Seperti biasa, aku selalu menjalani aktivitas sehari-hariku. Tapi sekarang, aku memiliki aktifitas baru, yakni mengomentari setiap unggahannya kak Nathan.
Terkadang kak Nathan pun mengomentari balik unggahanku. Dari saling berkomentar, kemudian tak lama setelahnya Nathan tiba-tiba penasaran tentangku.
Tak butuh waktu lama, ia mulai menanyakan identitasku. Mengingat nama akun yang kubuat bukan menggunakan nama asliku.
Ting! sebuah notif masuk pukul 21:05 WIB.
📱“Assalamu'alaikum, nama kamu siapa?”
“Wa'alaikumussalam. Mau tau aja atau mau tau banget?” balas ku sambil bercanda dengan menghantamkan kaki di kasur dalam keadaan tengkurap.
Siapa sih yang gak senang tiba-tiba di notif sama doi?
Begitupun denganku, merasa senang bukan main membalas setiap pesannya sambil cangar-cengir sendiri.
Batinku tersentak tersadar, “Oh astaga! jika ada yang melihatku begini pasti sudah di sangka yang bukan-bukan.”
📱“Kalau gak mau kasih tahu juga gak apa-apa kok.”
“Nama lengkap apa nama pendek?”
Aku kembali melanjutkan candaku, dengan pipi yang sudah memerah karena menahan tawa.
“Oh ayolah! bukankah itu sudah keterlaluan?” batinku memperingati.
Ting! pesan masuk pukul 21:09 WIB.
📱“Udah gak mau tau lagi.”
“Nah, kan! tuh orang jadi ngambek. Aduh! gimana nih!” batinku gelisah merasa bersalah.
Ibu jariku gercap langsung meminta maaf padanya dalam belasan ketikan kata. Tak lupaku selipkan namaku, bahkan nama lengkap dan asalku.
“Maaf ya, nama lengkapku Putri Marsha Canda dari jakarta, kalo kamu siapa?”
Aku menyerah dengan sifat isengku yang kekanak-kanakan ini. Tetapi sayang sekali, pesan yang aku kirim belum juga di respon.
Aku terus merasa cemas di kelilingi rasa bersalah. Semalaman aku menunggu balasannya, tapi belum juga ada balasan.
Sifatku yang sering kali merasa tak enak hati, membuatku cepat merasa bersalah meski hanya persoalan kecil.
Dan sifat ini yang membuatku harus berhati-hati dalam bertindak. Apalagi, saat teman-temanku minta tolong soal tugas sekolah, aku sungguh tak bisa menolaknya.
Pikirku, jawaban atau penolakan yang aku kasih bisa menyinggung dan menyakiti perasaan mereka. Hal itu membuatku terus berhati-hati, dan gak bisa menolak langsung.
Tapi entah mengapa malam ini aku tak bisa menahan diri dari rasa isengku terhadapnya. Entah apa yang merasukiku kala itu, mungkin karena kita gak saling tatap muka makanya aku sedikit berani.
Aku terus bolak balik melihat ponsel, sampai tak terasa jam di ponselku menunjukan pukul 00:05 WIB. Aku segera mengerjapkan mataku, walau pikiran dan hatiku melayang-layang gelisah.
...***...
Kring~ kring~ bunyi alarm memenuhi sudut ruang kamarku. Nyaris saja! aku hampir bangun kesiangan.
“Aduh, gawat! udah jam 5 aja, sholat subuh dulu deh baru siap-siap.”
Aku segera bergegas mengambil wudhu. Sebab, bila mandi dulu bisa-bisa telat dan harus di qodho. Sedangkan kalau aku mandi gak cukup 30 menit saja.
Beberapa menit setelah selesai sholat, aku langsung mandi dan segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Diriku mengambil kemeja putih dan rok abuku yang tergantung di pintu. Selesai memakainya, kuraih hijab berwarna putih yang masih tergantung bersama dasi abuku.
Selama 7 menit, dasi abuku sudah melingkar di kerah kemeja yang kututupi dengan hijab putih sudah melekat di kepalaku.
Sudut mataku menembak benda kerdil di atas laci. Rupanya aku lalai memberinya makan. Kakiku berjalan mendekat.
Setelah berjalan beberapa langkah. Langkahku terhenti, dan kuraih benda kerdil itu.
Sebelum men-charger nya, aku mengeceknya lebih dulu. Apakah dia sudah membalas pesanku atau belum? dan tiba-tiba ponselku berdenting.
Ting! pesan masuk pukul 06:07 WIB.
📱“Maaf ya semalam aku ketiduran. Namaku M. Nathan dari Palembang.”
Wajahku seketika langsung meletupkan kembang api, dan sesak yang tak jelas itu akhirnya pergi setelah melihatnya membalas chat yang semalam, aku pun segera membalas pesannya.
“Iya gak apa-apa kok.”
📱“Aku asalnya bukan orang Indonesia. Tapi dari Turki, di sini aku ada belajar agama, di pondok pesantren Al Iman.”
“MaaShaa Allah, jauh banget. Keren,” gumamku menatap kagum balasannya.
“Padahal di tempatnya juga pasti ada pondok pesantren, tapi dia rela jauh-jauh datang ke Indonesia untuk belajar agama,” lanjutku dalam hati tanpa sadar sudah amat dalam mengaguminya.
📱“Maaf ya kalo bahasa Indonesiaku masih belum lancar, aku baru 2,5 tahun di sini.”
“Oh gitu, ya gak apa-apa.” Aku melupakan jam dinding yang masih terus berputar.
Aku cukup terkejut karena cowok yang aku isengi semalam ternyata bukan asli orang Indonesia, namun bahasa indonesianya lumayan lancar walaupun masih ada 1 atau 2 patah kata yang membuatku harus menterjemahkan sendiri.
Aku yang masih terkagum-kagum pada sosok yang kukenali lewat kata-katanya. Sampai sahutan seorang wanita paruh baya memecahkan lamunanku yang sejenak itu.
“Puput! buruan sarapan, jangan main ponsel terus!” omel wanita paruh baya itu tengah berdiri di depan pintu kamarku, dan ternyata adalah mamah.
“Iya Mah, bentar lagi!” sahutku yang masih sibuk mengetik.
📱“Sudah dulu ya, aku harus siap-siap dan mau berangkat ke sekolah.”
Setelah berpamitan dengannya, aku segera meninggalkan ponselku dalam kamar dengan keadaan sedang di charger.
Sahutan menyuruhku untuk sarapan pun terdengar kembali, dan segera aku melaju menuju tempat makan.
...***...
Seminggu sudah kita saling bersapa lewat ponsel, instagram sebagai perantara, dan kuota internet sebagai pengantar pesan.
Hari-hariku yang seperti abu-abu ibarat tak berwarna dan tak mempesona. Kehadirannya mampu merubah semua hidupku.
Perlahan demi perlahan, kehidupanku mulai di penuhi warna seperti pelangi, indah, mempesona, dan memikat.
Dari sekian banyak warna, ia memberikan lebih banyak warna pink dalam hidupku untuk pertama kalinya.
Namun siapa sangka, dia benar-benar menjadi pelangi yang memiliki warna begitu indah. Memberi rasa takjub.
Datangnya tanpa pemberitahuan, dan pergi tanpa berpamitan, benar-benar seperti pelangi. Jangan sebut seperti jelangkung ya!
Tiga bulan sebelum dia benar-benar menjadi pelangi.
Setelah perkenalkan seminggu yang lalu kita jadi sering chatting. Komen status pun menjadi lebih sering dari sebelumnya.
Dari kebiasaan itu datang sebuah perasaan yang tak pernah aku rasakan. Sungguh aneh, setiap menerima notifikasi hatiku langsung berdebar-debar gak jelas.
Feelingku begitu kuat, dan yakin kalo itu sebuah notifikasi pesan masuk darinya. Padahal bisa saja itu dari operator, atau mungkin teman baikku.
“Ya Tuhan! sejatuh cinta inikah aku sama makhlukmu yang satu ini?” batinku menjerit.
Hati yang setiap waktu selalu berdebar- debar karenanya, membuatku benar-benar seperti sedang berada di taman yang penuh bunga nan cantik.
Tapi aku selalu menolaknya, dan selalu bilang bahwa ini hanyalah perasaan yang berlebihan.
“Bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta hanya karena sering chattingan? bahkan kenalpun nggak. Jangankan kenal, ketemu aja gak pernah,” batinku menolak keras.
Kalimat itulah yang selalu ada di pikiranku tiap kali hatiku merasa berdebar karenanya. Bisa di bilang itulah caraku mengendalikan hatiku.
Di tambah aku punya alasan besar kenapa aku selalu menolak perasaan yang datang. Karena saat masih duduk di bangku SMP, aku pernah bertekad gak akan pacaran.
Dan hanya akan jatuh cinta sekali seumur hidup. Sebuah perasaan yang hanya akan aku berikan pada jodohku.
Beberapa hari dilema dengan perasaanku, dan di tengah kegalauan itu tiba-tiba ada chat masuk dari orang yang enggak aku kenal sama sekali.
Sebuah akun dengan nama cowok dan juga foto profil yang menyembunyikan wajahnya. Dia tidak bercadar, maksudku pria itu menggunakan foto bunga.
📱“Hai! kamu Putri ya?”
“Iya, ini siapa ya?”
Batinku bertanya-tanya, “Kok bisa tau namaku? sebenarnya orang ini siapa? apa teman satu sekolah? kayaknya gak mungkin, apa teman satu kelas? tapi masa sih!”
Disaat aku sibuk dengan tebakanku, seseorang di seberang sana tengah mengetik dan memberikan jawabannya.
📱“Aku Gilang Anggara, sepupunya Nathan.”
“Oh, ternyata sepupunya kak Nathan,” batinku berkomentar.
“Berarti bukan asli Indonesia juga ya?” balasku.
📱“Iya, di sini aku juga belajar sama kayak Nathan.”
Sebenarnya aku enggan mengobrol dengan cowok. Bukan karena perasaanku pada kak Nathan, tapi memang semenjak insiden 7 tahun lalu itu membuatku kesulitan berinteraksi dengan lawan jenis, dan gak bisa ngobrol dengan nyaman.
Tapi mengingat dia adalah sepupunya, dan kita juga berinteraksi di balik ponsel, membuatku jadi terbuka juga untuknya.
Di tambah, karena saat ini aku yang sudah menganggap kak Nathan sebagai temanku.
Jadi, semua orang yang berada di sekitarnya, sebisa mungkin aku akan selalu menghargai dan bersikap sopan, walau aku tak mengenal mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
💞 Lily Biru 💞
hmmm... jatuh cinta melupakan segalanya
2023-06-10
1
💞 Lily Biru 💞
dia ga kuat put balesin chat kamu...
2023-06-10
1
Imamah Nur
Judika serem
2023-06-08
0