Diana berlari disusul oleh suami dan putranya di belakang. Hingga tibalah di depan ruangan Felicia. Felicia kini sedang ditangani oleh dokter. Tak lama kemudian, dokter wanita bernametag Chendry itu keluar dan mendapati sepasang suami istri dan pemuda di hadapannya.
“Dokter, bagaimana keadaan Felicia?” tanya Diana khawatir.
“Keadaan Nona Felicia kritis. Benturan keras yang diakibatkan kecelakaan itu membuatnya kehilangan banyak darah. Seperti yang kami informasikan, Nona Felicia membutuhkan donor darah. Jika tidak, keadaannya akan jauh lebih parah,” jawab dokter pria paruh baya itu.
“Kalau gitu, ambil saja darah saya, Dok. Saya mohon, selamatkan Felicia. Dia sudah saya anggap sebagai putri saya sendiri, Dok,” pinta Diana dengan penuh air mata.
“Kalau begitu, kita harus periksa untuk memastikan golongan darah ibu cocok atau tidak dengan Nona Felicia. Nona Felicia bergolongan darah O.”
Mendengar golongan darah Felicia, Diana pun semakin yakin untuk mendonorkan darahnya. “Golongan darah saya O, Dok. Tolong ambil darah saya sebanyak apapun yang anda mau.”
“Baiklah kalau begitu, mari ikut saya," kata sang dokter.
Diana mengangguk dan mengikuti dokter itu. Sementara Aditya kebingungan dengan sikap ibunya. Dia menatap sang ayah dan bertanya, “Pa, kenapa Mama bisa sesayang itu sama Felicia? Bukannya Felicia gak ada hubungannya dengan kita?”
Mendengar pertanyaan Aditya, Jack tersenyum. “Mamanya Felicia itu sahabat dekat Mama kamu. Bukan hanya sahabat, tapi udah kayak saudara. Pas Mamanya Felicia meninggal, Mama kamu sangat sedih dan berjanji akan menjaga Felicia selayaknya ibu kandung.”
Aditya ber oh ria. “Begitu ya, pantesan Mama sayang banget sama Felicia.”
Jack mengangguk dan merangkul pundak putranya. “Kita doakan semoga gak terjadi apapun sama Felicia.”
Tak lama kemudian, Felicia sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Masker oksigennya kini berganti dengan selang oksigen dan terdapat dua infus yang menancap di tangan Felicia. Satu infus cairan dan satunya kantong darah. Keadaan Felicia sudah membaik dan tinggal menunggunya bangun.
Diana memegang tangan Felicia yang sedikit pucat. “Felicia, bangunlah nak.” Bagaikan sihir, jari-jemari Felicia bergerak seakan merespon suara Diana. Kedua mata yang terpejam itu ikut bergerak-gerak dan terbuka perlahan.
Cahaya terasa menyeruak hingga membuat matanya silau. Felicia mengerjap perlahan untuk menyesuaikan pandangannya terhadap cahaya di pengelihatannya. Saat cahaya itu tidak lagi menyilaukan, Felicia mendapati Diana yang menatapnya lega. Felicia berusaha mengeluarkan suaranya, namun, suaranya tidak keluar.
“Sayang, jangan bicara dulu. Tante panggilkan dokter, ya....” Diana menekan tombol yang ada di atas kepala Felicia dan datanglah dokter yang menangani Felicia.
“Nona Felicia sudah siuman dan keadaannya sudah baik-baik saja, Bu Diana. Hanya saja, saya mohon untuk berbicara perlahan mengenai kondisinya saat ini. Jika terjadi sesuatu, tolong panggil saya. Saya permisi.” Dokter itu pun meninggalkan ruangan perawatan. Tak lama kemudian Jack masuk ke ruangan dan merasa senang karena Felicia sudah sadar.
Felicia kembali berusaha untuk mengeluarkan suaranya untuk menanyakan keadaannya pada mereka. Namun sayangnya, suaranya masih tidak bisa dikeluarkan. Alhasil, Felicia hanya bisa berbicara tanpa suara. Diana hanya bisa menangis melihat Felicia yang berusaha berbicara.
Flashback
Setelah Diana mendonorkan darah, Dokter kembali meminta Diana dan suami untuk ke ruangannya. “Saya merasa sedih saat harus menyampaikan ini, Bu, Pak. Tapi saya harus menyampaikannya. Benturan yang dialami Nona Felicia tidak hanya membuatnya kehilangan darah. Benturan itu memberikan efek trauma pada lehernya hingga merusak pita suara Nona Felicia. Itu artinya, Nona Felicia tidak dapat bicara seuatuhnya sampai waktu yang tak dapat ditentukan.” Mendengar itu, Diana tak dapat menahan tangisannya.
“Gimana ini, Pa? Hiks ... Gimana caranya Mama menjelaskan keadaan Felicia yang sebenarnya? Hiks ... Mama takut jika Felicia tidak bisa menerima keadaannya.”
“Tenang sayang, kita akan bicarakan ini pelan-pelan pada Felicia. Lagipula, kita gak bisa nutupin keadaan Felicia selamanya. Dia akan tahu sendiri mengenai keadaannya. Bisa kamu bayangkan betapa hancurnya keadaan Felicia nanti?”
Diana menggelengkan kepalanya. Benar yang dikatakan suaminya, tapi dia tidak sanggup untuk melakukannya. Seolah paham ketakutan sang istri, Jack pun kembali bersuara, “Papa yang akan menjelaskan ke Felicia kalau dia sadar nanti.”
Akhirnya, Diana menganggukkan kepalanya dan memeluk suaminya. Diana berharap jika Felicia tidak akan membenci keadaannya nanti.
End of Flashback
Jack memeluk istrinya dan menenangkan istrinya dengan mengusap lengannya. Lalu, sebelah tangannya yang teranggur pun menepuk bahu Felicia. Jack menarik napasnya dan menghembuskannya perlahan, berusaha menyiapkan hati untuk menjelaskan keadaan Felicia yang sebenarnya. “Nak Felicia, kamu yang tabah, ya ... untuk sementara, kamu gak bisa ngomong dulu. Pas kecelakaan, benturan yang kamu alami ngehasilin efek trauma di leher kamu dan ngebuet pita suara kamu—” penjelasan Jack terpotong saat melihat Felicia meneteskan air matanya.
Felicia kini hanya bisa menangis tanpa suara. Lengkaplah sudah kehancuran yang dialaminya hari ini. Felicia melepaskan infus yang menancap di tangannya dan berlari keluar dari ruang perawatan.
“Felicia!” panggil Diana dan Jack keras.
Felicia terus berlari tanpa menghiraukan siapapun yang lewat. Diana dan Jack keluar dari ruangan Felicia dan meminta putra mereka untuk mengejar Felicia.
“Dit! Cepat kejar Felicia! Mama takut Felicia kenapa-napa!”
Mendengar teriakan sang ibu, Aditya dengan sigap berlari menyusul Felicia. Felicia tidak menyadari sedikitpun ada orang yang berlari di belakang. Ia tetap berlari menuju atap diikuti oleh Aditya dan tibalah mereka di atap. Felicia terus berjalan hingga menuju pembatas dan menaiki pembatas tersebut. ‘Tidak ada gunanya lagi aku hidup. Lebih baik aku mati.’ Felicia menutup matanya, bersiap untuk melompat.
Sebelum melompat, Felicia bisa merasakan seseorang menarik tangannya hingga dia terjatuh menimpa sang pelaku penarikan tangannya.
“AWWW!!!” Mendengar ringisan laki-laki di bawahnya membuat Felicia tersadar dan beranjak dari tubuh pemuda itu. Felicia ingin bertanya pada laki-laki itu, tapi suaranya tidak bisa keluar. Alhasil, Felicia hanya bisa menggerakkan bibirnya untuk bertanya, “Kamu baik-baik saja?”
Entah beruntung atau bagaimana, ternyata pemuda itu bisa membaca gerakan bibirnya. “Aku baik-baik saja.” Pemuda itu mengusap sayang pucuk kepala Felicia hingga rambutnya berantakan.
Tanpa disadari oleh pemuda itu, Felicia merona karena usapan di pucuk kepalanya. Felicia menggerakkan bibirnya dan berucap, “Terima kasih.”
“Sama-sama. Oh iya ... perkenalkan, namaku Aditya Bhamantara.”
Felicia yang mendengar nama belakang pemuda itu pun akhirnya tahu jika pemuda itu anak dari Diana dan Jack. Felicia tersenyum dan menggerakkan bibirnya kembali. “Perkenalkan, namaku Felicia Daliani.”
“Nama yang cantik, seperti orangnya,” puji Aditya dengan senyuman tulus di wajahnya. Felicia kembali merona mendengar pujian Aditya.
“Lain kali, jangan lakuin hal-hal nekat kayak tadi, ya ... orang tua kamu pasti akan sedih kalo kamu bunuh diri. Aku tau, aku gak berada di situasi yang tepat buet bilang gitu sama kamu. Gak ada anak yang sedih pas ditinggalin sama orang tuanya. Terlebih, orang tuanya belum pernah melihat anaknya sukses dan menikah.” Kalimat panjang yang Aditya lontarkan mampu membuat kupu-kupu berterbangan di perut Felicia.
“Astaga, apa yang barusan kukatakan?! Aku gak nyangka bisa bilang gitu sama kamu. Yah, intinya aku mau kamu semangat buet jalanin hidup kamu. Meskipun ada kekurangan di diri kamu, aku yakin ada kelebihan yang bisa nutupin kekurangan kamu.” Aditya mengulurkan tangannya pada Felicia dan disambut hangat oleh Felicia. Aditya membantu Felicia berdiridan bertatapan untuk beberapa saat.
‘Cantik.’ ‘Tampan.’ Masing-masing saling memuji kecantikan dan ketampanan masing-masing, hingga akhirnya mereka tersentak secara kompak seketika.
“Yuk, kita balik, orang tuaku pasti khawatir banget sama kamu.” Aditya menggenggam tangan Felicia dan menuntun Felicia. Mereka meninggalkan atap menuju ke tempat orang tuanya berada.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments