Keesokan paginya, Rayno terbangun karena mendengar suara dari arah dapur. Ia langsung bergegas keluar dari kamarnya menuju dapur. Di dapur, sudah ada dua gadis dengan seragam sekolahnya sedang sibuk dengan peralatan dapur. Rayno merasa tenang melihat wajah Lea yang terlihat jauh lebih cerah pagi ini daripada semalam.
“kakak sudah bangun.” Ucap Lusi membuat Lea langsung menolehkan kepalanya dan melihat Rayno sudah berdiri di dapur.
“kalian masak apa?”
“seperti biasa, Lea masak nasi goreng buat sarapan. Kakak ikut sarapan?”
“ya.”
Rayno langsung kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap. Sedangkan Lusi masih melongo mendengar jawaban kakaknya. Baru kali ini kakaknya mau makan sarapan di rumah. biasanya Lusi akan menelpon asisten kakaknya untuk menyiapkan makanan di kantor. Lusi tersenyum lalu melihat ke arah Lea yang masih sibuk dengan masakannya. Tidak lama kemudian, makanan sudah siap dan disajikan di atas meja makan. Bertepatan dengan Rayno yang sudah membasuh tubuhnya dan memakai setelan jas lengkap.
Rayno mencium aroma nasi goreng yang begitu harum menurutnya. Tidak sia-sia dia membawa pulang Lea tadi malam. Ia sedikit mengangkat sudut bibirnya lalu dengan antusias menyantap makanan di depannya. Hal itu tidak luput dari pandangan Lusi membuat hati Lusi semakin bahagia melihat kakaknya bahagia. Ia juga mengambil nasi goreng dan menyantap makanan itu dengan lahap. Lea yang melihat pemandangan di depannya itu merasa sangat bahagia. Baru kali ini ia merasakan rasanya sarapan bersama. Baru kali ini juga ada orang lain yang begitu antusias menyantap makanan buatannya. Setelah itu, Rayno mengantar Lea dan Lusi ke sekolah kemudian ia pergi ke perusahaan. Rayno berada dalam suasana hati yang sangat baik pagi ini. Sesekali ia tersenyum sendiri di dalam mobil. Sesampainya di perusahaan, Rayno disambut oleh asisten dan juga sekertarisnya.
“pak, hari ini bu Rina akan datang.” Ucap sang sekertaris membuat Rayno langsung berhenti dan menoleh ke arah sekertarisnya.
“kenapa baru bilang?” tanya Rayno dengan nada dinginnya.
“maaf pak.”
Rayno kembali melanjutkan langkahnya menuju lift.
“sudah saya bilang, kamu tidak boleh ceroboh kalau menyangkut urusan bu Rina.”
“maaf pak Danis.”
Danis merupakan sahabat sekaligus asisten atau tangan kanan Rayno. Dia sudah bekerja dengan Rayno sejak lulus kuliah. Rayno mulai mengembangkan bisnisnya sendiri sejak duduk di bangku kuliah di depan matanya. Danis sudah menemani Rayno dari titik terendah hidupnya hingga bisa memiliki perusahaan sebesar sekarang dengan banyak cabang dimana-mana. Rayno merupakan sosok yang membuatnya terinspirasi dan termotivasi untuk melakukan yang terbaik dalam hidupnya.
Danis menyusul Rayno ke ruangannya. Dia melihat atasan sekaligus sahabatnya itu sedang berdiri di depan jendela sambil melihat ke arah luar. Dia berjalan mendekat ke arah Rayno lalu menepuk bahunya.
“perlu dibatalkan saja pertemuannya?”
“tidak perlu, dia sudah tidak membuatku terpengaruh sejak bertahun-tahun lalu. Aku hanya merasa tidak nyaman saja berada di sekitarnya.”
“aku akan ikut ke pertemuan nanti.” Ucap Danis yang diangguki oleh Rayno.
Setelah itu, Rayno diikuti oleh Danis berjalan menuju ruang rapat. Saat membuka pintu, sekertaris Rayno yang sedang menerima telepon langsung berdiri. Ia dengan cepat menutup telepon dan menghampiri atasannya.
“Bu Rina tidak jadi datang ke perusahaan, beliau bilang ingin bertemu dengan bapak di restoran biasa.”
“restoran biasa?”
“kata bu Rina bapak akan tahu di mana lokasinya.”
Rayno mengurut keningnya pelan lalu berjalan pergi meninggalkan sekertarisnya. Danis melotot ke arah sekertaris itu sambil berjalan mengikuti Rayno.
Beberapa saat kemudian di sebuah restoran mewah di pusat kota, Rayno dan Danis masuk dan langsung menuju ke sebuah ruang vip. Rayno membuka pintu ruangan itu dan melihat Rina sudah duduk di sana dengan memegang gelas anggur. Rina melirik ke arah Rayno dan tersenyum, tapi senyumnya langsung pudar saat melihat ada Danis di belakangnya. Rina mendengus pelan lalu mengalihkan pandangannya dari kedua pria itu. Rayno duduk di seberang Rina dan Danis duduk di samping Rayno.
“apa yang ingin kamu bahas?”
“aku kira kamu sudah lupa dengan tempat ini.”
“kalau tidak ada kaitannya dengan masalah pekerjaan, saya permisi.” Ucap Rayno sambil bersiap untuk berdiri.
“kamu masih menyukaiku kan? Buktinya kamu tahu aku ada di tempat ini meskipun aku tidak mengatakannya.”
“Danis yang memberitahu saya, kalau tidak, mungkin saya tidak akan ada di sini.” Ucap Rayno lalu diangguki oleh Danis.
Rayno berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruangan itu. Tapi sebelum ia keluar, Rina juga ikut berdiri dan menahan lengan Rayno.
“aku masih mencintaimu, aku yakin kamu juga begitu. Mau sampai kapan kamu marah begini?”
“cinta seperti apa yang kamu maksud? Mendekatiku untuk mencuri rahasia perusahaan yang susah payah aku bangun dan kamu memberikannya untuk perusahaan keluargamu?”
“kamu tahu aku tidak bermaksud melakukan itu.”
“aku bahkan tidak tahu mana perkataanmu yang jujur dan tidak.”
Setelah mengatakan itu, Rayno pergi meninggalkan Rina. Di dalam mobil, Rayno terus menatap ke arah luar jendela. Suasana hatinya saat ini benar-benar berantakan dan ia tidak ingin kembali ke kantor. Rayno meminta Danis untuk mengantarnya kembali ke apartemen. Setelah sampai di apartemen, Rayno segera masuk ke dalam kamar dan berbaring di atas kasur. Ia memejamkan matanya lalu bayang-bayang wajah Lea tiba-tiba muncul. Ia membuka mata kemudian menatap ke arah pintu kamar. Rayno melirik ke arah jam dinding dan ternyata masih tengah hari. Masih lama sampai Lea pulang dari sekolahnya. Sementara itu, Lea saat ini sedang menyantap makan siang di kantin. Dia memilih untuk duduk sendirian karena tidak memiliki teman yang bisa diajak makan bersama. Namun, Lusi datang sambil membawa nampan makanan dan mengambil duduk di depan Lea. Hal itu sontak saja menjadi perhatian siswa lainnya. Karena itu adalah kali pertama seorang Lusi duduk di kantin sekolah. Bahkan ia duduk bersama dengan anak yang semua orang tahu sudah menjadi target Lusi.
“kenapa lihatnya begitu?” tanya Lusi pada Lea yang masih terus melihatnya.
“tidak ada.”
“pulang sekolah nanti mau pergi menemaniku?”
“aku harus bekerja.”
“apakah harus?”
“ya.”
Lusi merasa kecewa dengan jawaban Lea. Ia melanjutkan makan dengan wajah murungnya. Lea yang melihat itu jadi merasa tidak enak. Lalu ia mengecek ponselnya dan ternyata rekan kerjanya mengirim sebuah sms kepadanya.
“sepulang sekolah nanti kan?”
“kamu harus bekerja.”
“aku bisa sedikit meluangkan waktu.”
“benarkah?”
Lea mengangguk meyakinkan Lusi bahwa dirinya bisa ikut menemani. Lusi tersenyum cerah dan melanjutkan makannya dengan lahap. Sesuai dengan yang dijanjikan, Lea menunggu Lusi di depan gerbang sekolah. Tidak lama kemudian, gadis itu akhirnya keluar dan berjalan cepat ke arah Lea. Lusi memesan sebuah taksi dan meminta sang supir untuk mengantarkan mereka ke alun-alun kota. Sekitar sepuluh menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di alun-alun.
“kenapa harus pakai taksi sih?”
“males jalan.” Ucap Lusi lalu menarik tangan Lea untuk masuk ke dalam area pasar malam.
Sesekali memang ada acara pasar malam di alun-alun kota. Pasar malam ini biasanya berlangsung selama seminggu. Lusi selalu datang setiap ada pasar malam seperti ini. Tapi dulu ia selalu pergi sendir, karena itu kali ini dia merasa senang karena tidak lagi datang sendiri. Begitu juga dengan Lea. Ini pertama kalinya ia datang ke pasar malam. Dan untuk pertama kalinya juga dia merasa sangat antusias. Tanpa sadar, ia menarik lengan Lusi ke arah wahana yang ingin dinaikinya. Dia juga menarik Lusi untuk melihat jajanan yang dijual dan juga pernak pernik yang dijual di sana. Lusi sedikit terkejut dengan sikap Lea yang seperti ini. Untuk pertama kalinya dia melihat Lea begitu bebas mengekspresikan dirinya sendiri. Mereka berdua berkeliling cukup lama sampai akhirnya Lea ingat kalau dia harus menggantikan rekan kerjanya untuk shift malam. Dengan enggan, ia mengajak Lusi pulang. Lusi menyetujui ajakan Lea untuk pulang dan kembali memesan taksi untuk mengantar mereka. Sesampainya di depan gedung apartemen, Lea turun dari taksi dan berpisah dengan Lusi. Setelah taksi yang ditumpangi Lusi sudah menjauh, Lea berjalan kaki menuju toko tempatnya bekerja.
Di dalam apartemen, Rayno terus mondar mandir di ruang tamu. Ia melirik jam dinding dan waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam tapi gadis itu belum juga pulang. Rayno tidak ingat bahwa ia memiliki nomor ponsel Lea karena mereka hampir tidak pernah berkomunikasi melalui ponsel. Ia sempat berfikir kalau Lea sedang bekerja sepulang sekolah, tapi saat Rayno mendatangi toko itu, tidak ada Lea di sana. Hanya ada seorang karyawan laki-laki di sana. Rayno menghela nafasnya kasar lalu memutuskan untuk menelpon adiknya. Kekhawatirannya semakin menjadi saat sang adik mengatakan kalau Lea sudah ia antarkan sampai depan gedung apartemen sekitar sepuluh menit yang lalu. Rayno langsung berlari keluar dan menuju ke ruang keamanan untuk mengecek rekaman cctv yang ada di sana. Dari rekaman itu, Rayno bisa melihat kalau Lea beberapa saat yang lalu memang turun di depan gedung. Tapi ia berjalan menjauhi area apartemen setelah Lusi pergi. Tanpa fikir panjang, Rayno langsung berlari dan menyusuri jalan yang dilalui oleh Lea. Ia berfikir kalau Lea seharusnya ada di toko karena jalan itu mengarah ke toko tempatnya bekerja. Akhirnya ia bisa bernafas lega saat melihat Lea sedang berada di balik meja kasir dan melayani seorang pelanggan.
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments