Melody menjadi merasa tidak enak saat melihat Niko setelah mengetahui arti dari kata-kata yang Niko ucapkan kemarin dengan bahasa Rusia. Gadis itu langsung membuang mukanya melihat ke arah jendela ketika Niko masuk ke dalam kelas. Melody ingin menghindari pemuda itu kalau bisa.
"Kau sudah tahu artinya?" Tanya Niko duduk di samping Melody.
"Arti apa?" Ucap Melody berpura-pura tidak mengerti.
"Pesan semalam yang aku kirim." Jawab Niko.
"Tidak, aku tidak mengerti dan aku tidak mau tahu." Ucap Melody berbohong. "Jangan pakai bahasa itu lagi saat berbicara denganku."
"Ty stanovish'sya mileye s kazhdym dnem. (Kau semakin manis setiap hari)."
Melody menatap Niko kesal karena perkataannya barusan tidak didengarkan olehnya. Niko hanya tertawa sedikit melihat Melody. Dengan segera Melody berlari keluar kelas untuk ke toilet, menghindar dari Niko.
Duukk!
Melody tidak sengaja menabrak Lion yang hendak masuk ke kelas. Itu membuatnya sangat malu. Namun tanpa ekspresi Lion berjalan masuk dengan santai sambil memasang headphone ke telinganya, tidak memedulikan apa yang baru saja terjadi.
Melody melihat Lion yang tampak cuek padanya, dan dari tempat duduknya Niko juga memperhatikan mereka berdua.
...***...
Kabar antara Prothos dan Wilda semakin berkembang di sekolah setelah Prothos menyelamatkan Wilda dari rundungan kakak kelas kemarin, dan di tambah Prothos meminjamkan pakaian olahraganya pada gadis itu.
Di setiap seragam sekolah selalu ada bordir nama pemilik seragam tersebut, sehingga setiap orang yang melihat Wilda memakainya mereka bisa membaca nama Prothos di bordiran bagian dada kanan di seragam itu.
Namun Prothos tidak memedulikan kabar yang berkembang, dia lebih memilih untuk fokus pada hubungannya dengan Widia kekasih tercintanya.
Prothos berjalan memasuki gudang saat istirahat. Tadi pagi ketika berpapasan dengan Widia, dia memintanya datang ke gudang hari ini untuk menemuinya.
Dengan sabar Prothos menunggu hingga akhirnya terdengar suara pintu diketuk dari luar. Dengan segera Prothos membukakan pintu dan tanpa melihat, langsung menarik masuk orang yang mengetuk pintu tersebut lalu menutup pintu kembali.
Prothos terkejut ternyata yang ditariknya masuk adalah Wilda bukan Widia. Di waktu yang bersamaan Widia yang hendak ke gudang melihat saat Wilda ditarik masuk oleh Prothos. Widia hanya terdiam sebentar dan setelah itu berjalan kembali ke ruang guru.
"Ya ampun, aku kira kau..." Ujar Prothos terkejut namun tidak melanjutkan ucapannya.
Prothos berjalan mundur untuk menjauh dari posisinya yang sangat dekat dengan Wilda. Untung saja dirinya tidak langsung mencium gadis itu, karena sebelumnya dia berniat langsung mencium kekasihnya. Sebenarnya itu alasan dirinya meminta bertemu dengan Widia di gudang saat istirahat.
"Mau apa kau kesini?"
"Maafkan aku sebelumnya." Ucap Wilda. "Aku ingin berterimakasih padamu karena sudah menolongku kemarin dan menyadarkan aku dengan hubunganku bersama pacarku yang sudah berkhianat."
"Tidak masalah. Kau bisa keluar sekarang." Jawab Prothos.
Dia berpikir kalau Wilda harus segera keluar dari sana karena takut Widia akan datang dan membuat semuanya rumit. Namun Wilda tidak langsung pergi begitu saja, gadis itu menatap Prothos yang bersandar di meja yang jaraknya tiga meter dari tempatnya berdiri.
"Akhirnya aku bisa merelakan pria itu pergi sekarang."
"Ya itu bagus." Jawab Prothos tidak sabar agar Wilda keluar. "Kau bisa keluar sekarang." Senyum Prothos agar Wilda mendengarkan kata-katanya.
"Sebenarnya ada hal lain yang ingin aku katakan."
"Wilda, aku tidak punya waktu lagi sekarang. Kau bisa mengatakannya lain kali." Seru Prothos tidak sabar. "Keluarlah sekarang, aku sudah menerima ucapan terimakasih—"
"Aku menyukaimu." ucap Wilda memotong perkataan Prothos.
Prothos terdiam mendengarnya. Dia langsung merasa semuanya akan menjadi rumit sekarang. Dia kembali mengingat perkataan Lion waktu dia meminta pendapat pada Lion.
Fokus saja pada hubunganmu, manusia itu gampang berubah hanya karena mendengar beberapa kalimat di waktu yang salah.
Sekarang dia mengerti dengan maksud perkataan Lion. Seharusnya sejak awal dia tidak menemui gadis yang sekarang mengaku menyukainya, dan seharusnya dia tidak ikut campur dengan apa yang dialami gadis itu.
"Kau mendengarku 'kan?" Tanya Wilda. "Kau bilang kau tidak masalah dengan wanita yang sudah pernah melakukannya, kau juga bilang kalau aku tidak jelek."
"Wilda, dengarkan aku, kau tidak benar-benar menyukaiku. Kau hanya terkesan pada apa yang aku ucapkan itu."
"Tidak, aku menyukaimu. Aku tahu kalau sebenarnya kau juga menyukaiku karena itu kau baik padaku, kau sudah menolongku dua kali karena kau menyukaiku kan? Kau juga tidak membantah gosip diantara kita dan malah semakin membuatnya memanas kemarin. Bahkan kau memperjelas ucapanmu dengan bilang kau tidak masalah dengan wanita yang sudah pernah melakukannya. Kita bisa berpacaran sekarang."
Prothos tertegun. Karena tindakan dan kata-kata manisnya semua menjadi rumit sekarang.
"Wilda, aku sudah punya pacar—"
"Wali kelasku?" Tatap tajam Wilda. "Seharusnya kau mengerti, dia tidak cocok untukmu, dia terlalu tua. Kau sangat tampan, semua wanita ingin pacaran denganmu. Apa ini tidak aneh kalau kau malah memacari wanita yang jauh lebih tua darimu? Apa selama ini dia merayumu atau mengancammu?"
Prothos sangat marah mendengarnya namun dia masih menahan emosinya karena tidak ingin membuat semuanya menjadi makin kacau.
"Baiklah, aku anggap sekarang kita sudah resmi menjadi sepasang kekasih." Ucap Wilda.
"Apa yang kau katakan? Jangan seenaknya!!"
"Aku akan menghubungimu." Ujar Wilda setelah itu berjalan keluar.
"Wilda!! Jangan seenaknya!!" Seru Prothos panik saat Wilda keluar ruangan dan tidak mendengarnya.
Prothos mengusap-usap wajahnya karena bingung harus berbuat apa. Ini benar-benar sangat buruk. Wilda bisa saja memberitahu rahasia antara Prothos dan Widia ke pihak sekolah. Ini seperti memakan buah simalakama untuknya.
...***...
Jam pelajaran usai. Setelah pak guru matematika keluar kelas, beberapa murid langsung berhamburan keluar kelas juga. Begitu pun dengan Lion. Melody memperhatikannya keluar kelas dan tidak sadar kalau Niko menatapnya.
"Kau kursus hari ini?" Tanya Niko memecahkan tatapan Melody pada Lion.
"Tidak, aku langsung pulang." Jawab Melody.
"Mau aku antar?"
"Aku pulang dengan kakak-kakakku saja." Ucap Melody.
"Baiklah, kalau begitu aku pulang duluan." Pamit Niko setelah itu berjalan keluar kelas.
Melody hendak berdiri namun tiba-tiba Wilda menghampiri mejanya. Melody sempat tidak tahu mengapa Wilda menghampirinya. Namun beberapa murid perempuan yang melihat berbisik-bisik tentang Wilda.
"Melody, apa aku bisa minta tolong?" Tanya Wilda.
Melody hanya mengangguk menjawabnya. Lalu Wilda menyodorkan sebuah totebag padanya.
"Tolong berikan ini pada kakakmu Prothos." Ujar Wilda.
"Apa ini?" Tanya Melody.
"Kakakmu tidak punya handphone 'kan? Ini untuknya."
Melody terkejut mendengar jawaban Wilda. Namun sebaiknya dia tidak menerimanya, karena pasti kakaknya pun akan menolaknya. Sewaktu Prothos ulang tahun saja dia mengembalikan handphone-handphone yang dihadiahkan padanya.
"Maaf, sepertinya tidak perlu memberinya handphone, dia akan langsung menolaknya." Jawab Melody.
"Tidak, dia akan menerimanya." Ucap Wilda penuh keyakinan. "Hari ini kami resmi berpacaran, dia pasti akan menerimanya dengan senang hati."
Melody semakin terkejut mendengar ucapan Wilda. Semua murid yang masih berada di sanapun sama terkejutnya karena Wilda sengaja mengatakannya dengan suara yang agak keras sehingga siapapun yang masi berada di dalam kelas pasti bisa mendengarnya.
"Sekarang aku ini pacar kakakmu, Melody." Tambah Wilda dengan tersenyum kepada Melody.
...–NATZSIMO–...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments