(Chapter 5) Mira

Hari ini matahari bersinar dengan teriknya, tak ada segerombolan awan pun mampu menghadang sinarnya yang menyilaukan saat di pandang.

Orang-orang di SMA Berlian Cemerlang Jakarta semuanya mandi keringat karena berjemur beberapa menit di bawah cahayanya, bukan berjemur selayaknya para turis di pantai.

Tapi, karena hari ini adalah hari senin, waktu di mana setiap hari itu selalu di adakan upacara pengibaran bendera merah putih.

“Bubar barisan! Grak!” pekik pemimpin upacara dengan lantang dan sikap tegapnya.

Setelah pemimpin upacara membubarkan barisan, serta di ikuti suara bel sekolah yang menjadi pengingat para siswa/i bahwa pelajaran pertama baru saja akan di mulai.

Semua siswa/i berbondong-bondong pergi ke kelas mereka masing-masing. Begitu juga denganku, yang kini sudah duduk di kelas, dengan tangan kanan yang sibuk mengibaskan topi abuku sebagai ilir.

Sedangkan Lucy, teman baikku. Tampak bersyukur karena upacara yang hampir membuat dirinya jadi ayam panggang sudah berakhir.

“Akhirnya! upacara selesai juga,” tutur Lucy yang tengah duduk di tempat Fakri, teman sebangku ku.

“Iya, alhamdulillah. Untungnya gak ada yang sampai pingsan juga karena cuaca hari ini!”

Ditengah-tengah obrolanku dengan Lucy, muncul seorang pria di dekat meja kita.

“Minggir dong! aku mau duduk,” tukas pria itu yang tak lain adalah teman dudukku, Fakri Sinandar.

“Duduk di tempat lain aja dulu, kan gurunya juga masih belum datang,” ucap teman baikku yang sepertinya enggan pergi dari tempat duduknya.

“Tempat duduk kamu, kan di ujung paling belakang. Sana balik ke asalnya!”

“Enak aja kalo ngomong! Balik ke asalnya! balik ke asalnya!”

“Udah sana, hush!”

“Pelit banget sih, cuman tempat duduk doang!” pekik teman baikku dengan emosi, yang kini ia sudah berdiri dekat Fakri karena berhasil tersingkirkan olehnya.

Selang beberapa menit, guru sosiologi datang dan berjalan masuk ke kelas, temanku yang masih merajuk pada Fakri akhirnya ia segera kembali ketempat duduknya.

Selama pelajaran berlangsung, tak ada waktu tenang sedikitpun. Pasalnya guru sosiologi selalu berkomedi di tengah-tengah penyampaian materi, tak jarang semua murid menyukai pelajaran ini.

Beberapa jam kemudian, bel istirahat yang nyaring itu terdengar. Aku dan Lucy segera menuju kantin, tapi sebelum itu kita menjemput dua teman baik kita yang berada di kelas Fisika.

Aku dan Lucy melewati beberapa kelas, karena Nia dan Mira berada di kelas Fisika 2 sedangkan aku dan Lucy IPS 1

Akhirnya kita sudah sampai di depan kelas Nia dan Mira, tapi rupanya pelajaran masih belum berakhir. Kita menunggunya selama beberapa menit, dan kelas pun berakhir.

Mira dan Nia segera menghampiri ku dan Lucy. Kini kita langsung melaju kearah tangga, dan mulai menuruninya.

Karena anak tangga yang hanya muat untuk empat orang, dan ada yang naik turun tangga juga, jadi kita membaginya menjadi dua. Aku bersama Mira, sedangkan Lucy dengan Nia.

Setelah berjalan beberapa langkah dari tangga, akhirnya sampai juga di sebuah kantin. Kita segera memesan makanan, dan tak lupa juga dengan gorengan dan es tea jus.

Tapi karena kantin hari ini sangat ramai, kita membuat misi. Siapa yang memesan dan siapa yang mencari tempat duduk.

Aku dan Nia sepakat untuk menjaga tempat duduk yang kita liat sudah kosong beberapa detik lalu saat kita baru sampai.

“Kamu mau pesan apa, Put?”

“Mi goreng aja, Luc.”

“Kalo kamu, Nia?”

“Biasa, mi ayam bakso. Tapi jangan pedas-pedas ya!“

“Oke, sudah aku catat.” Entah sejak kapan Lucy membawa kertas memonya, aku bahkan gak sadar saat keluar kelas bersamanya.

“Sekarang giliran kamu, Mir,” titah Lucy agar segera mencatat minuman kita.

“Sabar dong, Luc! kamu aja belum catat pesananku.”

“Oh iya! hehehe, sorry aku khilaf.”

“Kamu mau pesan ap-”

“Ketoprak! gak pakai bawang goreng, juga gak pakai bawang baik. Terus jangan banyak-banyak kecapnya, dikiiit aja! dan satu lagi, gak pakai timun,” tukas Mira.

“Udah! itu aja!”

“Iya. Eh ... tunggu-tunggu, masih ada satu lagi.”

Lucy bersiap-siap mencatat pesanan Mira agar gak ada satupun yang terlewat, karena teman kita yang satu ini cukup ... ya begitulah.

“Cepatan Mir, yang ada antrian makin panjang tuh!”

“Iya-iya sabar dong, Nia! Aku masih mikir-mikir nih!”

“Kenapa kamu gak catat dulu aja sebelum ke kantin, dan serahin ke Lucy catatannya, kan lebih hemat waktu.” Nia memberinya sebuah solusi.

“Oh iya juga ya! kenapa gak kepikiran.”

“Ah lama banget sih!”

“Ya Allah, Nia! sabar dong!”

Temanku yang satu ini memang selalu menambah darah tinggi naik, apalagi Nia orangnya gak bisa nunggu. Sedangkan Lucy walau masih bersabar tapi gak tau setelahnya.

“Tadi aku pesannya gak pakai apa aja ya, Luc?”

“Gak pakai bawang merah kena azab dan bawang putih baik hati bak peri dongeng, si hitam manis dikit aja, sama gak pakai timun mas.”

“Ih timun mah pakai, Luc! gimana sih kamu, catet yang benar dong!”

Sepertinya sekarang Lucy sedang menghipnotis dirinya agar tetap tenang. Ya! aku dan Nia cukup jadi patung saja.

“Sabar Lucy, sabar! ini ujian buat kamu punya teman kayak si Mira.” Lucy menenangkan batinnya.

Sebelum bicara, Lucy menarik nafasnya dalam-dalam. “Ya udah nih kamu catat sendiri aja! jadi orang ribet banget sih!” tukasnya.

Melihat Lucy yang meletup-letup, aku dan Nia sepertinya berkata hal yang sama dalam batin kita.

“Astaga, rupanya Lucy udah gak bisa nahan sabarnya lagi, langsung meletus tuh gunung berapi nya.”

Beberapa menit setelah memesan menu kantin yang begitu dramatis akhirnya kita bisa makan siang juga.

Kini Lucy sudah selesai dengan antriannya, dan menuju meja kita. Sedangkan Mira tinggal menunggu satu es tea jus lagi.

Alhamdulillah. Gak perlu sampai sejaman, kitapun sudah selesai menyantap menu yang kita pesan beraneka ragam ini.

Tapi minuman tetap tea jus sebagai penyatu makanan kita. Rasanya kurang afdhol jika gak ada es tea jus.

Kita pun segera pergi dari kantin, karena masih banyak yang mengantri meja kosong. Sedangkan bel masuk tinggal 35 menit lagi.

Hari ini waktu terasa begitu cepat, aku yang masih fokus memperhatikan pak guru yang sedang menyampaikan materi langsung tersentak karena bel pulang.

“Perasaan baru beberapa menit bel istirahat, kenapa sekarang udah bel pulang aja?” batinku protes.

Tapi aku senang, sih. Itu artinya aku bisa chat sama dia lagi. Rasanya hari ini mau naik pesawat aja biar cepat sampai rumah, wkwkwk.

Lima puluh enam menit kemudian, aku sampai rumah bersama adikku yang manis, Elvina Umaiza.

Karena kita satu sekolah dan sama-sama kelas 3 jadi hampir selalu pulang bareng, jika Elvina yang pulang duluan otomatis Elvina harus menungguku, begitu juga sebaliknya.

Jika kalian berpikir kita kembar. Ya! kita memang kembar. Beda 3 tahun, maksudku kembar sekolahannya.

Yups! benar sekali, sekolahanku digabung dengan SMP dan SMA.

Terpopuler

Comments

Imamah Nur

Imamah Nur

Kenapa nggak sekalian pesan timun emas 🤣🤣🤣

2023-07-15

0

Imamah Nur

Imamah Nur

Ide yang bagus biar nggak makan waktu

2023-07-15

0

Imamah Nur

Imamah Nur

Waduh ribet amet🤣

2023-07-15

0

lihat semua
Episodes
1 (Chapter 1) Jodoh Gak Akan Kemana
2 (Chapter 2) Saling Follback
3 (Chapter 3 ) Sebelum Menjadi Pelangi
4 (Chapter 4) I Love You
5 (Chapter 5) Mira
6 (Chapter 6) Salah Orang
7 (Chapter 7) Menjadi Pelangi
8 (Chapter 8) Nathan Palsu
9 (Chapter 9) Kabar Nathan
10 (Chapter 10) Doa di Sepertiga Malam
11 (Chapter 11) Kembali Menjadi Asing
12 (Chapter 12) Dibalik Esnya
13 (Chapter 13) Doa Mama Untukku
14 (Chapter 14) Kesalahpahaman di Pagi Hari
15 (Chapter 15) Bergosip
16 (Chapter 16) Surah Maryam
17 (Chapter 17) Sebuah Surat
18 (Chapter 18) Pesan Papa
19 (Chapter 19) Tamu
20 (Chapter 20) Firuz
21 (Chapter 21) Hari Kartini
22 (Chapter 22) Hari Kartini part ll
23 (Chapter 23) Pernyataan Cinta dan Pacar Pertama
24 (Chapter 24) Hati yang Sakit
25 (Chapter 25) Sebuah Voice Note
26 (Chapter 26) Ibarat Permen
27 (Chapter 27) Taman Bermain
28 (Chapter 28) Dilema Firuz
29 (Chapter 29) Kamu Masih Suka Ya?
30 (Chapter 30) Viona Cemburu
31 (Chapter 31) Beratnya Dosa Ghibah
32 (Chapter 32) Putus
33 (Chapter 33) Viona
34 (Chapter 34) Jangan Salahkan Hijabku
35 (Chapter 35) Telpon dari Cowok
36 Pengumuman New CS
37 (Chapter 36) Tertolak Lagi
38 (Chapter 37) Hapus Akun
39 (Chapter 38) Masih Cinta
40 (Chapter 39) Terulang Kembali
41 (Chapter 40) Syukron Ya Robb!
42 (Chapter 41) Pulang!
43 (Chapter 42) Putri
44 (Chapter 43) Elvina Jadi Mak Comblang?
45 (Chapter 44) Bertemu Kembali
46 (Chapter 45) Dilema
47 (Chapter 46) Doi nya Elvina?
48 (Chapter 47) Cerita yang Sama
49 (Chapter 48) Pertama Kalinya
50 (Chapter 49) Kabar Nathan 2
51 (Chapter 50) Usai
52 (Chapter 51) Adik Mansiku Berubah
53 (Chapter 52) Sebuah Nasehat
54 (Chapter 53) Tujuh Tahun Lalu
55 (Chapter 54) Pertemuan Pertama
56 (Chapter 55) Melupakan Wajah yang Kulihat Lima Tahun Lalu
57 (Chapter 56) CLBK?
58 (Chapter 57) Salah Faham lagi?
59 (Chapter 58) Elvina Cemburu
60 (Chapter 59) Fakta
61 (Chapter 60) Alasan Dibalik Sifat Pendiam nya Putri
62 (Chapter 61) Ungkapan
Episodes

Updated 62 Episodes

1
(Chapter 1) Jodoh Gak Akan Kemana
2
(Chapter 2) Saling Follback
3
(Chapter 3 ) Sebelum Menjadi Pelangi
4
(Chapter 4) I Love You
5
(Chapter 5) Mira
6
(Chapter 6) Salah Orang
7
(Chapter 7) Menjadi Pelangi
8
(Chapter 8) Nathan Palsu
9
(Chapter 9) Kabar Nathan
10
(Chapter 10) Doa di Sepertiga Malam
11
(Chapter 11) Kembali Menjadi Asing
12
(Chapter 12) Dibalik Esnya
13
(Chapter 13) Doa Mama Untukku
14
(Chapter 14) Kesalahpahaman di Pagi Hari
15
(Chapter 15) Bergosip
16
(Chapter 16) Surah Maryam
17
(Chapter 17) Sebuah Surat
18
(Chapter 18) Pesan Papa
19
(Chapter 19) Tamu
20
(Chapter 20) Firuz
21
(Chapter 21) Hari Kartini
22
(Chapter 22) Hari Kartini part ll
23
(Chapter 23) Pernyataan Cinta dan Pacar Pertama
24
(Chapter 24) Hati yang Sakit
25
(Chapter 25) Sebuah Voice Note
26
(Chapter 26) Ibarat Permen
27
(Chapter 27) Taman Bermain
28
(Chapter 28) Dilema Firuz
29
(Chapter 29) Kamu Masih Suka Ya?
30
(Chapter 30) Viona Cemburu
31
(Chapter 31) Beratnya Dosa Ghibah
32
(Chapter 32) Putus
33
(Chapter 33) Viona
34
(Chapter 34) Jangan Salahkan Hijabku
35
(Chapter 35) Telpon dari Cowok
36
Pengumuman New CS
37
(Chapter 36) Tertolak Lagi
38
(Chapter 37) Hapus Akun
39
(Chapter 38) Masih Cinta
40
(Chapter 39) Terulang Kembali
41
(Chapter 40) Syukron Ya Robb!
42
(Chapter 41) Pulang!
43
(Chapter 42) Putri
44
(Chapter 43) Elvina Jadi Mak Comblang?
45
(Chapter 44) Bertemu Kembali
46
(Chapter 45) Dilema
47
(Chapter 46) Doi nya Elvina?
48
(Chapter 47) Cerita yang Sama
49
(Chapter 48) Pertama Kalinya
50
(Chapter 49) Kabar Nathan 2
51
(Chapter 50) Usai
52
(Chapter 51) Adik Mansiku Berubah
53
(Chapter 52) Sebuah Nasehat
54
(Chapter 53) Tujuh Tahun Lalu
55
(Chapter 54) Pertemuan Pertama
56
(Chapter 55) Melupakan Wajah yang Kulihat Lima Tahun Lalu
57
(Chapter 56) CLBK?
58
(Chapter 57) Salah Faham lagi?
59
(Chapter 58) Elvina Cemburu
60
(Chapter 59) Fakta
61
(Chapter 60) Alasan Dibalik Sifat Pendiam nya Putri
62
(Chapter 61) Ungkapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!