Athos masuk ke salah satu cabang café miliknya. Tasya sudah menunggunya di dalam dan langsung menghampirinya. Semua mata pengunjung memperhatikan mereka. Sejak video tentang mereka beredar hubungan mereka sudah bukan rahasia lagi. Banyak di antara mereka mendukung hubungan mereka namun tidak sedikit juga yang iri pada Tasya.
"Ato, kau membuat akun sosial media? Kenapa tidak memberitahuku?" Tanya Tasya menghentikan langkah Athos yang hendak ke ruang ganti.
Athos mengambil handphone-nya dan membuka akun sosial medianya.
"Lihat, kau orang pertama yang aku ikuti." Senyum Athos melihatkan handphone-nya pada Tasya.
Semua mata pengunjung melihat ke arah mereka, bahkan tak sedikit dari mereka mengambil foto diam-diam.
"Kau itu, aku jadi mau menciummu." Gumam Tasya menahan gemasnya pada kekasihnya.
Tiba-tiba Athos merangkul Tasya dan mengambil foto mereka berdua.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Tasya karena setelah berfoto Athos langsung sibuk dengan handphone-nya.
"Kau sangat cantik di foto ini." Ujar Athos memperlihatkan foto yang baru saja diunggahnya di akun sosial medianya
Tasya melihat foto tersebut dengan sebuah caption...
Will you be mine ❤
"Aku ikut ke ruang ganti ya."
"Tunggulah disini, aku tidak akan lama, hanya mau memeriksa keadaan disini saja." Jawab Athos setelah tertawa kecil mendengar permintaan Tasya.
...***...
Sepulang sekolah Prothos langsung ke tempat Widia. Dia menunggu gurunya tersebut di apartemen-nya karena Widia masih harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu.
Prothos memperhatikan Widia yang baru saja masuk dari tempatnya duduk di meja bulat yang berada di tengah apartemen itu. Widia melihat Prothos dengan rasa lelah karena hari ini tugasnya menjadi guru sangatlah berat.
"Kau percaya padaku kan?" Tanya Prothos pada Widia yang berjalan masuk dan langsung meletakan tasnya di meja bulat. "Semuanya terjadi di depan mataku, aku tidak bisa mengabaikannya. Para perempuan itu merundungnya ketika aku lewat, dan ternyata mereka menyiram gadis itu. Secara bersamaan aku memang membawa seragam olahragaku karena berniat mandi dan mengganti seragamku dengan pakaian olahraga."
Prothos menatap Widia yang langsung sibuk dengan handphone-nya. Widia berdiri di dekat Prothos.
"Sudah aku bilang, aku percaya padamu. Kau tidak perlu repot-repot menjelaskannya." jawab Widia. "Kau sudah makan? Aku akan pesankan makanan untuk kita. Kau ingin makan apa?"
Prothos memperhatikan Widia yang sibuk dengan handphone-nya dari tadi. Prothos mendengus kesal melihat kekasihnya yang sama sekali tidak melihat dirinya. Dengan segera Prothos menarik Widia hingga gurunya tersebut jatuh ke pangkuannya.
Widia terkejut dan menatap Prothos yang melihatnya kesal. Dia hendak bangun namun Prothos menahannya.
"Saat aku bicara kau harus menatap mataku, kau mengerti?!" Seru Prothos pada Widia yang wajahnya sangat dekat dengan tatapannya.
Widia sempat terkejut karena untuk pertama kalinya Prothos bersikap dan berkata seperti itu padanya. Biasanya Prothos selalu lembut dan tidak pernah mengaturnya untuk apapun.
Widia mengangguk, setelahnya bangkit berdiri dari pangkuan Prothos. Dia merasa sikap Prothos barusan sangat keren. Widia semakin menyukai kekasihnya itu sekarang.
"Kenapa kau malah tersenyum bu guru?"
Widia hanya menatap Prothos dan menggeleng. Prothos memegang lengan kiri Widia, dan mengecupnya.
"Aku sangat mencintaimu, Widia. Kau harus percaya padaku."
...***...
Anna masuk ke ruangan paman Ronald setelah kemoterapi. Seperti biasanya dia hanya berdiri dan tidak duduk di kursi yang ada di hadapan paman Ronald.
"Anna, makanlah yang banyak, kau terlihat semakin kurus." Ujar paman Ronald. "Kau harus lebih memperhatikan makananmu."
"Aku sudah makan banyak paman. Aku selalu makan lebih dari dua piring." Jawab Anna tersenyum. "Aku akan pulang. Akhir-akhir ini aku jarang melihatmu di rumah. Kau harus banyak istirahat dan carilah pacar yang bisa mengingatkanmu makan."
Setelah berkata demikian Anna keluar ruangan paman Ronald. Handphone-nya bergetar sesaat setelah menutup pintu. Aramis yang menghubunginya.
"Kau dimana? Apa rapatnya sampai larut malam?" Tanya Aramis yang duduk di pinggiran gedung tua yang berada di lantai tujuh sambil meminum minuman kalengnya. "Kau sudah makan?"
"Belum. Aku ingin kau mentraktirku sekarang. Aku sedang ingin makan banyak." Jawab Anna sambil berjalan.
"Aku akan menjemputmu. Kau ingin makan apa?"
"Kita bertemu di restoran saja, aku ingin makanan yang sangat mahal." Ucap Anna.
Selang empat puluh lima menit, Aramis dan Anna berada di restoran masakan Jepang. Terdapat kompor di tengah-tengah meja mereka.
"Aku ingin kau yang memasaknya, Ars." Seru Anna meletakan beberapa piring daging dan sayuran ke hadapan Aramis yang duduk di depannya.
"Oke, tidak masalah." Jawab Aramis.
Aramis langsung memasukan semua daging ke pemanggang dan beberapa ke panci yang sudah berisi kuah, lalu memasukan sayuran semuanya sekaligus ke panci yang sama. hingga panci tersebut sangat penuh. Dan daging yang ada di atas pemanggang tidak ada yang tidak terpanggang.
Anna tertawa heran melihatnya.
"Kau tidak melakukannya dengan benar." Ujar Anna. "Balik daging-dagingnya, dan aduk sayurannya!!"
"Seharusnya setelah bayar mahal kita tidak perlu masak semuanya sendiri. Kenapa kau mau kesini? Ini merepotkan!" Gumam Aramis. "Aku sudah lapar dan sekarang harus memasak sendiri. Tahu begini lebih baik aku makan di rumah, Ato sudah menyiapkan segalanya dan aku tinggal makan."
"Ya sudah, pulang sana, aku akan makan sendiri disini dan menyiapkan semuanya sendiri. Kau sangat keberatan melakukannya untukku." Kata Anna menatap sinis Aramis.
Aramis teringat perkataan ayahnya kemarin, sehingga dia menahan emosinya dan menuruti permintaan Anna.
"Ini ambilah, makan semuanya!!" Seru Aramis setelah menaruh daging serta sayuran ke mangkok kosong dan meletakannya ke hadapan Anna. "Kau bilang kau ingin makan banyak kan? Habiskan semua ini untukmu. Aku akan makan di rumah nanti."
Anna menahan senyumnya mendengar Aramis yang bicara dengan nada kesal yang tertahan padanya. Anna mengambil mangkok kosong lainnya dan memasukan makanan ke dalamnya.
"Kenapa kau jadi seperti wanita, ini makanlah juga." Ujar Anna memberikan mangkok yang sudah terisi penuh. "Kau habis mengerjakan lukisanmu kan, pasti kau lapar."
Aramis melirik kesal pada Anna sebelum memakan makanannya.
"Bagaimana? Apa sudah selesai?" Tanya Anna.
"Lukisan yang bagus itu dikerjakan dengan sangat hati-hati. Aku menargetkan 100 jam dalam pembuatannya."
"Selama itu?" Ujar Anna. "Aku tidak sabar melihat hasilnya."
"Kau bisa melihatnya saat jadi nanti, tapi sepertinya sekarang aku tidak ingin kau melihat prosesnya." Jawab Aramis.
"Baiklah."
"Anna, Ato menyuruhku membuat akun sosial media. Apa aku harus membuatnya?"
"Buat saja kalau kau ingin buat."
"Aku ingin kau yang pertama menjadi pengikutku!"
"Tidak, aku tidak punya akun sosial media." Ujar Anna berbohong.
"Benarkah?" Tatap Aramis.
...***...
Melody duduk di meja belajar saat malam hari. Dia sedang fokus mengerjakan tugas sekolahnya. Namun tiba-tiba Niko menghubunginya.
"Kau sedang apa?" Tanya Niko di ujung telepon.
"Mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan besok." Jawab Melody masih mengerjakan tugasnya. "Kau sudah mengerjakannya?"
"Aku lupa, baiklah akan aku kerjakan." Jawab Niko setelah itu menutup teleponnya.
Melody menatap aneh ke handphone-nya yang langsung dimatikan Niko. Dia kembali teringat saat Niko berbicara dengan bahasa Rusia padanya. Setiap kali Niko berbicara pakai bahasa itu, Melody sangat ingin mengetahui artinya dan sekarang itu membuatnya sangat penasaran karena kalimat yang diucapkannya sangat panjang.
Drrrtt drrrtt
Handphone Melody mendapatkan sebuah pesan. Niko lah yang mengiriminya pesan tersebut.
Melody segera membukanya.
Vy ochen' krasivy. Ya skhozhu po tebe s uma. YA obyazatel'no zastavlyu tebya polyubit' menya tozhe. My pozhenimsya i budem zhit' schastlivo vmeste.
"Apa ini?"
Sebelum Melody mencari tahu artinya, Niko mengiriminya pesan sekali lagi.
Itu yang aku katakan saat melihatmu pertama kali di hari ini.
Dengan segera Melody mencari tahu artinya.
Kau sangat cantik. Aku tergila-gila padamu. Aku pasti akan membuatmu mencintaiku juga. Kita akan menikah dan hidup bahagia bersama.
...–NATZSIMO–...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Ridhita Herman
sampai sini, gada yg bisa di kritik or dikasih saran... 🤣🤣🤣
2022-12-16
0