Tetapi dengan cepat Pak Somat melepaskan genggaman Laras dari tangan Cinta.
"Urusan rumah sakit kamu tidak perlu khawatir, karena kami yang akan membayarnya. Sekarang silahkan kamu pergi atau kami akan memanggilkan security," ancam Pak Somat.
"Kamu berani mengusir saya? Saya ini Ibu Kandung Cinta, jadi saya berhak untuk melakukan apapun terhadap anak saya," ucap Laras dengan nada tinggi.
"Apa kamu merasa pantas menjadi seorang Ibu untuk Cinta? Ibu mana yang menyiksa anaknya seumur hidupnya? Ibu mana yang tidak pernah memberikan tempat yang hangat dan nyaman, bahkan Cinta sama sekali tidak mendapat kasih sayang dari Anda!" Pak Somat berteriak melawan perkataan Laras yang tidak masuk akal.
Pak somat sudah sangat emosi melihat tingkah Laras yang tiada habisnya menganiaya anaknya yang malang ini, sampai-sampai dia lupa kalau dia sedang berada di rumah sakit.
"Sudah Pak Somat jangan berteriak lagi. Ini rumah sakit, kasian para pasien yang sedang istirahat. Cinta mau pulang sekarang sama Ibu, saya minta tolong Pak Anton dan Pak Somat bantu saya urus biaya administrasinya. Suatu saat nanti pasti akan saya balas kebaikan kalian seperti yang dikatakan oleh Pak Somat tadi," kata Cinta sambil tersenyum.
"Tuh dengar, anak saya saja tidak keberatan," oceh Laras.
"Kamu benar tidak apa-apa Cinta?" tanya Pak Anton memastikan.
"Iya Pak saya tidak apa-apa kok," sahut Cinta.
"Sudah, ayo Cinta kita pulang. Ibu sudah lapar, kalian gak usah banyak drama lagi," kata Laras menyeret tangan Cinta dan mengajaknya keluar.
"Cinta memang anak yang kuat ya Pak Somat. Semoga dia mendapat jalan yang terbaik," ucap Pak Anton yang kagum melihat ketegaran Cinta.
Padah akhirnya Laras lah yang menang. Dia berhasil membawa cinta kembali bersamanya, bahkan Laras tidak khawatir sedikitpun kepada Cinta.
Sesampainya di rumah, Cinta masak dengan bahan-bahan yang tersisa di dapur yang masih bisa di pakai. Dia tidak bisa pergi membeli bahan-bahan masakan lagi, lantaran semua warung sudah tutup.
"Bu, aku cuma bisa masakin Ibu sayur Sop aja. Hanya ini yang ada di dapur, mau belipun sudah keburu tutup warungnya," ucap Cinta sembari meletakkan hidangan sayur Sop di atas meja makan.
"Kamu anak yang gak bisa di andelin. Bikin masakan aja gak bisa yang enak-enak, tahunya cuma masakan kampunyan kayak gini. Percuma saya lahirin kamu," hardik Laras.
Sebuah tamparan sudah pasti melayang di wajah Cinta yang cantik itu.
"Maaf Bu, tapi Cinta juga sudah tidak punya uang lagi. Semua uang yang cinta punya sudah Ibu pakai buat ke salon tadi," ucap Cinta.
"Jangan pikir saya tidak tahu ya kalau kamu punya tabungan yang kamu simpan di dalam toples," sahut Laras sambil tersenyum sinis.
"Itu untuk modal aku jualan Bu sama bayar uang sekolah," kata Cinta sambil meneteskan air mata yang tidak kunjung berhenti.
Cinta berharap Laras tidak mengambil uang itu, karena hanya itu sisa uang yang Cinta punya untuk modal jualannya lagi.
"Tapi Ibu sudah terlanjur ambil tuh. Gimana dong? Habisnya kamu ngasih Ibu uang dikit sih kan gak cukup buat ke salon sama main judi," ujar Laras yang tidak merasa bersalah sedikitpun.
Selain pemalas, Laras juga suka berjudi dengan teman-temannya. Ini juga menjadi beban bagi Cinta untuk lebih berhati-hati menyimpannya agar tidak di ambil oleh ibunya.
"Ibu pasti bercanda kan? Ibu tidak mungkin ngelakuin hal itu," kata Cinta yang tidak percaya bahwa Laras sejahat itu kepadanya.
"Kalau tidak percaya, kamu bisa cek sendiri di kamar kamu," ujar Laras.
Cinta bergegas lari menuju ke kamarnya untuk memeriksa uang tabungannya. Sedangakan Laras, dia melanjutkan makannya walaupun dia tidak suka dengan lauknya tapi setidaknya dia tidak akan mati kelaparan.
Cinta melihat tutup toples yang berada di lantai kamarnya merasa terkejut karena ternyata Ibunya benar-benar sejahat itu. Dia menangis sejadi-jadinya, uang yang dia susah payah kumpulkan kini sudah habis dihamburkan oleh ibunya.
"Tuhan, apa Ibuku tidak tahu atau tidak pernah merasakan bagaimana susahnya mencari uang? Mengapa beliau sangat kejam terhadapku? Padahal aku anak kandungnya, salah apa aku terhadap beliau?" Cinta berkeluh kesah meratapi nasibnya yang sangat memilukan.
"Aku sangat naif berfikir Ibu akan berubah suatu saat nanti. Tapi sudah bertahun-tahun aku mengharapkan itu, tidak kunjung datang dimana aku mendapat kasih sayang dan belaian dari seorang Ibu seperti teman-temanku yang lain. Apa yang harus aku lakukan? Aku membenci Ibu tapi aku tidak mau menjadi anak yang durhaka," Cinta berbicara sendiri di kamarnya, air matanya terus menetes tiada henti.
Kepalanya juga sangat sakit pengaruh dari luka yang ada di dahinya akibat benturan tadi, belum lagi tamparan yang di berikan oleh ibunya. Cinta ingin pergi dari rumah ini, tapi dia merasa kasihan terhadap ibunya.
Mata Cinta tak henti-hentinya meneteskan air mata sambil memikirkan modal untuk jualannya. Sekarang Cinta tidak mempunyai uang sepeserpun, tanpa jualan Cinta tidak akan mendapatkan uang. Pikiran Cinta sangat kalut, mungkin jika anak lain seumuran Cinta tidak akan sekuat Cinta menghadapi hidupnya.
Cinta kembali merasakan sakit di kepalanya karena memikirkan hal itu, dia memilih untuk tidur dan mencari solusinya besok.
...****************...
Tengah malam, cinta terbangun. Dia teringat tugas pelanggannya yang belum sempat dia cek ulang. Cinta bergegas mengambil sebuah buku yang berisi catatan tugas-tugas pelanggannya.
"Syukurlah aku terbangun, kalau tidak tugas yang deadline besok tidak sempat aku kerjakan," gumamnya.
Cinta mengambil Buku tugas yang diberikan oleh Siska kakak kelasnya. Dia kemudian mengerjakan tugas itu sambil melawan rasa ngantuk. Beberapa kali cinta menguap yang tiada henti, hingga Cinta memutuskan untuk pergi ke kamar mandi mencuci muka agar wajahnya terasa lebih segar dan tidak mengantuk. Cinta tidak mau mengecewakan para pelanggannya.
"Padahal jawabannya ada semua di buku, mereka ini kenapa ya tidak mau mengerjakan sendiri dulu?" gumam Cinta yang merasa heran dengan para pelanggannya.
Tetapi dia juga bersyukur atas itu, jika tidak dia tidak bisa mendapatkan uang.
Waktu berjalan dengan cepat, Cinta melihat jam yang tertempel di dinding dan ternyata sudah pukul 02.00 pagi. Untunglah Cinta sudah selesai mengerjakan PR Siska. Dia mengecek kembali tugas pelanggannya yang deadlinenya mendekati hari ini, namun belum ada yang mendekati jadi Cinta memutuskan untuk tidur kembali setelah mengecek tugas miliknya sendiri.
"Jangan sampai tugas mereka selesai dan mendapat nilai bagus, tapi tugasku yang tidak selesai," ujarnya.
Keseimbangan bisnis dan belajar itu harus, agar tidak menganggu pelajaran juga kelancaran bisnis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Devi Handayani
ya Allah cinta😰😰😰😰
2023-01-26
0
@Risa Virgo Always Beautiful
aku mampir nih
2023-01-02
1