Rengganis terkejut saat mendengar pintu rumahnya di gedor-gedor dengan sangat keras. Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya. Ia melirik sekitar, ternyata ia tertidur di meja makan.
"Buka pintunya.!!!" teriak suara seorang pria dari luar rumah. Rengganis melirik jam dinding. Hampir jam 11 malam.
Dor,, dor,, dor,,
Pintu kembali di gedor dengan sangat keras.
"Siapa??" tanya Rengganis. Ia tak langsung membuka pintu. Takut kalau-kalau itu perampok. Walaupun dirumah itu tak banyak barang berharga yang bisa diambil.
"Ini saya Nis, pak RT! Tolong buka pintunya."
Dengan tergopoh-gopoh Rengganis berjalan menuju pintu dan segera membuka pintu itu. Ia penasaran, kenapa malam-malam pak RT datang kerumahnya.
Sesaat setelah ia membuka pintu, tiga orang berbadan besar dan berambut agak gondrong langsung menerobos masuk kedalam rumah. Tanpa permisi mereka langsung mengacak-acak seisi rumah. Nampaknya mereka sedang mencari sesuatu. Sedangkan ada beberapa yang berjaga diluar. Rengganis tak tau jumlah tepatnya, karna diluar gelap dan minim pencahayaan.
"Apa-apaan ini Pak? Kenapa mengobrak abrik rumah saya?" tanya Rengganis kepada pak RT.
"Maaf Nona, apa anda melihat seorang pria dengan luka tusuk disekitar sini?"
"Pria dengan luka tusuk?" wajah Rengganis berubah pucat. Lututnya tiba-tiba gemetar. Siapa orang-orang ini? Apa mereka polisi? Kenapa mereka mencari pria itu? Astaga, Rengganis baru ingat tentang pria itu yang mungkin masih ada di dalam gudangnya saat ini.
"Nis???" tanya Pak RT menyadarkan Rengganis.
"Oh,, eh... Tidak. Saya tidak melihatnya." jawab Rengganis berbohong. Entah kenapa dia berusaha menyembunyikan pria itu.
"Anda yakin?"
Rengganis segera menganggukan kepalanya dengan mantap.
"Kalau begitu boleh kami memeriksa gudang dibelakang?" tanya orang itu lagi.
Kenapa tidak dari pertama masuk tadi meminta ijin? Dasar bagong! Gerutu Rengganis dalam hati.
"Tapi tidak ada apa-apa disana, Pak. Hanya gudang kosong!" sanggah Rengganis. Tiba-tiba menjadi ketakutan. Pria yang mereka cari jelas ada disana. Dan jika orang-orang ini menemukannya, itu sudah pasti akan membuatnya dalam masalah.
"Biar kami yang periksa sendiri."
"Tapi pak..." pria-pria sangar itu tak menggubris penjelasan dari Rengganis. Mereka terus saja berjalan memutari rumah untuk menuju ke gudang.
Perasaan Rengganis menjadi tak karuan. Bagaimana kalau ia ketauan berbohong? Bagaimana ia akan menjelaskan pada mereka? Apa dia juga akan dipenjara karna menyembunyikan pelaku kejahatan? Rengganis meremas jari jemarinya sendiri, dan saat pria-pria itu masuk ke dalam gudang, pasrah sudah ia. Tak mungkin lagi menghentikan mereka.
Rengganis duduk di atas tumpukan batu bata yang ada di depan gudang. Lututnya mulai lemas. Membayangkan dia akan berada dibalik jeruji besi. Wajahnya nampak sangat takut. Dia terus mere mas jari-jemarinya walaupun ia berusaha untuk tetap bersikap tenang.
Tiga orang yang tadi masuk kedalam gudang. Mereka menyalakan senter sebagai penerangan. Karna memang di dalam gudang tidak ada lampunya. Pak RT menunggui Rengganis di luar. Dia juga nampak khawatir jika salah satu warganya terlibat masalah.
"Nis, benar tidak ada siapa-siapa didalam gudang?" tanya pak RT. Rengganis yang mendapat pertanyaan itu hanya memandang wajah pak RT yang gelap karna kurangnya pencahayaan.
"Ayo! Kita pergi. Tidak ada siapa-siapa disini." kata salah satu pria gondrong keluar dari dalam gudang.
Apa???
Rengganis tak kalah terkejut mendengarnya. Sedangkan pak RT nampak lega sambil mengelus dadanya.
Bagaimana bisa? Beberapa jam yang lalu pria itu jelas ada disana. Tapi kenapa mereka tidak bisa menemukannya? Apa pria itu sudah benar-benar pergi? Atau sembunyi ditempat lain? Beragam pertanyaan muncul dibenak Rengganis
Tidak mungkin pria itu pergi. Tadi saja pria itu sempat pingsan sebentar sebelum Rengganis meninggalkannya masuk kedalam rumah untuk mengambil air minum yang malah membuatnya ketiduran di atas meja. Melihat bagaimana keadaannya tadi, tak mungkin pria itu bisa berdiri, apalagi pergi dari sana. Rengganis sangat ingin memeriksa ke dalam, tapi ia takut kalau pria-pria itu menaruh curiga padanya.
"Maaf Nona, kami sudah masuk tanpa ijin. Ternyata tidak ada siapa-siapa disini. Kalau begitu kami permisi dulu.." kali ini pria itu berkata dengan sopan. Membuat Rengganis mendengus kesal.
"Maaf ya Nis, sudah membangunkanmu." kata pak RT. Ia juga merasa tidak enak kepada Rengganis.
Pria-pria berwajah sangar itu pergi meninggalkan rumahnya bersama dengan pak RT. Beberapa tetangga nampak berdatangan dan langsung mengintrogasi Rengganis. Rengganis menjelaskan semuanya, alasan kenapa orang-orang itu mendatangi rumah Rengganis tengah malam begini. Tapi ia tetap tidak menceritakan tentang pria asing dengan pisau yang menancap diperutnya.
Setelah hampir satu jam para tetangga itu bergosip ria di depan rumah Rengganis, akhirnya mereka membubarkan diri juga. Sambil berjalan pulang mereka masih terdengar berbisik-bisik. Entah apa yang mereka bicarakan.
Sepeninggalnya para tetangga, tinggallah Rengganis sendirian. Ia berjalan masuk kedalam rumah dan mengambil ponselnya. Ia masih penasaran dimana pria asing itu berada. Bagaimana orang-orang tadi tak bisa menemukannya. Apa dia memang benar-benar sudah pergi? Rengganis sangat penasaran. Jadi ia memutuskan untuk memeriksanya kembali.
Rengganis memberanikan diri masuk kedalam gudang yang gelap gulita. Ia menyalakan senter di ponselnya. Menyorot ke segala arah. Yang pertama ia lakukan adalah mencari bercak darah di lantai. Sudah tidak ada. Lantainya sudah bersih. Kemudian ia berjalan kearah lemari usang yang roboh, tempat pria itu berada sebelumnya.
Sudah tidak ada. Pria itu benar-benar sudah menghilang dari sana. Kira-kira kemana dia pergi? Batin Rengganis. Dengan luka separah itu bagaimana caranya pria itu pergi dari sini?
Rengganis tak berhenti disana. Dia tetap mencari disetiap sudut gudang, melihat kecelah-celah sempit barang kali pria itu bersembunyi disana, tapi nihil, pria itu tetap tidak ada disana. Ia menghembuskan nafas antara lega dan khawatir.
Tapi kenapa juga dia harus memikirkannya? Tidak ada hubungannya sama sekali dengannya. Mau pria itu mati, atau tertangkap oleh orang-orang yang mencarinya barusan, seharusnya Rengganis tak peduli. Lihatlah, setelah di tolong olehnya pria itu malah pergi entah kemana tanpa jejak.
Udara semakin dingin, karna waktu sudah lewat tengah malam. Rengganis memutuskan untuk masuk kedalam rumahnya dan melanjutkan tidurnya. Tapi setelah golek kanan, golek kiri, Rengganis tetap tak bisa tidur. Rasa kantuknya sudah melayang entah kemana gara-gara kedatangan orang-orang tadi. Jadi ia memutuskan untuk berkemas saja. Tidak banyak barang yang ingin dia bawa. Hanya beberapa potong baju dan barang-barang kenangan berupa selembar foto keluarganya. Barang yang sangat berarti baginya.
Rengganis berkemas karna ia akan pindah ke kota. Disana, ia sudah mendapat pekerjaan sebagai pelayan di sebuah club malam dengan gaji yang lumayan besar.
Sampai pagi rasa kantuk Rengganis tak juga datang. Jadi dia berencana untuk segera berangkat ke kota dengan menggunakan motor maticnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nurma sari Sari
mampir...
2024-10-23
0
Mella Soplantila Tentua Mella
emng kampungnya dimne rangganis...ke kota naik motor
2023-01-03
0
kimmy
siapa coba yang tidak terkejut didatangi orang2 sangar
2022-12-27
0