BAB 2

Rayno menatap punggung Lea yang semakin menjauh hingga akhirnya menghilang ditelan kegelapan malam.

“kakak.”

“ya.”

“pulang.”

Rayno mengangguk lalu menggandeng sang adik ke dalam mobil. Ia melajukan mobilnya membelah gelapnya malam menuju mansion miliknya. Pikirannya kembali tertuju pada punggung gadis itu. Bahkan jika dilihat dari belakang, ia bisa merasakan rasa sedih darinya.

“kenapa temanmu langsung pergi?”

“tidak tahu, mungkin karena sudah larut.”

“kenapa dia ada di luar selarut ini?”

“tidak tahu.”

“bukankah seharusnya kamu berterimakasih dan menawarkan tumpangan untuknya?”

“kakak.”

“ya.”

“aneh.”

“apanya yang aneh?”

“kakak tidak pernah banyak bicara seperti ini, kenapa Tiba-tiba jadi cerewet?”

“hanya merasa berterimakasih karena sudah membantumu.”

Lusi mengangguk lalu menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Ia kembali berfikiri tentang Lea yang sudah menyelamatkannya dan bahkan menenangkannya. Terbersit rasa bersalah karena sudah mengganggunya di sekolah.

Keesokan harinya, Lea sudah berada di sekolah pagi-pagi sekali. Ia mengeluarkan buku dan mengerjakan tugas sekolah yang tidak sempat ia kerjakan. Semalam ia hanya berjalan kesana kemari tanpa tujuan jelas. Ia pergi ke toko tempatnya bekerja pagi-pagi sekali untuk mengganti seragamnya. Beruntung karena ia menyimpan seragam cadangan di toko itu dan toko itu buka 24 jam.

Tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat. Kelas yang semula kosong sudah terisi oleh banyak orang. Tapi tiba-tiba suara riuh ramai di kelasnya hilang begitu saja. Lea mendongak melihat ke depan berharap sang guru belum datang. Memang bukan guru yang datang melainkan Lusi. Gadis itu berjalan menghampiri Lea dengan membawa sebuah paperbag di tangannya. Ia meletakkan tas itu di meja Lea membuat semua orang bingung.

“seragamku tadi kotor, bawakan ke laundri di depan sekolah.” Ucap Lusi.

Lea merutuki dirinya yang sempat berfikiri kalau Lusi akan bersikap baik kepadanya setelah kejadian tadi malam. Tanpa kata, ia meraih tas itu dan pergi menuju tempat laundri. Setelah meletakkan seragam milik Lusi di sana, Lea bergegas kembali ke ruang kelas karena sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai. Tapi tiba-tiba kepalanya pusing dan membuatnya berhenti sejenak. Setelah rasa pusingnya sedikit hilang, ia kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas. Sesampainya di ruang kelas, ia sedikit terkejut karena ada sebuah bingkisan di mejanya. Ia menolehkan kepalanya mencaritahu siapa yang sudah meletakkan benda itu di mejanya. Mungkin saja orang itu salah meletakkannya. Lea membuka kotak itu dan ada sebuah jam tangan di dalamnya. Ia melihat sebuah surat yang terselip.

“lusi?” gumamnya setelah membaca tulisan di secarik kertas itu.

“bukankah ini terlalu berlebihan.” Gumamnya.

Meskipun ia tidak tahu banyak tentang jam tangan, tapi dia tahu kalau yang ada di tangannya saat ini pasti mahal harganya. Lea menutup kembali kotak itu dan memasukkannya ke dalam tas. Ia berniat akan mengembalikan benda itu kepada Lusi. Tidak lama kemudian, seorang guru datang dan pelajaran pun dimulai.

Sepulang sekolah, Lea menunggu Lusi di gerbang sekolah. Cukup lama ia berdiri di sana, tapi Lusi tidak juga muncul. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi karena sudah hampir terlambat untuk bekerja. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya ia sampai di toko tempatnya bekerja. Lea melihat ke kanan dan kiri sebelum menyeberang. Setelah memastikan tidak ada kendaraan, ia melangkahkan kakinya menyeberang jalan. Baru beberapa langkah ia berjalan, kepalanya mendadak terasa sangat pusing membuat langkahnya terhenti. Tidak jauh darinya ada sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Lea terkejut dan menutup matanya erat. Suara decitan ban mobil yang beradu dengan aspal begitu memekakkan telinga. Pengemudi mobil itu turun dengan kesal dan berjalan menuju Lea.

“apa yang kamu lakukan? Kalau mau mati, jangan di sini.” Ucapnya.

Lea tidak berani mengangkat kepalanya. Ia terus menunduk dan meminta maaf kepada pria di depannya. Rayno menghela nafasnya kasar. Ia merasa kesal karena gadis di depannya ini terus mengucapkan kata maaf.

“lihat aku.”

Lea dengan susah payah mendongakkan kepalanya untuk melihat pria di depannya. Matanya membulat setelah melihat siapa pria itu.

“ada apa? Kenapa melotot?”

“ah, tidak.”

“sudahlah, lain kali hati-hati, jangan menyusahkan orang.”

“maaf.”

Lea menepi dan melihat Rayno pergi menjauh bersama dengan mobil hitamnya.

“adik kakak sama saja.” Gumamnya.

Seperti biasa, Lea bekerja sampai larut malam. Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini, ia memutuskan untuk mengambil jalan memutar. Kalau ia sampai di rumah lebih larut, semua orang pasti sudah tidur, begitu pikirnya. Setelah sampai di rumah, ternyata lampu rumah masih menyala tapi tidak ada keributan di dalamnya. Lea membuka pintu dan melepas sepatunya.

“aku pulang.” Ucapnya yang kini langsung disambut oleh sang ibu.

“kenapa larut sekali pulangnya? Biasanya tidak sampai lewat tengah malam, apa ada masalah?”

Lea terkejut dengan kehadiran sang ibu. Ia tersenyum kikuk lalu melangkah masuk ke dalam rumah.

“ada banyak pekerjaan hari ini, semuanya baik.”

“syukurlah.”

“hmm, Lea, ibu mau pinjam uang kamu.”

Lea yang sudah memegang kenop pintu kamarnya langsung terdiam. Tangannya jatuh ke samping tubuhnya lalu ia menengok ke arah sang ibu.

“bu, uangnya mau dipakai buat bayar sekolah Lea. Sudah nunggak tiga bulan.”

“ibu tahu, ibu akan kembalikan secepatnya, atau kamu bisa meminjam uang ke bos kamu untuk membayar uang sekolah.”

“bu. Ibu, sebenarnya peran kalian sebagai orang tua itu apa sih?”

Putri terdiam mendengar ucapan Lea. Sedangkan Lea langsung masuk ke dalam kamarnya setelah mengatakan hal itu. Ia mengemasi semua pakaiannya dan keluar dari rumah itu. Lea sudah terlalu muak untuk bertahan walaupun hanya untuk sehari saja. Keputusan impulsif yang dia buat akhirnya menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Dia tidak tahu kemana harus pergi dengan membawa barang sebanyak itu. Tidak mungkin jika ia menginap di toko, bos nya pasti tidak akan mengizinkannya. Lea mengikuti kemana kakinya melangkah. Setelah berjalan cukup jauh, ia mendapati dirinya sedang berada di sebuah taman. Lea meletakkan tasnya dan ia duduk di bangku taman. Tiba-tiba ia merasa kepalanya pusing dan perutnya mual. Ia merebahkan tubuhnya di bangku taman dengan tasnya ia gunakan sebagai bantal. Tidak terasa, pagi sudah datang. Cahaya mentari pagi menggelitik kedua mata Lea yang masih terpejam. Ia membuka matanya perlahan lalu teringat kalau dirinya semalam keluar dari rumah dan sekarang malah ketiduran di taman.

“benar-benar jadi gelandangan.” Gumam Lea.

Ia kemudian pergi dari taman dan mencari toilet umum untuk berganti pakaian. Setelah itu, ia menitipkan tasnya ke toko dan Lea berangkat ke sekolah. Sesampainya di kelas, ia melihat Lusi sedang duduk di kursinya. Lea menghela nafasnya lalu berjalan ke arah Lusi.

“nanti setelah pulang sekolah kamu ikut aku.”

“tidak bisa.” Ucap Lea tegas membuat Lusi langsung menoleh ke arah Lea.

“aku harus bekerja.” Sambung Lea.

“bekerja?”

“ya.”

“jam berapa selesainya?”

“jam sebelas malam.”

“kerja apa jual diri?” ucap Lusi yang merasa kesal karena ajakannya ditolak.

Tapi ia tidak sadar kalau ucapannya barusan sudah menusuk hati Lea dengan sangat dalam. Lea mengepalkan tangannya erat dan menggigit bibirnya berusaha meredam amarahnya.

“ya sudah.” Ucap Lusi lalu pergi meninggalkan Lea.

Sepulang sekolah, Lea berjalan menuju toko, tapi tiba-tiba Lusi menghampirinya dan menarik lengannya dan membawanya masuk ke dalam mobil. Lea yang ingin protes akhirnya harus menelan kembali kalimatnya dan mengeluarkan ponsel untuk meminta izin kepada bosnya. Tidak lama kemudian, mobil yang mereka tumpangi akhirnya berhenti di depan sebuah restoran.

“kenapa membawaku ke sini?”

“kakak mau ketemu sama kamu.”

“kenapa mau bertemu denganku?”

“udah cepetan ayo.”

Lea mengikuti langkah kaki Lusi masuk ke dalam restoran mewah tersebut. Mereka masuk ke dalam sebuah ruang vip dan di dalamnya sudah ada Rayno yang sedang duduk. Rayno melihat ke arah adiknya dan juga Lea. Ia ingat kalau gadis itu adalah orang yang hampir ia tabrak. Lusi langsung duduk di samping kakaknya dan Lea duduk di depan Lusi. Pelayan masuk dan menghidangkan berbagai macam hidangan. Lea terperangah melihat semua hidangan mewah yang disajikan. Tapi saat ia melihat piring yang berisi seafood, secara reflek Lea langsung menutup hidungnya.

“ada yang tidak kamu sukai?” tanya Rayno pada Lea.

“aku alergi udang dan tidak suka dengan semua yang berkaitan tentang udang.”

Rayno langsung memanggil pelayan untuk menyingkirkan semua hidangan seafood yang ada di atas meja.

“silahkan dimakan, katakan kalau ada yang tidak disukai atau ada yang kamu inginkan.”

Lea mengangguk menanggapi ucapan Rayno. Dengan ragu, ia mulai mengambil makanan di depannya. Melihat Lea sudah mulai makan, Lusi dan juga Rayno juga mulai menikmati makanan mereka. Setelah selesai makan, Rayno mengeluarkan sebuah paperbag dan diberikan kepada Lea.

“ini sebagai bentuk rasa terimakasihku dan juga Lusi karena sudah menyelamatkannya malam itu. Maaf kalau terlambat mengucapkan terimakasih.”

Lea mengambil paperbag itu dan melihat isi di dalamnya. Sebuah tas bermerek duduk manis di dalam paperbag tersebut. Ia langsung meletakkan paperbag tersebut ke atas meja dan mendorongnya pelan ke arah Rayno. Dia juga membuka tasnya dan mengeluarkan kotak berisi jam tangan yang diberikan oleh Lusi kepadanya.

“aku tidak bisa menerima ini semua, ini terlalu berlebihan untukku.” Penolakan Lea berhasil membuat Rayno dan Lusi tercengang.

Manusia macam apa yang mau menolak barang mewah seperti ini. Rayno kembali mendorong paperbag dan kotak itu ke arah Lea. Begitu juga dengan Lea, ia mendorong paperbag dan kotak itu ke arah Rayno. Lusi yang melihat itu mulai merasa jengah sendiri.

“kakak tolong urus masalah Lea ya, aku harus pergi ke rumah Jeni sekarang.”

Rayno hanya mengangguk dan menatap adiknya pergi dari ruangan itu. Lea merasa canggung berada di dalam ruangan hanya berdua dengan Rayno.

“apa yang kamu inginkan?”

“pergi dari tempat ini.” Gumam Lea menjawab pertanyaan Rayno dengan spontan.

“apa?”

“ah tidak. Aku tidak menginginkan apapun.”

Rayno menatap tajam kedua mata Lea mencoba membaca apa yang sebenarnya gadis itu pikirkan. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi dan menyilangkan kedua tangannya di dada. Lea yang ditatap seperti itu menjadi semakin gugup dan detak jantungnya semakin tidak karuan.

“baiklah, pikirkan apa yang akan kamu minta dariku, aku akan mengantarmu pulang.”

“tidak perlu sampai mengantar pulang, aku bisa pulang sendiri.”

“mana mungkin aku membiarkan seorang gadis pulang sendiri.”

“tidak perlu, aku sudah terbiasa pergi sendiri. Kalau begitu, permisi.”

Rayno melihat punggung Lea dan sama seperti malam itu, dia terlihat sangat rapuh dan seolah bisa hancur jika disentuh sedikit saja. Beberapa saat setelah Lea keluar, Rayno bergegas keluar dan mendapati Lea masih berdiri di depan restoran sedang melihat ponselnya. Ia mempercepat langkahnya dan meraih tangan Lea. Rayno membawa Lea ke area parkir. Ia membukakan pintu mobil dan mendorong Lea agar masuk ke dalam. Dengan langkah cepat, Rayno memutari mobil dan masuk ke kursi kemudi.

“aku harus mengantarmu ke mana?”

To be continue...

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

aku kasih bunga biar semngatnya nambah thor

2022-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!