHAPTER 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
cHAPTER 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!