Tap.
Tap.
Tap.
Suara sepatu Sisil menggema begitu dia memasuki pintu kantornya. Tampak seorang cowok duduk di depan mejanya Sisil.
"Tumben pagi-pagi gini sudah ada yang datang" gumam Sisil dalam hatinya. Sisil menghampiri mejanya yang terletak paling dalam ke arah ruangan marketing.
"Selamat pagi pak. Ada yang bisa saya bantu? " Sisil tersenyum pada cowok yang duduk dengan tenangnya. Sisil langsung menyimpan tas nya di dalam laci yang tersedia, kemudian menghidupkan komputer.
"Bukankah dia yang kemarin menabrakku? " gumam Johan dalam hati sambil memperhatikan Sisil yang hari ini rambut sebahunya disepit ke samping sehingga nampak leher jenjang nya.
"Pagi. Saya mau ketemu mbak Yani. " Johan menatap Sisil. Kemudian Sisil bertanya lewat telpon apakah mbak Yani sudah datang.
"Mohon ditunggu ya Pak. Kalau boleh tau dengan Bapak siapa ini? " tanya Sisil kembali sambil tangannya tetap memegang gagang telpon.
"Johan Pratama"
"Namanya Johan Pratama mbak. " Sisil memberitahu mbak Yani kembali. "Oke mbak....jam sembilan ke ruangan meeting yaa. Siap! " Sisil meletakkan gagang telpon.
Sambil menunggu waktu sampai jam sembilan nanti Sisil merapikan laci mejanya yang agak berantakan. Dari ekor matanya walaupun dengan wajah menunduk Sisil mengetahui kalau lelaki yang duduk di depan mejanya ini sedang menatap dan memperhatikan nya.
"Isshh.....kenapa sih nih cowok ngeliatin gw aja? Bukan geer gw tapi risih jadinya.... " gerutu Sisil dalam hati.
"Apa ada yang salah dengan muka gw atau penampilan gw? Hmmm..... akhh cuek ajalah.... ehhhh tapi kok wajahnya seperti pernah gw lihat yaa.... " Sisil berkata dalam hatinya.
"Sil....muka gw lecek gak?" Yanti seniornya bertanya dengan suara kecil. Sekarang posisi Sisil sudah hadap ke belakang, dimana tempat komputer berada. Yanti berdiri di sampingnya.
"Emang kenapa tuh muka....begadang? " Sisil berbisik.
"Gak bisa tidur mikirin David... ' Yanti jadi ikutan berbisik. Yanti dan David berpacaran tapi orang tua David tidak merestui.
"Jangan terlalu di pikirin si hitam manis mah, yang penting dia masih tetep sayang sama lu mbak... " Sisil menenangkan seniornya ini dengan suara pelan seperti berbisik.
"Tuh cowok di depan meja lu siapa yaa Sil? Merhatiin lu terus.... tamu siapa ya?"
“Tamu nya mbak Yani say, ntar jam sembilan mau diantar ke ruang meeting. Huhh risih gw say.... " Sisil mengeluh bisik-bisik.
Akhirnya waktu yang ditunggu sudah hampir tiba. Sisil mengantar Johan ke ruangan meeting yang berada di lantai dua. Mbak Yani menyambut Johan dengan ramah. Dan Sisil pun pamit meninggalkan ruangan meeting tersebut.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Makan yukk...laper banget nih...tadi cuma sarapan roti doang.. " Sisil mengajak mbak Yanti makan. Siang ini giliran Nessa yang bertugas jaga kandang alias giliran makannya belakangan. Di Bank ini kalau bagian depan (customer servive dan teller)gak boleh kosong pada waktu makan, maka dibuatlah kebijaksanaan dari masing-masing divisi untuk bergiliran jaga pada waktu makan siang.
Kantin kantor yang tidak terlalu besar tampak mulai penuh. Dari kejauhan Pingkan sudah melambaikan tangan. Rupanya dia sudah dapat meja duluan.
"Tumben udah duluan Ping" Sisil duduk di samping Pingkan.
"Lu mau pesen apa nih Sil? Gw sate ayam plus lontong aja deh. " Pingkan nunjuk gambar sate yang ada dibuku menu.
"Mbak Yanti apa? Sate ayam juga? Pake lontong gak?" Pingkan menyodorkan buku menu ke Yanti.
" Sama ajalah "
"Mas, sate ayam plus lontong 3 porsi ..... gak pake lama yaa! " Sisil berteriak ke mas yang jualan di kantin.
Yanti melirik jam di tangan nya, biasanya David udah datang gabung makan tapi entah skrg belum keliatan batang hidungnya.
"Gak usah dilirik terus tuh jam mbak...ntar kabur ketakutan dia" Sisil ketawa melihat Yanti yang super gelisah.
"Haaiii nona-nona semua....boleh gabung disini kan? " tanpa menunggu jawaban Heru langsung duduk di sebelah Sisil.
"Huh! Modus... " Pingkan memonyongkan bibirnya.
"Sirik aja lo.....suka-suka gw dong! " Heru menepak tangan Pingkan pelan.
Mas tukang sate pun datang membawa 3 porsi sate ayam plus lontong. Langsung mereka dengan lahap memakannya. Sambil makan tetep terdengar canda gurau Heru dan Pingkan. Sedangkan Yanti dan Sisil diam menikmati makanan nya.
"Tuh si hitam nongol" Sisil menunjuk dengan dagu nya. Yanti langsung tersenyum melihat kekasih hatinya datang.
Dari kejauhan David sudah menunjukkan senyum nya yang merekah. Bahagia melihat pujaan hatinya, walau cintanya banyak rintangan tapi tidak mengurangi kadar cintanya terhadap Yanti.
David duduk di sebelah Yanti. Diusap dan diciumnya pipi kekasih hatinya mesra.
"Serasa dunia milik berdua" protes Heru. David dan Yanti nyengir berbarengan.
"Gw jadi ngiri.....kapan yaa ada yang sayang-sayang gw..." terus Pingkan tertawa sendiri. Sedangkan Sisil cuma geleng-geleng kepala melihat tingkah teman-temannya dan Heru ketawa kecil.
"Oiya gimana kabar Handoko Sil? " David menyikut tangan Yanti. Yanti menatap David supaya jangan diteruskan pembicaraan topik itu. Tapi rasanya David mengabaikannya, sebab dia paling tidak suka cowok yang mempermainkan perasaan cewek. Jadi menurutnya sah-sah aja dibicarakan dan Sisil berhak tau bagaimana kelakuan nya Handoko.
"Ke laut! " Sisil menjawab enteng. Serentak semua pada ketawa dengan jawaban Sisil yang asal itu.
"Gw denger-denger dari Manto mantan nya mau balik ke kota ini lagi." David cukup berteman baik dengan Manto, anak buahnya Handoko. Mereka teman sekamar waktu kos jaman kuliah dulu di kota Y.
"Oohh jadi begitu toh.....mau nunggu mantan...... " Sisil melengos dalam hatinya.
"Biar sajalah Vid.....gw sudah males ngurusin hal ini.... rasanya kok jadi beban gitu" Sisil menopang dagu nya.
"Lebih cepat diselesaikan kan lebih baik Sil. Jadi lu gak terombang-ambing!" Pingkan langsung menyambar sebelum Sisil lanjut bicara. Sisil menganggukkan kepalanya.
Masih terbayang dalam benak Sisil kejadian beberapa minggu yang lalu di rumah tante Meiske, mama Handoko. Intinya Sisil diajak Handoko ke kota S untuk berkenalan dengan mamanya. Tapi malah terjebak perangkap Handoko.
##Flashback on##
Malam itu Handoko mengajak Sisil ke sebuah pub yang cukup terkenal di kota itu. Mereka duduk di depan bartender. Handoko memesan minuman. Sedangkan Sisil, dia lebih terfokus dengan penyanyi yang show di iringi dengan latar penari yang berpakaian sexy.
Entah minuman apa yang dipesan Handoko ataukah ada sesuatu yang diberikan, Sisil tidak mengetahui nya. Yang pasti setelah meminum dua gelas kepalanya mulai terasa berat. Handoko tersenyum kecil melihat Sisil mulai mabok. Rencananya berhasil.
Dipapahnya tubuh Sisil keluar dari pub menuju parkiran mobil. Diletakkan tubuh Sisil di tempat duduk, kemudian Handoko duduk dibelakang setir. Dinyalakan mobil dan kemudian melaju dengan cepat.
Handoko tidak membawa Sisil ke hotel tapi tetap di bawa pulang ke rumah. Sebab di rumah Handoko tidak ada orang, mamanya pergi keluar kota tadi pagi, sedangkan pembantunya lagi cuti pulang kampung.
Digotong nya tubuh Sisil dan dibawa ke kamarnya. Dibaringkan tubuh yang sudah lemah itu di atas ranjangnya.
Beginilah mereka yang sudah dibawah pengaruh alkohol, suasana yang mendukung, serta mereka berada dalam satu kamar, maka terjadilah sesuatu hal yang tidak boleh dilakukan. Suatu yang disebut khilaf.
Sisil yang sudah benar-benar berada dalam pengaruh alkohol tidak bisa memberikan perlawanan yang berarti karena badan nya sudah lemah. Sedangkan Handoko melakukan nya dengan sadar walaupun tetap dalam pengaruh alkohol. Memang sebenarnya hal ini sudah di rencanakan nya yaitu membuat Sisil mabok.
Sisil hanya merasakan badannya yang sakit, terutama bagian bawah perutnya. Hatinya juga perih. Tak terasa air matanya berlinang. Akhirnya dengan berlinang air mata Sisil terlelap.
#Flasback off##
Mata Sisil berkaca-kaca jika membayangkan semua yang telah menimpanya. Pingkan mendekap teman baik nya itu dengan penuh perhatian.
"Lupakan dan iklhas kan semua yang sudah terjadi."
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Rudi Ali
semangat terus thor 💪
2023-01-06
1