Sekarang kebiasaan Dewa sebelum tidur berubah, jika sebelum menikah akan bermain games hingga ketiduran kini dia bersebelahan dengan Wulan yang mengajarnya.
Sementara Dewa mengerjakan soal, sesekali gadis itu melirik Dewa dan mengingat perkataan mertua pagi tadi. Dengan jantung yang bergemuruh dan berulang kali meyakinkan hati akhirnya memberanikan diri untuk menyentuh inti suaminya.
"Wulan?"
Lelaki itu begitu terkejut dengan yang dilakukan istrinya, tubuhnya seketika tegang dan menatap Wulan yang menunduk.
"Aku engga tahu caranya, tapi aku ingin menjadi istrimu sepenuhnya Mas."
Mendengar itu Dewa senang bukan kepalang, lelaki mana yang bisa menolak jika ditawarkan hal seperti ini.
"Kamu yakin?" tanyanya sembari mendekatkan jarak.
Wulan mengangguk dengan mata tertutup, merasa perutnya diaduk.
Tanpa menunggu lebih lama Dewa menarik wajah istrinya lalu menempelkan bibir keduanya sebelum ******* penuh nafsu.
Awalnya Wulan kaget namun teringat perkataan Desi menjadikan sebuah motivasi untuk terus mengimbangi permainan Dewa hingga tiba disaat tubuhnya dibawa ke atas kasur dan kembali dicumbu.
Berkali-kali Wulan menyakinkan diri jika yang ia lakukan adalah kewajiban dan tidak ada alasan untuk mendorong Dewa hingga akhirnya keduanya menghabiskan malam panas yang panjang.
Hari telah berganti, Wulan yang merasa sedih dengan keadaan sedangkan suaminya yang merasa senang. Tentu, kucing tidak akan menolak jika ditawari ikan asin, begitu juga yang Dewa alami.
"Makasih ya Lan." Kata Dewa dengan pipi memerah memikirkan semalam.
Kini kedua pasangan tengah berada di sawah, saat ini hampir seluruh warga berada disana mencari belut karena sedang banyak-banyaknya seperti itu pula yang dilakukan pasutri baru.
"Iya mas."
"Kamu engga istirahat aja di rumah? Katanya kalau udah begituan sakit. Tapi kelihatannya kamu engga terganggu."
Berhenti dari kegiatan lalu menatap Dewa. "Karena orang miskin sudah ditakdirkan untuk kuat."
"Yasudah berarti aku beruntung menikahi kamu yang engga manja, berarti nanti malam boleh ya?" bisiknya yang mendapat pelototan.
"Ayolah kamu juga senengkan Lan."
Wulan mengipasi wajahnya dengan telapak tangan. "Ah disini tidak nyaman sekali, sepertinya belut tidak akan betah."
"Wulan!" panggil Dewa saat istrinya memilih menggerombol dengan para gadis desa.
Selesai dengan kegiatan keduanya, disiang hari yang terik peluh keringat terus menetes belum lagi Dewa yang mengayuh sepeda dengan istri yang membonceng.
"Lan panas banget kita beli es kado mau engga?" tawarnya saat beberapa meter ke depan terlihat sebuah sekolah dasar dengan pedagang di depan gerbang.
"Boleh Wa, udah lama engga makan."
Sembari menunggu Dewa yang diledek anak-anak Wulan duduk di bawah pohon beringin sembari mengembalikan suhu tubuh.
"Ini! Kesukaan kamu kan?"
Untuk menghargai Wulan tersenyum lalu mengambil alih.
"Ternyata masih ingat ya?"
"Iyalah dulu waktu SD kita rebutan es kado rasa itu sampai kamu dengan teganya menginjak kakiku sampai bengkak."
Mengingat itu tawa Wulan pecah, hanya karena es kado dirinya sampai membuat anak orang menangis.
"Lagian kamu main ambil aja padahal aku yang beli duluan."
"Aku juga pengen."
Wulan membuka bungkusan sebelum menjilatnya. "Dasar engga punya aturan."
Kini bukan makanan beku di tangan yang maruk perhatian Dewa, lelaki itu justru meneguk ludah lambat kala sosok di samping menjilati eskrim.
"Lan!"
Dengan tatap bertanya melihat suaminya. "Kenapa? Mau rebut es kado ini? Habisin dulu yang ditangan kamu."
"Kamu jangan jilat begitu."
Kening Wulan berkerut. "Ini kan memang cara yang paling tepat menikmati es kado."
"Aku pengen."
"Habisin dulu es punyamu. Orang udah beli sendiri-sendiri juga," dumelnya kemudian mengigit besar takut direbut suaminya.
Dewa menjadi cemberut karena Wulan tidak paham ranah pembicaraan keduanya, kepalang malas akhir memilih mendekati tangan istrinya sebelum melahap keseluruhan.
"Dewa!" kesal Wulan sembari melotot sebelum melihat dengan horor stik yang kosong itu. "Rakus banget jadi cowok."
"Lagian kamu makannya begitu, bikin aku panas dingin. Niat banget godain suami."
Tabok lengan Dewa gemas. "Godain apaan si, otak kamu tuh yang terlalu kotor. Jahat banget punya aku dihabisin."
"Biarin!"
Dengan enteng Dewa memamerkan diri tengah memakan es kado membuat Wulan geram lalu tanpa aba membalas perbuatan suaminya.
"Wulan!" Giliran Dewa yang histeris.
"Kenapa? Ini baru adil. Lagian kamu duluan yang mulai."
"Itu karena kamu menggodaku."
"Aku engga begitu, otakmu yang kotor. Sana suciin pakai debu suci."
Saking gemasnya Dewa sampai mengunci leher Wulan yang membuat gadis itu meronta, sedang lelaki itu puas tertawa.
**Waktu** berjalan cepat, kegiatan pasangan baru itu tidak ada yang menarik. Suami bekerja dibawah naungan sang ayah sedangkan istri mengurusi segala kebutuhan dapur, sumur serta kasur sebagai kodrat yang selalu menggaung.
Hingga hari ini keduanya duduk bersebelahan di dalam mobil menuju kota karena tahun ajaran baru akan dilaksanakan.
Berkat kegigihan Dewa serta bimbingan Wulan, lelaki itu diterima oleh kampus impian.
"Di kota makan singkong juga harus beli, tapi bukan berarti kamu bisa boros ya Lan. Uang dari kami yang pegang Dewa, takutnya kamu khilaf."
Jika menggosok mulut mertua dihalalkan, ingin sekali Wulan lakukan. Desi saat sebelum menjadi mertua merupakan tetangga yang baik lagi dermawan namun kini entah kemana sifat itu.
"Denger engga Wulan?" tegur Desi sembari memperhatikan Wulan dari kaca mobil.
"Iya Ma."
"Jangan iya-iya aja kamu." Menjeda. "Dewa istrimu dibimbing, jangan dibiarin boros, engga usah ikutin gaya orang kota."
Kedua pasangan itu saling pandang sebentar. "Iya Ma Dewa bakal jaga Wulan."
Keempatnya tiba pada sebuah rumah kontrakan yang pas ditinggali berdua, karena malam telah berlabuh mereka memilih mengistirahatkan badan.
"Ya Allah rasanya," eluh Wulan sembari merebahkan diri, duduk lama di mobil membuat tulangnya tak karuan.
"Lan!"
Dengan tak tahu suasana Dewa memeluk pinggang istrinya dan meminta untuk tidak memunggungi.
"Wa aku capek banget jangan dulu. Berjam-jam dimobil apa kamu engga capek?"
"Siapa yang minta itu? Aku cuma mau tidur sambil pelukan Wulan."
"Aku udah nyaman tidur gini Dewa, engga usah manja."
"Manja sama istri juga, masa aku harus minta sama perempuan lain."
"Lebih baik begitu jadi aku engga terganggu tidurnya." Kata Wulan sembari menutup mata.
Dewa mengencangkan pelukan sembari mencari kenyamanan dibahu istrinya.
"Jahat banget, aku engga mau selingkuh. Cukup kamu aja."
"Siapa yang perduli," gumam Wulan sebelum terlelap.
_________
Halo semua🤗
Yuk ramaikan cerita receh ini;)
Bagaimna dengan part ini? Apa pasangan Dewa Wulan sudah masuk ke hati kalian? Yuk kasih keantusiasan kalian dengan cara komen atau yang mau chat pribadi sama aku boleh banget😍
Makasih udah mampir ☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments