Ketika jam setengah enam pagi, ketiga Musketeers berada di meja makan. Mereka sedang sarapan dan menunggu Melody yang sedang bersiap-siap untuk ke sekolah bersama mereka. Seperti biasanya mereka mengobrol banyak hal membuat keakraban mereka bertiga semakin bertambah.
"Aku tidak mengerti maksud ayah dengan ucapannya kemarin." Gumam Prothos sambil memakai kacamata. "Tumben sekali dia bicara seperti itu."
"Mungkin itu caranya untuk memberi semangat pada kita." Jawab Athos yang duduk di hadapan Prothos. "Ars, itu lebih ditujukan untukmu! Jangan terus bertengkar dengan Anna!"
"Apa yang kau bicarakan? Kami tidak pernah bertengkar!" Jawab Aramis santai.
"Itu benar Ato, itu cara mereka untuk mengungkapkan rasa cinta mereka." Celetuk Prothos.
Aramis hanya tertawa kecil mendengar perkataan kembarannya yang duduk di sebelah kanannya.
"Aku baru membuat akun sosial media." Ujar Athos menunjukan handphone-nya. "Sebaiknya kalian berdua membuatnya, jaman sekarang semua orang memilikinya. Ini akan berguna suatu hari nanti."
"Astaga, pengikutmu langsung dua ribuan orang?" Tanya Prothos takjub. "Kapan kau membuatnya?"
"Semalam."
"Aku tidak butuh mainan anak-anak." Jawab Aramis sambil memakan pisang.
"Pengikutku dulu hanya lima ribuan terakhir kali aku buka saat masih pakai handphone." Kata Prothos. "Sepertinya video itu sangat berdampak padamu."
Athos mengutak-atik handphone-nya lalu memperlihatkan akun sosial media prothos.
"Pengikutmu sekarang tiga ratus ribuan orang." Ucap Athos.
"Benarkah?" Tanya Prothos terkejut. "Mengalahkan pengikut café yang hanya seratus ribuan."
"Ars, kau bisa membuatnya, aku membutuhkannya nanti. Oto, sebaiknya kau beli handphone."
"Akan aku pikirkan." Jawab Prothos.
...***...
Melody menunggu bel masuk berbunyi yang tersisa masih lima belas menit lagi. Murid lain belum banyak yang datang, biasanya semua murid ramai datang lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Lion juga belum datang.
Niko muncul di pintu kelas dengan melambaikan tangannya dan tersenyum pada Melody.
Tumben sekali dia sudah datang. batin Melody saat Niko berjalan kearahnya.
Niko duduk di tempatnya dan menatap Melody, tepat ketika Lion masuk ke kelas dan memperhatikan mereka.
"Vy ochen' krasivy. Ya skhozhu po tebe s uma. YA obyazatel'no zastavlyu tebya polyubit' menya tozhe. My pozhenimsya i budem zhit' schastlivo vmeste." Ucap Niko dengan senyum pada Melody.
"Kau sedang berkumur-kumur?" Tanya Melody melirik pada Niko.
Niko hanya tersenyum dan tertawa kecil.
Dari tempat duduknya, Lion memperhatikan mereka karena tampaknya Niko sudah kembali seperti biasa dan mereka berdua terlihat lebih dekat. Lion menarik pandangannya ketika Melody menoleh padanya.
"Kenapa perutku tiba-tiba sakit?" Gumam Lion sambil menidurkan kepalanya ke atas meja.
...***...
Hari ini matahari sangat terik dan cuaca sangat lembab membuat siapapun merasa lebih berkeringat. Prothos yang sangat tidak suka berkeringat membasahi kepalanya di toilet saat bel istirahat berbunyi dan sebelum ke gudang untuk tidur siang.
Seragam sekolah Prothos menjadi basah karena rambut dan wajahnya meneteskan air.
"Hari ini benar-benar sangat panas. Apa sebaiknya mandi dan mengganti pakaian olahraga? Seragamku juga basah. Jam terakhir jam olahraga sepertinya tidak apa-apa kalau aku ganti seragam olahraga dari sekarang." Ucap Prothos memperhatikan wajahnya di cermin. "Kau memang sangat tampan, Prothos. Seharusnya kau menjadi aktor dan punya banyak uang."
Prothos melihat dirinya di pantulan cermin yang ada di hadapannya. Dia tersenyum penuh gaya di depan cermin memamerkan senyum menawannya dengan dirinya sendiri.
"Ah, seharusnya cepat aku ambil seragam olahraga."
Setelah itu Prothos berjalan keluar toilet dan menuju ruang kelasnya. Tidak berapa lama berjalan kembali ke toilet dengan membawa seragam olahraganya.
"Jangan mimpi kau bisa mendekati, Oto!!" Seru seorang murid perempuan di toilet wanita.
Prothos mendengarnya, dan membuat langkahnya terhenti saat melewati toilet wanita. Dia mendengar namanya disebut-sebut dalam percakapan itu.
"Kau itu jelek!! Dia hanya kasihan padamu! Oto tidak akan menyukai wanita jelek sepertimu!" Tambah murid perempuan lainnya.
Prothos mengintip ke dalam toilet dan melihat Wilda sedang dirundung oleh tiga murid perempuan lainnya. Prothos tidak ingin ikut campur dan berjalan masuk toilet pria. Dia merasa kalau itu bukan urusannya.
Namun lagi-lagi Prothos menghentikan langkahnya dan berbalik. Dengan kesal Prothos masuk ke toilet perempuan tersebut untuk menghentikan perundungan yang terjadi pada Wilda.
Ketiga murid perempuan melihat kehadirannya dengan terkejut, begitupun dengan Wilda yang mengangkat kepalanya melihat Prothos.
"Kalian tidak boleh membulinya, itu bukan tidakan yang baik untuk seorang pelajar." Seru Prothos berjalan mendekati keempat murid perempuan tersebut. "Wanita jelek itu tidak ada, yang ada hanya wanita dengan hati yang jelek. Apa kalian berhati jelek?"
Ketiga murid perempuan yang merundung Wilda langsung berlari keluar meninggalkan toilet.
Prothos melihat Wilda yang seragamnya basah semua, pasti karena mereka mengguyurnya dengan air. Sedangkan Wilda menatap Prothos seperti seorang pahlawan di matanya saat ini.
"Ganti seragammu dengan ini." Seru Prothos memberikan seragam olahraganya pada Wilda.
Prothos menunggu Wilda mengganti seragamnya dengan pakaian olahraga miliknya.
"Ya, tidak apa-apa kebesaran, dari pada harus memakai seragam yang basah kuyup." Ucap Prothos saat Wilda keluar setelah mengganti seragamnya. "Sebaiknya kembalikan sebelum seminggu setelah hari ini, aku membutuhkannya untuk pelajaran olahraga. Hari ini aku akan bolos pelajaran olahraga." Ujar Prothos sambil berjalan keluar dari toilet wanita.
Prothos menghentikan langkahnya ketika melihat Widia berdiri tidak jauh dari toilet melihatnya keluar bersama Wilda.
Prothos mencoba membaca ekspresi wajah kekasihnya tersebut karena saat ini posisinya tidak bagus. Dia baru saja keluar dari toilet perempuan dengan seorang murid perempuan ada di belakangnya, dan saat ini dirinya bersama gadis itu sedang panas dibicarakan di sekolah.
Wilda melihat Prothos yang berhenti di depannya dan menoleh ke arah Widia.
Ekspresi Widia biasa saja karena dirinya percaya pada kekasihnya itu. Hal itu yang membuat Prothos tersenyum melihat padanya.
"Ada apa denganmu, Wilda?" Tanya Widia menghampiri Wilda. "Apa ada yang merundungmu?"
"Tiga murid perempuan membasahi seragamnya. Aku jadi meminjamkan seragam olahragaku padanya." Jawab Prothos.
"Benarkah?" Tanya Widia masih menatap Wilda yang terdiam. "Siapa saja mereka? Kau tahu nama-nama mereka Wilda? Ibu akan melaporkan mereka ke kepala sekolah agar mereka di hukum."
"Tidak apa-apa bu, aku sudah baik-baik saja." Jawab Wilda menatap Widia. "Aku akan kembali ke kelas."
Setelah itu Wilda berlari meninggalkan Prothos dan Widia.
"Terimakasih ya, sudah menolong muridku." Ucap Widia pada Prothos karena saat ini banyak sekali murid berlalu lalang.
"Bu guru, kau tidak berpikiran yang tidak-tidak kan?"
"Pakaianmu juga basah." Ucap Widia pada Prothos.
"Hari ini sangat panas bu guru." Ujar Prothos hendak memegang lengan Widia namun Widia mundur selangkah, menghindarinya.
Prothos sadar dia hampir saja kelepasan melakukannya, memegang lengan gurunya itu.
"Aku akan ke tempatmu sepulang sekolah." Ujar Prothos agak berbisik sambil berjalan melewati Widia.
Ternyata Wilda yang berlari pergi hanya menyembunyikan dirinya di kejauhan, namun masih memperhatikan Prothos yang bersama dengan Widia, dengan perasaan yang mulai berkembang di dalam dirinya.
...–NATZSIMO–...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
🌕🌊🍁🪷
kebayang keren gayanya
2023-03-05
0
🌕🌊🍁🪷
aramis karakter kesukaan gue
2023-03-05
0
🌕🌊🍁🪷
anna gue nyasar dissini setelah hiatus
2023-03-05
0