(Chapter 2) Saling Follback

Teng tong! teng tong! suara bel masuk ke dua setelah ucapara pengibaran bendera.

Aku yang sudah berada di kelas tak bisa duduk dengan manis. Pikiranku melayang-layang, dan pandanganku fokus ke arah pintu kelas.

“Kok si Fakri belum datang juga ya! apa telat? atau gak masuk? tahu gini gak usah berangkat awal-awal, mana pakai bohong segala sama mama,” batinku menyesal.

Tibalah waktu pelajaran akan segera di mulai, dan jawaban dari beribu pertanyaanku seputar teman dudukku, Fakri. Yang tiap kali ia duduk, fansnya langsung melaser pundak ku dari segala arah.

Sangat menjengkelkan, bukan?

Tapi sebelum itu, guru akan mengabsen murid-muridnya terlebih dahulu. Rutinitas yang dilakukan semua guru sebelum memberi materi pelajaran.

“... Fakri Sinandar!”

“Ijin, Bu! katanya hari ini ada pemotretan, dan sudah ijin sama wali kelas juga!”

Aku yang mendengar pernyataan dari ketua kelas cuma berekspresi biasa saja. Karena aku juga sudah menduganya dari awal, saat melihat followers dan penampilan Fakri yang gak biasa menurutku.

“Gak kaget sih kalo dia jadi model, keliatan banget dari foto-foto unggahan yang ada di sosmednya, belum lagi penampilannya selalu menarik perhatian. Tapi apa gak bisa diundur? hari inikan ada ulangan harian,” ocehku dalam hati.

Selang beberapa menit setelah selesai mengabsen, terdengar suara hentakan kaki orang berlari. Ia langsung membuka pintu kelas dengan kasar, sampai membuat seisi penghuni kelas menoleh ke arahnya.

“Ehh, kok ...” Semua orang di kelas menatap kaget ke arah pintu, begitu juga aku.

“Maaf, Bu! saya telat!” ujarnya terengah-engah sambil menyeka keringat dengan tangan kirinya.

“Loh! kata ketua kelas bukannya hari ini kamu ada pemotretan? dan orangtuamu juga sudah ijin sama wali kelasmu!”

“Iya, Bu! tapi udah selesai,” jawabnya dengan suara yang masih berat.

“Ya sudah kalo gitu, kamu bisa duduk sekarang.”

Saat berjalan ke tempat duduknya, dia mendapatiku yang masih terus menatapnya dari masuk kelas sampai sekarang.

“Ada tikus!”

Mendengar itu aku langsung tersentak kaget. Dan reflek membuat jeritan sampai semua yang ada di kelas melihat ke arah kita.

“Pftt!”

Aku yang melihatnya menahan tawa membuatku merasa kesal dengan tingkah isengnya. Dan kita berakhir dengan hukuman berdiri di dalam kelas karena telah berisik.

Ini pertama kalinya bagiku, dan itu sangat memalukan. ’Anak pintar dan disiplin di hukum berdiri dalam kelas karena berisik.’ Itulah yang terngiang-ngiang di kepalaku saat ini.

“Wow! ini pemandangan langka. Jarang-jarang lihat siswi pintar kena hukum. Aku foto, ah! biar jadi kenangan, hihihi.” Suci diam-diam mengeluarkan ponsel dan bersiap mengambil foto.

“Bu! Suci diam-diam bawa ponsel ke sekolah.”

“Suci! kemari!”

“Ck! dasar!”

Suci mulai berjalan dari tempat duduknya, langkah ia terhenti di samping meja Lucy, dan berdecak kesal serta memberi tatapan tajam ke arah teman baikku itu.

Lucy membalasnya dengan seringai. Dan akhirnya ponsel yang akan dia gunakan untuk memotret kita di sita oleh guru.

Situasi kelas juga menjadi tak terkendali, yang seharusnya adalah ulangan harian seketika berubah menjadi razia kelas.

“Sebelum Ibu bagikan kertas ulangannya, sekarang letakkan tas kalian di atas meja!”

“Fakri! Putri! kembali ke tempat duduk dan letakkan tas kalian di atas meja!”

Aku dan Fakri yang masih berdiri langsung berjalan menuju tempat duduk kita. Mereka yang membawa ponsel merasa cemas dan takut akan ketahuan.

Dan benar saja, tak sedikit dari mereka yang melanggar peraturan sekolah.

“Ck! temanmu benar-benar deh!”

“Dia begitu karena melihat Suci mau mengambil foto kita. Kalo kamu merasa akan ketahuan, ya salah kamu sendiri. Siapa suruh ke sekolah bawa ponsel,” gerutuku.

Fakri menatap tajam ke arahku, sepertinya ia mendengar perkataanku. Sedangkan aku melihat ke sembarang arah.

...Beberapa menit kemudian...

“Semua tas sudah ibu periksa, dan mengingat sekarang waktunya ulangan jadi ibu tidak akan menghukum kalian, dan bagi yang ponselnya ibu sita temui ibu di ruang kepsek saat jam pulang.”

“Baik, Bu!”

Kami menjawab dengan serempak, dan bu guru pun mulai membagikan kertas ulangan selembar demi selembar. Yang di mulai dari meja depan, kemudian di oper ke belakang.

Saat kami sibuk berpikir mencari jawaban yang tepat, tak terasa sudah berjam-jam kami mencarinya. Sampai bel sekolahpun memperingatkan kita, bahwa pelajaran pertama telah berakhir.

“Oke! karena waktu sudah habis, ibu akan kasih waktu sampai jam istirahat. Ketua kelas, tolong nanti kumpulkan tugasnya dan bawa ke ruangan ibu.”

Bu guru yang sedang merapihkan buku-bukunya langsung disambut dengan jawaban dari sang ketua kelas. "Baik, Bu!”

Fakri menghela nafas lega setelah melihat bu guru sudah pergi meninggalkan kelas. “Untung hari ini aku gak bawa HP ke sekolah,” ucapnya lirih.

Pelajaran kedua pun telah dimulai, namun karena gurunya berhalangan hadir, kami hanya ditugaskan mencatat beberapa materi.

Sedangkan mereka yang sudah selesai mengumpulkan tugas, ada yang pergi ke kantin dan ada juga yang tetap dikelas, salah satunya aku.

“Put, bantuin kita dong! nomor 6, 7, 11, 15, 17, 23 dan 25 yang ini susah banget, huhu.” Suci menghampiri mejaku dengan wajah yang sudah ia buat memelas sedemikian rupa.

“Ee ... aku ajarin aja ya ...” sahutku dengan ragu.

“Yah jangan gitu dong, Put! langsung kasih jawabannya aja!” tukas Suci merasa emosi.

“Aku juga udah laper banget nih pengen ke kantin, mama bilang juga gak boleh telat makan nanti maghku bisa kambuh,” tuturnya kembali menempatkan kedua tangannya diatas perut.

“Berisik banget sih!” sergah Fakri langsung berdiri dan pindah ke meja depan yang sudah kosong.

Aku jadi merasa tak enak hati padanya, dan pandanganku kembali berbalik pada mereka yang masih mengerumuni mejaku.

“Ih si Fakri yang bagus cuma mukanya doang! coba kalau sifatnya juga bagus kayak teman-temannya udah aku kasih surat cinta dari dulu.”

Umpat salah satu siswi yang berdiri di sampingku dengan kesal. Kemudian di setujui oleh sisiwi di sampingnya, “Iya benar tuh!”

Aku hanya terdiam mendengar teman sekelas ku berbicara tentang dia. Ternyata mereka ngefans sekaligus benci juga.

“Put, kita ke kantin yuk aku udah selesai nih.”

Lucy yang sudah berdiri di dekatku langsung menarik lenganku, dan membuatku setengah berdiri.

Tapi karena seseorang yang berdiri dekat Lucy menahan tanganku juga, membuatku kembali duduk.

“Apaan sih, Luc! kalo mau ke kantin pergi sendirian aja, Putri masih harus disini!”

“Iya! ini juga, kan gara-gara lu pake bilang ke bu Rina kalo si Suci bawa ponsel, waktu kita ngerjain tugas jadi tersita gara-gara razia tas tadi!” sahut siswi yang berada di belakang Suci dengan kesal.

Lucy langsung merebut soal di tangan Suci dengan kasar. “Kalo gitu sini biar gue yang ajarin kalian.”

“Idih ogah! yang ada nanti nilai kita jelek kayak lu.” Suci merebut kembali lembar soalnya.

“Udah, Luc! gak apa-apa kok. Kamu duluan aja nanti aku nyusul,” tuturku mendongak ke atas menatap Lucy yang berdiri di samping kursiku.

“Ya udahlah terserah kamu aja, Put!”

Sepertinya Lucy marah atas keputusan yang aku ambil, tapi ya mau gimana lagi? aku gak enak hati menolak mereka.

Lucy yang sudah berjalan melewati mejaku tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, ia memutar kepalanya menoleh ke belakang.

“Kalian tuh nilai bagus dapat nyontek aja bangga.”

Beberapa menit kemudian, akupun selesai bersedekah jawaban pada mereka. Aku melihat mereka saling mereganggkan tangannya merasa lega.

“Akhirnya selesai!”

“Makasih ya, Put! lu emang murid ter-the best.”

Aku tersenyum, walau dalam hatiku merasa terpaksa. “Sama-sama.”

Kerumunan di mejaku berangsur-angsur menghilang. Aku menghela nafas berat dengan hati yang merasa bersalah kepada Lucy, teman baikku itu.

“Lucy pasti marah banget, dia juga pergi dari kelas dengan muka cemberut kayak gitu. Nanti aku coba traktir makanan yang Lucy suka aja, semoga dia gak ngambek lagi.” Harap dalam batinku.

Aku langsung berdiri dan hendak meninggalkan kelas, tapi langkahku tiba-tiba terhenti ketika melihat Fakri yang masih belum selesai.

Lagi-lagi! aku merasa ragu dan takut untuk menawarkan bantuan. Tapi pada akhirnya, sikap yang masa bodo ini membuatku berani dan menghampirinya.

“Ada yang bisa aku bantu?”

Aku yang sudah berdiri di depan mejanya menawarkan bantuan dengan ramah. Tapi Fakri mengabaikan tawaranku.

Walau begitu, aku tetap ingin membantunya. Itung-itung menebus kesalahanku karena udah membuatnya gak nyaman. Spontan kepalaku menunduk melihat soal yang belum Fakri selesaikan.

“Oh, nomor 15 ya?”

Fakri yang tanpa bersuara mengangkat kepalanya, namun ia terkejut karena wajahku terlalu dekat.

Fakri segera mengalihkan pandangannya. Wajahnya merah merona. Dan aku gak tahu kalo ia sempat mendongak.

“Ini kamu salah pakai rumus harusnya pakai cara yang sama kaya no. 3 baru ketemu jawabannya.”

Jariku singgah pada soal di no. 3 tapi lagi-lagi ia diam mengabaikanku. Tapi kali ini, pandangannya memperhatikan ke mana arah telunjukku singgah, dan mengerjakan soal sesuai arahanku.

Saat Fakri berucap Terimakasih, suaranya tenggelam karena suara bel istirahat yang berbunyi tepat saat Fakri mengucapkannya. Dan akupun gak tau, kalimat apa yang ia ucapkan. Meski aku bisa menebaknya.

Aku yang melihat Fakri sudah bisa menyelesaikan soalnya, tanpa bersuara, dan tanpa pamit, aku langsung pergi meninggalkan kelas.

Bergegas menghampiri temanku yang sedang merajuk, yaitu Lucy yang kini sedang berada di kantin.

...***...

Puk!

Aku menepuk pundak Lucy namun di abaikan.

“Maaf ya, soal yang tadi! aku gak ikut kamu dan milih untuk tetap tinggal di kelas. Sebagai permintaan maafku dengan tulus, aku traktir makanan yang kamu suka, deh. Jadi please, maafin aku ya!"

Aku memohon maaf dengan sangat padanya, tak lupa juga merapatkan kedua telapak tanganku. Berharap ia membuka pintu maafnya.

Lucy menghela nafas. “Put! kamu tuh jangan kebiasaan deh, pakai kasih tahu mereka jawabannya, nanti mereka jadi manfaatin kamu terus tahu!”

“Sepertinya dia masih kesal.” Tebakku dalam hati.

“Iya Lucy sayang, maaf ya!” Aku memeluk lengannya.

“Ih apaan sih geli tahu dengernya!”

Lucy yang menarik tangannya, membuatku gak bisa menahan tawa, dan itu sangat lucu. Menurutku sih!

“Hahaha, jadi udah di maafin, nih!”

“Iya, udah. Tapi harus tepatin dulu janjinya!”

Lucy menjulurkan jadi kelingkingnya, dan aku melilitkan jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya, seperti sebuah janji yang biasa di buat anak-anak.

“Siap boss.”

Pluk!

Seseorang dari belakang mendaratkan kedua tangannya di pundak kita.

“Wah, ada apa nih! siapa yang mau traktir?” tanya seorang siswi yang lebih tinggi dari Lucy, tapi sejajar denganku. Dia adalah Nia, teman baikku juga.

“Putri.” Lucy menujuk ke arahku dengan ibu jarinya.

“Waaahh! traktir kita juga dong, Put! masa Lucy aja sih, mentang-mentang sekelas,” sahut seorang siswi lagi yang berdiri di sampingku.

Ya, dia juga teman baikku, Mira.

“Haha, oke! asal jangan melebihi kapasitas dompetku aja, sekarang aku lagi nabung nih!"

“Wah-wah! demi apa? seorang Putri nabung?!” Mira tercengang heran tak percaya.

“Apaan sih, Mir, boros-boros gini kalau soal tabung menabung aku juaranya, lho!”

Ungkapku menujuk diri sendiri dengan bangga. Dan Mira malah tertawa tekekeh. “Hahaha ... iya deh! percaya kok sama si ratu hemat!" ejeknya kembali.

...***...

Waktu berakhir dengan cepat, aku yang sudah pulang dari sekolah kini sudahku rebahkan tubuh ini di atas kasur.

Tanganku meraba laci yang berada di samping ranjang. Sebuah benda yang kerdil itu di atasnya sudah dalam genggamanku.

Dan saat aku menyalakan data, mataku terbelalak seakan mau keluar dari sarangnya karena sebuah notifikasi terpampang di atas layar.

Dengan gercap, aku langsung membuka notifikasi yang sempat membuat jantungku berhenti mendadak.

“Eh! kok bisa?! kapan aku mengikutinya?!”

Batinku terlonjak kegirangan. “Waaaahh! seneng banget di follback sama dia.”

Terpopuler

Comments

💞 Lily Biru 💞

💞 Lily Biru 💞

lh ketawan kali pas kepon dia🤣

2023-06-10

1

💞 Lily Biru 💞

💞 Lily Biru 💞

hoooo... kau ni... bukannya seneng di kasih tau caranya.. malah marah

2023-06-10

1

💞 Lily Biru 💞

💞 Lily Biru 💞

razia dadakan emg mendebarkan... apalagi yg ngerazia gurunya... kalau anak OSIS kan kadang masih bisa ajak kerjasama

2023-06-10

1

lihat semua
Episodes
1 (Chapter 1) Jodoh Gak Akan Kemana
2 (Chapter 2) Saling Follback
3 (Chapter 3 ) Sebelum Menjadi Pelangi
4 (Chapter 4) I Love You
5 (Chapter 5) Mira
6 (Chapter 6) Salah Orang
7 (Chapter 7) Menjadi Pelangi
8 (Chapter 8) Nathan Palsu
9 (Chapter 9) Kabar Nathan
10 (Chapter 10) Doa di Sepertiga Malam
11 (Chapter 11) Kembali Menjadi Asing
12 (Chapter 12) Dibalik Esnya
13 (Chapter 13) Doa Mama Untukku
14 (Chapter 14) Kesalahpahaman di Pagi Hari
15 (Chapter 15) Bergosip
16 (Chapter 16) Surah Maryam
17 (Chapter 17) Sebuah Surat
18 (Chapter 18) Pesan Papa
19 (Chapter 19) Tamu
20 (Chapter 20) Firuz
21 (Chapter 21) Hari Kartini
22 (Chapter 22) Hari Kartini part ll
23 (Chapter 23) Pernyataan Cinta dan Pacar Pertama
24 (Chapter 24) Hati yang Sakit
25 (Chapter 25) Sebuah Voice Note
26 (Chapter 26) Ibarat Permen
27 (Chapter 27) Taman Bermain
28 (Chapter 28) Dilema Firuz
29 (Chapter 29) Kamu Masih Suka Ya?
30 (Chapter 30) Viona Cemburu
31 (Chapter 31) Beratnya Dosa Ghibah
32 (Chapter 32) Putus
33 (Chapter 33) Viona
34 (Chapter 34) Jangan Salahkan Hijabku
35 (Chapter 35) Telpon dari Cowok
36 Pengumuman New CS
37 (Chapter 36) Tertolak Lagi
38 (Chapter 37) Hapus Akun
39 (Chapter 38) Masih Cinta
40 (Chapter 39) Terulang Kembali
41 (Chapter 40) Syukron Ya Robb!
42 (Chapter 41) Pulang!
43 (Chapter 42) Putri
44 (Chapter 43) Elvina Jadi Mak Comblang?
45 (Chapter 44) Bertemu Kembali
46 (Chapter 45) Dilema
47 (Chapter 46) Doi nya Elvina?
48 (Chapter 47) Cerita yang Sama
49 (Chapter 48) Pertama Kalinya
50 (Chapter 49) Kabar Nathan 2
51 (Chapter 50) Usai
52 (Chapter 51) Adik Mansiku Berubah
53 (Chapter 52) Sebuah Nasehat
54 (Chapter 53) Tujuh Tahun Lalu
55 (Chapter 54) Pertemuan Pertama
56 (Chapter 55) Melupakan Wajah yang Kulihat Lima Tahun Lalu
57 (Chapter 56) CLBK?
58 (Chapter 57) Salah Faham lagi?
59 (Chapter 58) Elvina Cemburu
60 (Chapter 59) Fakta
61 (Chapter 60) Alasan Dibalik Sifat Pendiam nya Putri
62 (Chapter 61) Ungkapan
Episodes

Updated 62 Episodes

1
(Chapter 1) Jodoh Gak Akan Kemana
2
(Chapter 2) Saling Follback
3
(Chapter 3 ) Sebelum Menjadi Pelangi
4
(Chapter 4) I Love You
5
(Chapter 5) Mira
6
(Chapter 6) Salah Orang
7
(Chapter 7) Menjadi Pelangi
8
(Chapter 8) Nathan Palsu
9
(Chapter 9) Kabar Nathan
10
(Chapter 10) Doa di Sepertiga Malam
11
(Chapter 11) Kembali Menjadi Asing
12
(Chapter 12) Dibalik Esnya
13
(Chapter 13) Doa Mama Untukku
14
(Chapter 14) Kesalahpahaman di Pagi Hari
15
(Chapter 15) Bergosip
16
(Chapter 16) Surah Maryam
17
(Chapter 17) Sebuah Surat
18
(Chapter 18) Pesan Papa
19
(Chapter 19) Tamu
20
(Chapter 20) Firuz
21
(Chapter 21) Hari Kartini
22
(Chapter 22) Hari Kartini part ll
23
(Chapter 23) Pernyataan Cinta dan Pacar Pertama
24
(Chapter 24) Hati yang Sakit
25
(Chapter 25) Sebuah Voice Note
26
(Chapter 26) Ibarat Permen
27
(Chapter 27) Taman Bermain
28
(Chapter 28) Dilema Firuz
29
(Chapter 29) Kamu Masih Suka Ya?
30
(Chapter 30) Viona Cemburu
31
(Chapter 31) Beratnya Dosa Ghibah
32
(Chapter 32) Putus
33
(Chapter 33) Viona
34
(Chapter 34) Jangan Salahkan Hijabku
35
(Chapter 35) Telpon dari Cowok
36
Pengumuman New CS
37
(Chapter 36) Tertolak Lagi
38
(Chapter 37) Hapus Akun
39
(Chapter 38) Masih Cinta
40
(Chapter 39) Terulang Kembali
41
(Chapter 40) Syukron Ya Robb!
42
(Chapter 41) Pulang!
43
(Chapter 42) Putri
44
(Chapter 43) Elvina Jadi Mak Comblang?
45
(Chapter 44) Bertemu Kembali
46
(Chapter 45) Dilema
47
(Chapter 46) Doi nya Elvina?
48
(Chapter 47) Cerita yang Sama
49
(Chapter 48) Pertama Kalinya
50
(Chapter 49) Kabar Nathan 2
51
(Chapter 50) Usai
52
(Chapter 51) Adik Mansiku Berubah
53
(Chapter 52) Sebuah Nasehat
54
(Chapter 53) Tujuh Tahun Lalu
55
(Chapter 54) Pertemuan Pertama
56
(Chapter 55) Melupakan Wajah yang Kulihat Lima Tahun Lalu
57
(Chapter 56) CLBK?
58
(Chapter 57) Salah Faham lagi?
59
(Chapter 58) Elvina Cemburu
60
(Chapter 59) Fakta
61
(Chapter 60) Alasan Dibalik Sifat Pendiam nya Putri
62
(Chapter 61) Ungkapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!