Kini Rafa sudah berada di rumah sakit milik keluarga Ares, dimana Ayesha menjalankan tugas sebagai seorang dokter.
Rafa yang masih berada di ruangan ICU dengan beberapa alat di tubuhnya, putri sangat terpukul melihat pemandangan yang ada di depan matanya serta sebuah kenyataan yang entah bagaimana nanti Rafa akan menerimanya, hingga ia tak menyadari jika kedua orang tua Rafa sudah berada di belakangnya.
“Nak,” panggil mama Rafa membuat putri menoleh ke sumber suara.
“Tante,”
“Duduklah kamu pasti capek berdiri terus,” ajak mama Rafa.
Putri pun menurut dan duduk di samping Ares.
“Kalian pulang lah, biar kami yang menjaga Rafa, dan lagian kita tak di perbolehkan masuk semoga saja besok dia sudah siuman,” ujar papa Rafa.
“Baik om, dan maaf jika kami menghubungi om agak terlambat,” sesal Ares.
“Tak masalah yang penting kami sudah berada disini,"
Saat mereka akan berdiri, Arkan dan Ara datang matanya langsung tertuju putrinya.
“Nak, kamu tidak apa-apa,”
“Mom,” jawabnya langsung memeluk mommy nya.
“Bagaimana keadaan Rafa Fajri,” tanya Arkan.
“kita hanya bisa berdoa yang terbaik buatnya,”
“Apa sudah di selidiki penyebab kecelakaan nya?,” tanya Arkan lagi pada papa Rafa.
“Belum, aku sangat syok saat dapat kabar dari Ares tadi jadi belum sempat ke pikiran ke situ,”
“Baiklah, aku mengerti aku akan bantu sebisa ku,” jawab Arkan.
“Makasih,”
@
@
@
Pagi harinya.....
Ara sudah siap membuat sarapan untuk kedua orang tua Rafa Karna semalam putri berjanji akan datang ke rumah sakit, ia berinisiatif membawakan makanan untuk kedua orang tua Rafa.
Sementara di rumah sakit, kedua orang tua Rafa sedang menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan Rafa.
“Bagaimana keadaan putra saya dok?,” tanya papa Rafa.
“Mari ikut keruangan saya,” jawab dokter itu.
“Ayo mah,” ajak papa Rafa.
Tampa menunggu lagi mereka segera menuju ruangan dokter tersebut.
“Jadi apa yang ingin dokter katakan?,” tanya papa Rafa.
“mohon maaf sebelum tapi kalian harus sabar dan ikhlas menerima kabar ini,”
“Apa pun itu kami akan berusaha untuk ikhlas menerimanya,” jawab papa Rafa.
“keadaannya sudah membaik, Prediksi yang sama dengan rumah sakit sebelumnya kalau putra anda mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya hingga ia tak bisa berjalan, kecil kemungkinan kalau ia bisa berjalan lagi seperti semula,”
“Lum.....lumpuh dok?,” tanya mama Rafa dengan bibir bergetar.
“Iya, nyonya,”
“ya Allah pa, bagaimana nasib anak kita?,”
“Sabar ma, kita usahakan yang terbaik buat dia,”
Mama Rafa menangis mengingat nasib putra yang di nyatakan lumpuh, bagaimana dia akan bisa menerima kenyataan ini.
“Kami permisi dulu dok,”
“Ya tuan,”
Sesampainya di depan pintu ruangan Rafa mereka saling pandang.
“Bagaimana cara kita menyampaikannya pa,”
“Kita coba pelan-pelan ma,”
“Mama takut kalau Rafa tak bisa menerima kenyataan,”
“Kita akan beri dia semangat ma, biar dia ikhlas dengan ini semua,”
“Semoga saja pa,”
Saat akan masuk ponsel mama Rafa berdering, ia melihat nama penelpon dengan wajah sendu.
“halo, assalamualaikum Tante, Rafa di rawat di ruangan mana?,”
“Di ruangan anggrek lantai tiga nak, kemari lah kami menunggumu,”
“Baiklah Tante aku akan segera kesana,” jawab putri sambil membawa sarapan yang ia sediakan dari rumah.
Tak lama putri datang, lalu menghampiri kedua paruh baya itu yang masih duduk di kursi tunggu depan ruangan Rafa.
“Kenapa Tante dan om ngak masuk,” tanya putri.
“Nak, ada yang ingin kami sampaikan pada mu tapi setelah mendengar semuanya tolong jangan tinggalkan Rafa,”
“Tante ngomong apa sih, sebenarnya apa yang terjadi dengan Rafa, dan aku tak akan meninggalkan nya percayalah pada ku,”
“begini, kami baru saja dari ruangan dokter yang menangani Rafa beliau bilang kalau Rafa mengalami lumpuh, dan kemungkinan sembuh sanggatlah kecil,”
“Maaf sebelumnya Tante, kalau soal itu aku sudah tau dari rumah sakit sebelumnya hanya saja aku dan bang Ares tidak berani memberitahu Tante tentang masalah itu, biarlah Tante tau dari dokter, kini yang kita pikirkan bagaimana cara kita untuk memberitahu Rafa tentang masalah ini,”
“Jadi kamu sudah tau,” tanya papa Rafa,”
“Maaf om,” jawab putri setelah itu ia menunduk.
“ya sudah mari kita masuk,” ajak papa Rafa.
“Om, dan Tante tidak marah?,” tanya putri.
“Untuk apa kami marah, ayo kita lihat Rafa.
Putri dan mama Rafa hanya mengangguk kan kepalanya.
“Makan dulu om, ini mommy siapkan sarapan buat Om dan tante,” ucap putri.
“Makasih nak,”
“sama-sama,”
Putri memilih duduk di kursi yang ada di samping ranjang, mata tak lepas dari wajah Rafa yang mengalami beberapa goresan.
“Uh.....,” erang Rafa secara perlahan matanya terbuka, dan melihat putri yang tersenyum manis padanya.
“Pangeran, kamu sudah sadar,” ujar putri seraya menyentuh tangan Rafa.
“Haus,” ujarnya.
Dengan sigap putri mengambil minuman yang ada di nakas samping ranjang Rafa.
“minum sedikit saja dulu,” ujar putri sambil tersenyum, Rafa hanya mengangguk.
“Sayang, kamu sudah sadar nak?,” tanya papanya.
“Ya ma, ma kaki aku ngak kok bisa di gerakan?,”
Putri dan kedua orang tua Rafa saling pandang.
“Kenapa diam, jawab aku mah, pa, My Princess,” ujarnya.
“kamu tenang dulu ya nak,”
“Bagaimana aku bisa tenang, dokter....dokter,” teriak Rafa.
“Pangeran tenanglah dulu ya, om akan menjelaskan,” ucap putri seraya menggenggam tangan Rafa seakan memberikan kekuatan pada Rafa.
“Om, ayo ngomong,” pinta putri.
Papa Rafa membuang nafannya secara perlahan.
“Apa kamu ingat dengan kejadian kemaren sore?,” tanya papanya.
“Iya, saat peristiwa itu aku sudah berusaha untuk menghentikan laju mobil tapi mobil di depan yang sangat kencang hingga terjadilah kecelakaan itu,”
“mobil mu bagian depannya hancur, sedangkan orang yang menabrakmu itu meninggal di tempat kejadian,”
“Apa kaki ku di amp.....,”
Srekkkk....Rafa membuang selimut yang membalut kakinya, ternyata kakinya masih ada tapi kenapa tak bisa di gerakan.
“Apa aku lumpuh pa,” tebaknya langsung.
“Iya, kedua kaki mu mengalami kelumpuhan, tapi kamu tenang saja kita akan berusaha untuk menyembuhkan kamu,” ujar papanya.
“Apa???, Jangan becanda pa, mah katakan kalau itu hanya bohong?,” ucap Rafa lalu menarik tangannya dengan kasar dari pegangan putri, lalu meraih tangan mama.
“Maaf kan mama nak, tapi itu kenyataannya,” ucap mama Rafa seraya menghapus air matanya.
“Ngak, ini ngak mungkin, aku ngak mungkin lumpuh,” ujar Rafa sambil memukul-mukul kakinya.
“Pangeran sabarlah, kita masih bisa berusaha buat kamu subuh, asal ada kemauan dari kamu, dan aku akan selalu ada di dekatmu sampai kamu sembuh kita akan berusaha sama-sama agar kamu bisa jalan lagi” jawab putri membuat Rafa diam.
“Bagaimana jika aku lumpuh seumur hidup,” jawab nya dengan bibir yang bergetar.
“Jangan putus asa dulu, kamu pasti sembuh dan jika pun kamu dinyatakan lumpuh seumur hidup aku tak peduli Karna aku akan selalu ada buat kamu,” jawab putri meyakin Rafa.
Rafa menatap mata putri dengan lekat untuk mencari sebuah kebohongan apa putri benar-benar berkata begitu dari hatinya atau hanya untuk menghiburnya saja, namun mata putri memancarkan ketulusan dan cinta yang amat besar untuknya.
“Apa kamu ngak malu, seorang putri dari keluarga konglomerat punya suami lumpuh,”
“Jangan pedulikan ucapan orang, Karna kita hidup bukan untuk dia, dan satu yang pasti Karna hatiku juga sudah lumpuh oleh cintamu,” ujar putri.
“kau sangat keterlaluan di saat seperti ini saja masih menggombal ku,” ujar Rafa yang memalingkan wajahnya karna malu.
“jadi semangatlah, untuk sembuh,”
“aku akan berusaha,”
“Nah gitu dong, ini baru Rafa yang aku kenal,”
“Ya Allah massssss,”...
@ @ @ @ @
Jangan lupa kasih dukungannya yaa.
Dengan. 👉⭐⭐⭐⭐⭐ Dan
👍 Serta komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments