Satu : Kecacatan Yang Tak Dapat Diterima

Diana berlari disusul oleh suami dan putranya di belakang. Hingga tibalah di depan ruangan Felicia. Felicia kini sedang ditangani oleh dokter. Tak lama kemudian, dokter wanita bernametag Chendry itu keluar dan mendapati sepasang suami istri dan pemuda di hadapannya.

“Dokter, bagaimana keadaan Felicia?” tanya Diana khawatir.

“Keadaan Nona Felicia kritis. Benturan keras yang diakibatkan kecelakaan itu membuatnya kehilangan banyak darah. Seperti yang kami informasikan, Nona Felicia membutuhkan donor darah. Jika tidak, keadaannya akan jauh lebih parah,” jawab dokter pria paruh baya itu.

“Kalau gitu, ambil saja darah saya, Dok. Saya mohon, selamatkan Felicia. Dia sudah saya anggap sebagai putri saya sendiri, Dok,” pinta Diana dengan penuh air mata.

“Kalau begitu, kita harus periksa untuk memastikan golongan darah ibu cocok atau tidak dengan Nona Felicia. Nona Felicia bergolongan darah O.”

Mendengar golongan darah Felicia, Diana pun semakin yakin untuk mendonorkan darahnya. “Golongan darah saya O, Dok. Tolong ambil darah saya sebanyak apapun yang anda mau.”

“Baiklah kalau begitu, mari ikut saya," kata sang dokter.

Diana mengangguk dan mengikuti dokter itu. Sementara Aditya kebingungan dengan sikap ibunya. Dia menatap sang ayah dan bertanya, “Pa, kenapa Mama bisa sesayang itu sama Felicia? Bukannya Felicia gak ada hubungannya dengan kita?”

Mendengar pertanyaan Aditya, Jack tersenyum. “Mamanya Felicia itu sahabat dekat Mama kamu. Bukan hanya sahabat, tapi udah kayak saudara. Pas Mamanya Felicia meninggal, Mama kamu sangat sedih dan berjanji akan menjaga Felicia selayaknya ibu kandung.”

Aditya ber oh ria. “Begitu ya, pantesan Mama sayang banget sama Felicia.”

Jack mengangguk dan merangkul pundak putranya. “Kita doakan semoga gak terjadi apapun sama Felicia.”

Tak lama kemudian, Felicia sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Masker oksigennya kini berganti dengan selang oksigen dan terdapat dua infus yang menancap di tangan Felicia. Satu infus cairan dan satunya kantong darah. Keadaan Felicia sudah membaik dan tinggal menunggunya bangun.

Diana memegang tangan Felicia yang sedikit pucat. “Felicia, bangunlah nak.” Bagaikan sihir, jari-jemari Felicia bergerak seakan merespon suara Diana. Kedua mata yang terpejam itu ikut bergerak-gerak dan terbuka perlahan.

Cahaya terasa menyeruak hingga membuat matanya silau. Felicia mengerjap perlahan untuk menyesuaikan pandangannya terhadap cahaya di pengelihatannya. Saat cahaya itu tidak lagi menyilaukan, Felicia mendapati Diana yang menatapnya lega. Felicia berusaha mengeluarkan suaranya, namun, suaranya tidak keluar.

“Sayang, jangan bicara dulu. Tante panggilkan dokter, ya....” Diana menekan tombol yang ada di atas kepala Felicia dan datanglah dokter yang menangani Felicia.

“Nona Felicia sudah siuman dan keadaannya sudah baik-baik saja, Bu Diana. Hanya saja, saya mohon untuk berbicara perlahan mengenai kondisinya saat ini. Jika terjadi sesuatu, tolong panggil saya. Saya permisi.” Dokter itu pun meninggalkan ruangan perawatan. Tak lama kemudian Jack masuk ke ruangan dan merasa senang karena Felicia sudah sadar.

Felicia kembali berusaha untuk mengeluarkan suaranya untuk menanyakan keadaannya pada mereka. Namun sayangnya, suaranya masih tidak bisa dikeluarkan. Alhasil, Felicia hanya bisa berbicara tanpa suara. Diana hanya bisa menangis melihat Felicia yang berusaha berbicara.

Flashback

Setelah Diana mendonorkan darah, Dokter kembali meminta Diana dan suami untuk ke ruangannya. “Saya merasa sedih saat harus menyampaikan ini, Bu, Pak. Tapi saya harus menyampaikannya. Benturan yang dialami Nona Felicia tidak hanya membuatnya kehilangan darah. Benturan itu memberikan efek trauma pada lehernya hingga merusak pita suara Nona Felicia. Itu artinya, Nona Felicia tidak dapat bicara seuatuhnya sampai waktu yang tak dapat ditentukan.” Mendengar itu, Diana tak dapat menahan tangisannya.

“Gimana ini, Pa? Hiks ... Gimana caranya Mama menjelaskan keadaan Felicia yang sebenarnya? Hiks ... Mama takut jika Felicia tidak bisa menerima keadaannya.”

“Tenang sayang, kita akan bicarakan ini pelan-pelan pada Felicia. Lagipula, kita gak bisa nutupin keadaan Felicia selamanya. Dia akan tahu sendiri mengenai keadaannya. Bisa kamu bayangkan betapa hancurnya keadaan Felicia nanti?”

Diana menggelengkan kepalanya. Benar yang dikatakan suaminya, tapi dia tidak sanggup untuk melakukannya. Seolah paham ketakutan sang istri, Jack pun kembali bersuara, “Papa yang akan menjelaskan ke Felicia kalau dia sadar nanti.”

 Akhirnya, Diana menganggukkan kepalanya dan memeluk suaminya. Diana berharap jika Felicia tidak akan membenci keadaannya nanti.

End of Flashback

Jack memeluk istrinya dan menenangkan istrinya dengan mengusap lengannya. Lalu, sebelah tangannya yang teranggur pun menepuk bahu Felicia. Jack menarik napasnya dan menghembuskannya perlahan, berusaha menyiapkan hati untuk menjelaskan keadaan Felicia yang sebenarnya. “Nak Felicia, kamu yang tabah, ya ... untuk sementara, kamu gak bisa ngomong dulu. Pas kecelakaan, benturan yang kamu alami ngehasilin efek trauma di leher kamu dan ngebuet pita suara kamu—” penjelasan Jack terpotong saat melihat Felicia meneteskan air matanya.

Felicia kini hanya bisa menangis tanpa suara. Lengkaplah sudah kehancuran yang dialaminya hari ini. Felicia melepaskan infus yang menancap di tangannya dan berlari keluar dari ruang perawatan.

“Felicia!” panggil Diana dan Jack keras.

Felicia terus berlari tanpa menghiraukan siapapun yang lewat. Diana dan Jack keluar dari ruangan Felicia dan meminta putra mereka untuk mengejar Felicia.

“Dit! Cepat kejar Felicia! Mama takut Felicia kenapa-napa!”

Mendengar teriakan sang ibu, Aditya dengan sigap berlari menyusul Felicia. Felicia tidak menyadari sedikitpun ada orang yang berlari di belakang. Ia tetap berlari menuju atap diikuti oleh Aditya dan tibalah mereka di atap. Felicia terus berjalan hingga menuju pembatas dan menaiki pembatas tersebut. ‘Tidak ada gunanya lagi aku hidup. Lebih baik aku mati.’ Felicia menutup matanya, bersiap untuk melompat.

Sebelum melompat, Felicia bisa merasakan seseorang menarik tangannya hingga dia terjatuh menimpa sang pelaku penarikan tangannya.

“AWWW!!!” Mendengar ringisan laki-laki di bawahnya membuat Felicia tersadar dan beranjak dari tubuh pemuda itu. Felicia ingin bertanya pada laki-laki itu, tapi suaranya tidak bisa keluar. Alhasil, Felicia hanya bisa menggerakkan bibirnya untuk bertanya, “Kamu baik-baik saja?”

Entah beruntung atau bagaimana, ternyata pemuda itu bisa membaca gerakan bibirnya. “Aku baik-baik saja.” Pemuda itu mengusap sayang pucuk kepala Felicia hingga rambutnya berantakan.

Tanpa disadari oleh pemuda itu, Felicia merona karena usapan di pucuk kepalanya. Felicia menggerakkan bibirnya dan berucap, “Terima kasih.”

“Sama-sama. Oh iya ... perkenalkan, namaku Aditya Bhamantara.”

Felicia yang mendengar nama belakang pemuda itu pun akhirnya tahu jika pemuda itu anak dari Diana dan Jack. Felicia tersenyum dan menggerakkan bibirnya kembali. “Perkenalkan, namaku Felicia Daliani.”

“Nama yang cantik, seperti orangnya,” puji Aditya dengan senyuman tulus di wajahnya. Felicia kembali merona mendengar pujian Aditya.

“Lain kali, jangan lakuin hal-hal nekat kayak tadi, ya ... orang tua kamu pasti akan sedih kalo kamu bunuh diri. Aku tau, aku gak berada di situasi yang tepat buet bilang gitu sama kamu. Gak ada anak yang sedih pas ditinggalin sama orang tuanya. Terlebih, orang tuanya belum pernah melihat anaknya sukses dan menikah.” Kalimat panjang yang Aditya lontarkan mampu membuat kupu-kupu berterbangan di perut Felicia.

“Astaga, apa yang barusan kukatakan?! Aku gak nyangka bisa bilang gitu sama kamu. Yah, intinya aku mau kamu semangat buet jalanin hidup kamu. Meskipun ada kekurangan di diri kamu, aku yakin ada kelebihan yang bisa nutupin kekurangan kamu.” Aditya mengulurkan tangannya pada Felicia dan disambut hangat oleh Felicia. Aditya membantu Felicia berdiridan bertatapan untuk beberapa saat.

‘Cantik.’ ‘Tampan.’ Masing-masing saling memuji kecantikan dan ketampanan masing-masing, hingga akhirnya mereka tersentak secara kompak seketika.

“Yuk, kita balik, orang tuaku pasti khawatir banget sama kamu.” Aditya menggenggam tangan Felicia dan menuntun Felicia. Mereka meninggalkan atap menuju ke tempat orang tuanya berada.

TBC

Episodes
1 Prolog
2 Satu : Kecacatan Yang Tak Dapat Diterima
3 Dua : Khawatir
4 Tiga : Keadaan Felicia Memburuk
5 Empat : Tinggal Bersama Keluarga Baru
6 Lima : Berinteraksi
7 Enam : Terbongkarnya Kebusukan Maria
8 Tujuh : Hati Yang Lemah
9 Delapan : Peluang Yang Sangat Kecil
10 Sembilan : Perjodohan
11 Sepuluh : Rencana Setelah Menikah Nanti
12 Sebelas : Pernikahan Tanpa Cinta
13 Dua Belas : Bulan Madu Itu Tidak Pernah Ada
14 Tiga Belas : Jalan-Jalan Sama Selingkuhan
15 Empat Belas : Ketahuan Berselingkuh...?
16 Lima Belas : Pulang Membawa Kebohongan
17 Enam Belas : Tersiksa Lahir Dan Batin
18 Tujuh Belas : Persyaratan Yang Sulit
19 Delapan Belas : Kekecewaan Seorang Ibu
20 Sembilan Belas : CEO Baru
21 Dua Puluh : Meninggalkan Pekerjaan Demi Selingkuhan
22 Dua Puluh Satu : Perubahan Sikap Diana Terhadap Felicia
23 Dua Puluh Dua : Kecerobohan Yang Fatal
24 Dua Puluh Tiga : Sekretaris Baru
25 Dua Puluh Empat : Perdebatan
26 Dua Puluh Lima : Calon Istri Kedua Untuk Adit
27 Dua Puluh Enam : Drama Keluarga Bamantara
28 Dua Puluh Tujuh : Sudah Cukup!!! Kesabaran Felicia Sudah Di Ambang Batas
29 Dua Puluh Delapan : Permintaan Maaf
30 Dua Puluh Sembilan : Hukuman Telah Dimulai
31 Tiga Puluh : Nostalgia Akan Masa Lalu
32 Tiga Puluh Satu : Drama Di Hari Pernikahan
33 Tiga Puluh Dua : Sesuatu Yang Terungkap
34 Tiga Puluh Tiga : Kekasih Gelap Maria
35 Tiga Puluh Empat : Keributan Di Ruang Makan
36 Tiga Puluh Lima : Rencana Jahat Maria
37 Tiga Puluh Enam : Rencana Jahat Membawa Tragedi
38 Tiga Puluh Tujuh : Hukuman Bagi Yang Gagal
39 Tiga Puluh Delapan : Siaran Berita
40 Tiga Puluh Sembilan : Pertemuan Dan Ancaman
41 Empat Puluh : Kebenaran Mengenai Kecelakaan
42 Empat Puluh Satu : Maria Hamil
43 Empat Puluh Dua : Kabar Gembira
44 Empat Puluh Tiga : Acara
45 Empat Puluh Empat : Pulang
46 Empat Puluh Lima : Provokasi
47 Empat Puluh Enam : Kejadian Yang Sebenarnya Dan Permohonan Maaf
48 Empat Puluh Tujuh : Markas Sang Pencuri Kelas Kakap Ditemukan
49 Empat Puluh Delapan : Tawaran Yang Menggiurkan
50 Empat Puluh Sembilan : Keberadaan Yang Mulai Tidak Dianggap
51 Lima Puluh : Peringatan Dari Sang Ayah Mertua
52 Lima Puluh Satu : Rencana Licik Maria Dan Romy
53 Lima Puluh Dua : Situasi Memburuk
54 Lima Puluh Tiga : Keguguran
55 Lima Puluh Empat : Kebaikan Yang Membuat Orang Takjub
56 Lima Puluh Lima : Rasa Bersalah Yang Tak Terbendung
57 Lima Puluh Enam : Duka Yang Mendalam
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Prolog
2
Satu : Kecacatan Yang Tak Dapat Diterima
3
Dua : Khawatir
4
Tiga : Keadaan Felicia Memburuk
5
Empat : Tinggal Bersama Keluarga Baru
6
Lima : Berinteraksi
7
Enam : Terbongkarnya Kebusukan Maria
8
Tujuh : Hati Yang Lemah
9
Delapan : Peluang Yang Sangat Kecil
10
Sembilan : Perjodohan
11
Sepuluh : Rencana Setelah Menikah Nanti
12
Sebelas : Pernikahan Tanpa Cinta
13
Dua Belas : Bulan Madu Itu Tidak Pernah Ada
14
Tiga Belas : Jalan-Jalan Sama Selingkuhan
15
Empat Belas : Ketahuan Berselingkuh...?
16
Lima Belas : Pulang Membawa Kebohongan
17
Enam Belas : Tersiksa Lahir Dan Batin
18
Tujuh Belas : Persyaratan Yang Sulit
19
Delapan Belas : Kekecewaan Seorang Ibu
20
Sembilan Belas : CEO Baru
21
Dua Puluh : Meninggalkan Pekerjaan Demi Selingkuhan
22
Dua Puluh Satu : Perubahan Sikap Diana Terhadap Felicia
23
Dua Puluh Dua : Kecerobohan Yang Fatal
24
Dua Puluh Tiga : Sekretaris Baru
25
Dua Puluh Empat : Perdebatan
26
Dua Puluh Lima : Calon Istri Kedua Untuk Adit
27
Dua Puluh Enam : Drama Keluarga Bamantara
28
Dua Puluh Tujuh : Sudah Cukup!!! Kesabaran Felicia Sudah Di Ambang Batas
29
Dua Puluh Delapan : Permintaan Maaf
30
Dua Puluh Sembilan : Hukuman Telah Dimulai
31
Tiga Puluh : Nostalgia Akan Masa Lalu
32
Tiga Puluh Satu : Drama Di Hari Pernikahan
33
Tiga Puluh Dua : Sesuatu Yang Terungkap
34
Tiga Puluh Tiga : Kekasih Gelap Maria
35
Tiga Puluh Empat : Keributan Di Ruang Makan
36
Tiga Puluh Lima : Rencana Jahat Maria
37
Tiga Puluh Enam : Rencana Jahat Membawa Tragedi
38
Tiga Puluh Tujuh : Hukuman Bagi Yang Gagal
39
Tiga Puluh Delapan : Siaran Berita
40
Tiga Puluh Sembilan : Pertemuan Dan Ancaman
41
Empat Puluh : Kebenaran Mengenai Kecelakaan
42
Empat Puluh Satu : Maria Hamil
43
Empat Puluh Dua : Kabar Gembira
44
Empat Puluh Tiga : Acara
45
Empat Puluh Empat : Pulang
46
Empat Puluh Lima : Provokasi
47
Empat Puluh Enam : Kejadian Yang Sebenarnya Dan Permohonan Maaf
48
Empat Puluh Tujuh : Markas Sang Pencuri Kelas Kakap Ditemukan
49
Empat Puluh Delapan : Tawaran Yang Menggiurkan
50
Empat Puluh Sembilan : Keberadaan Yang Mulai Tidak Dianggap
51
Lima Puluh : Peringatan Dari Sang Ayah Mertua
52
Lima Puluh Satu : Rencana Licik Maria Dan Romy
53
Lima Puluh Dua : Situasi Memburuk
54
Lima Puluh Tiga : Keguguran
55
Lima Puluh Empat : Kebaikan Yang Membuat Orang Takjub
56
Lima Puluh Lima : Rasa Bersalah Yang Tak Terbendung
57
Lima Puluh Enam : Duka Yang Mendalam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!