Rengganis memacu motornya dengan kecepatan sedang. Menembus barisan kemacetan di jalanan Ibu Kota karna bertepatan dengan jam berangkat kantor.
Diperempatan lampu APILL, Rengganis mengedarkan pandangannya. Udara pengap menembus masker yang ia kenakan. Karna merasa gerah, ia kemudian membuka kaca helmnya. Setelah lampu berubah hijau, Rengganis segera melajukan motornya kembali dan
BRAKKK..!!!
Sebuah mobil menabraknya dari belakang. Sehingga ia juga menabrak sebuah sepeda motor yang ada didepan. Tidak sampai terjatuh, karna ia dan orang yang ia tabrak masih sempat menyeimbangkan kendaraan, tapi lumayan menimbulkan kerusakan.
Rengganis menepikan sepeda motornya dan berjalan menghampiri pemotor yang ia tabrak. Seorang bapak-bapak paruh baya yang nampak bingung dengan situasi yang baru saja terjadi.
"Bapak tidak apa-apa?" tanya Rengganis.
"Saya tidak apa-apa, Neng."
"Sial.! Hei.! Bisa bawa motor tidak?!!" seorang wanita muda dengan gaya yang mewah keluar dari dalam mobil yang menabraknya.
"Lho kok jadi anda yang marah? Kan anda yang menabrak saya.!" jawab Rengganis.
"Caramu mengemudikan motor itu seperti siput. Aku sedang terburu-buru apa kau tau.! Gara-gara kamu, aku jadi terlambat.! Lihat ini.! Mobil mewahku jadi penyok kan." maki wanita itu.
"Anda yang salah kok anda yang marah-marah? Seharusnya saya yang marah."
"Enak saja. Kamu yang jalan kaya siput.!"
Beberapa orang nampak berkerumun dan berusaha membela Rengganis dan si bapak. Tapi wanita itu malah bertambah emosi. Semua orang yang membela Rengganis malah kena semprot juga.
Begitulah kebiasaan sebagian orang. Sudah dia yang salah, dia pula yang ngotot dan ditambah marah-marah pula. Tidak merasa bersalah dan tidak mau disalahkan. Pokoknya merasa benar sendiri.
Seorang pria muda dengan wajah yang nampak pucat keluar dari dalam mobil yang baru saja berhenti. Pria itu menghampiri kerumunan itu dan bertanya kepada beberapa orang untuk mengetahui kronologi kejadiannya.
"Berapa biaya perbaikan mobil rongsokanmu itu?" tanya pria muda itu kepada si wanita pemilik mobil.
"Apa? Rongsokan? Ini mobil mewah. Enak saja kamu bilang rongsokan. Ini mobil mewah edisi terbatas. goresan seperti itu bisa menghabiskan biaya 500 juta." kata wanita itu sambil menunjuk bemper depannya yang agak penyok.
Apa? Rengganis yang mendengar jumlah yang tidak masuk akal itu langsung terbelalak. Ia melihat penyok yang tidak seberapa di bagian bemper mobil. Masa sih biaya perbaikannya sampai 500 juta?
"Yoham. Berikan nona ini cek dengan jumlah yang dia sebutkan tadi." kata pria itu santai. Orang yang disebut Yoham langsung mengeluarkan cek kemudian menulis jumlah sebesar 500 juta dan langsung memberikan kepada wanita itu.
Si wanita itu nampak bingung sekalipun sumringah saat melihat jumlah yang dia inginkan tertulis di selembar cek yang baru saja dia terima. Tanpa rasa malu, wanita itu masuk kembali kedalam mobilnya dan langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata maaf kepada Rengganis dan si bapak.
Orang-orang yang ada disana langsung menyoraki wanita itu seiring kepergiannya. Uang, dengan mudahnya menyelesaikan masalah tanpa harus berbuntut panjang. Sungguh beruntung sekali orang-orang yang punya uang berlimpah seperti itu. Ia pasti merasa seperti mengendalikan dunia.
Pria muda itu juga langsung masuk kedalam mobilnya. Sementara pria yang bernama Yoham menghampiri Rengganis dan si bapak kemudian memberikan kartu nama kepada masing-masing mereka.
"Bawa motor kalian ke bengkel. Setelah selesai, kalian bisa menghubungi saya, dan saya yang akan membayar tagihannya." jelas Yoham.
“Kenapa anda yang harus membayar tagihannya, Tuan? Anda bahkan tidak terlibat dengan kecelakaan ini.” Protes Rengganis
Pria bernama Yoham itu menoleh sekilas kepada pria yang sudah masuk kedalam mobil kemudian beralih melihat kepada Rengganis.
“Saya hanya berniat membantu saja. Kalau anda tidak mau, tidak apa-apa.”
Yoham langsung pergi begitu saja meninggalkan Rengganis dan kerumunan untuk kembali ke dalam mobilnya.
Sementara Rengganis meneliti bagian motornya yang nampak sedikit penyok di bagian platnya. Sedangkan bagian depan motornya patah karna menabrak motor si bapak paruh baya.
Tapi untungnya motor bapak itu tidak mengalami kerusakan yang parah. Hanya tergores saja di beberapa bagian.
“Saya minta maaf ya, Pak.” Ujar Rengganis dengan ekspresi merasa bersalah. Dia benar-benar tulus meminta maaf kepada si bapak.
“Tidak apa-apa. Bukan salah kamu. Lagipula rusaknya tidak parah. Kalau begitu saya permisi duluan. Soalnya sudah telat.” Pamit si bapak yang kemudian menghidupkan sepeda motornya dan langsung berlalu meninggalkan Rengganis.
Huffhh.
Rengganis hanya bisa menghela nafas saja. Sebal kepada prilaku pemilik mobil yang menabraknya tanpa mau bertanggung jawab. Tapi ia tetap merasa berterimakasih di dalam hati dengan pria yang telah menawarkan bantuan padanya.
Rengganis terus memperhatikan kartu nama milik Yoham sampai deringan ponselnya membuatnya mengalihkan perhatian.
*****
“Anda yakin tidak apa-apa, Tuan?” Tanya Yoham kepada Nawa. Ia khawatir karna wajah tuannnya itu semakin nampak pucat.
Arnawama Samudera hanya melirik Yoham lewat kaca spion. Pria berusia 31 tahun itu masih merintih menahan sakit di bagian perutnya sehingga enggan menanggapi cuitan asistennnya.
“Saya akan membawa anda ke rumah sakit.” Paksa Yoham.
“Kau sudah gila apa bagaimana? Baji ngan-baji ngan itu pasti akan menemukanku disana. Aku harus bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Kau diam saja dan cepat antar aku ke kantor.” Tegas Nawa.
“Baik, Tuan.” Akhirnya Yoham mengalah. Walaupun ia sangat khawatir dengan keadaan Nawa tapi ia tidak punya pilihan lain selain memenuhi perintah tuannya itu.
Di balik kemeja putihnya, darah segar masih tetap mengalir sampai merembes dan menodai kemeja Nawa. Ia segera menutup bagian itu dengan jasnya agar tidak menimbulkan perhatian.
Sesampainya di kantor, Nawa berusaha sekuat tenaga untuk berjalan seperti biasanya. Padahal ia sedang merasakan sakit luar biasa di perutnya. Ia bahkan harus berjalan lebih pelan agar lukanya tidak semakin berdarah.
“Oh, kau sudah datang?” Tanya Barra yang merupakan saudara tiri dari Nawa. Pria itu datang dari arah samping Nawa bersama dengan sekretarisnya.
Pria dengan gelagat persis seperti preman itu tersenyum sinis sambil memperhatikan kondisi Nawa dengan seksama. Terutama di bagian perut.
Nawa tidak peduli. Dia berniat untuk mengabaikan Barra dan kembali melanjutkan langkahnya. Tapi Barra menarik lengannya dengan kuat untuk menghentikannya. Perlakuan Barra itu sempat membuat Nawa menggeretakkan giginya akibat lukanya yang terasa lebih sakit.
“Kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat.” Selidik Barra.
Nawa yang kini berbalik menatap Barra hanya menghela nafas saja. “Apa pekerjaanmu baik-baik saja? Ku dengar proyek resortmu gagal total. Ku fikir kau sedang tidak punya waktu untuk mengkhawatirkanku sekarang karna posisimu sedang terancam. Dewan direksi tidak akan tinggal diam dengan kerugian yang sudah kau sebabkan. Sebaiknya kau lebih berhati-hati lagi, atau ibumu akan memarahimu.” Balas Nawa sambil tersenyum sinis.
Kemudian Nawa meninggalkan Barra yang nampak sangat marah dengan ucapannya. Di ikuti oleh Yoham yang berjalan di belakangnya. Ia masih bisa mendengar Barra yang berteriak dan mengumpatinya dengan kata-kata kasar. Hal itu hanya membuat Nawa semakin mengembangkan senyumannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Mella Soplantila Tentua Mella
apakah yg rangganis tolong adalah nawa
2023-01-03
0
kimmy
visual ara aku suka
2022-12-27
0
Berdo'a saja
apa iblis berwajah tampan itu nawa
2022-12-21
0