Di rumah Meiske (mama Handoko) sudah di atur sedemikian rapih dan bagusnya. Satu meja panjang di bagian tengah yang berisi berbagai macam makanan dan minuman, tak ketinggalan desert buah-buahan dan puding.
Meiske sudah lama masuk dalam group sosialita ibu-ibu di wilayahnya. Dua bulan sekali sudah pasti ada kumpul-kumpul dan rumpi gosipnya juga gak ketinggalan. Dan hari ini kebagian kumpul di kediaman Meiske. Makanya dari pagi seisi rumah tersebut sudah sibuk menyiapkan semuanya kebutuhan arisan tersebut.
Meiske memutuskan untuk menjadi ibu tunggal untuk kedua anaknya setelah berpisah dengan suaminya. Mereka berpisah dikarenakan tidak ada kecocokan, sama-sama keras kepala tidak ada yang mau mengalah, sama-sama merasa benar. Beginilah sifat manusia yang pada dasarnya mempunyai ego masing-masing, tergantung dari pribadi itu sendiri untuk mengontrol nya.
Setelah bercerai, Meiske membuka butik pakaian wanita. Bukan hanya pakaian dari merk terkenal saja yang dijual tapi juga ada sedikit accesories dan tas branded yang mengikut trend terkini. Usaha butiknya membuahkan hasil dan lumayan terkenal di kota itu. Dan dari hasil butik ini pula Meiske bisa menghidupi kedua anaknya hingga dewasa.
Akhirnya waktu yang ditunggu tiba, satu per satu ibu-ibu sosialita itu mulai berdatangan.
"Oiya jeng Meiske....nanti kita kedatangan jeng Wiwid lho. Kebetulan beliau lagi ada urusan disini. " Ibu Dina yang baru masuk langsung memberitahu Meiske.
"Wah.....suatu kehormatan jeng Wiwid bisa mampir ke gubuk saya ini" senyum Meiske mengembang.
'Ahh jeng Meiske terlalu merendah.....rumah sebesar ini dibilang gubuk.. " ibu-ibu yang lain langsung memberi komen.
Meiske memang suka merendah padahal maksudnya ingin menyombongkan dirinya yang sekarang sudah cukup sukses. Dia selalu tidak mau kalah dengan ibu-ibu lainnya.
Mereka berkumpul di ruang tamu yang cukup luas. Sudah ada lima orang yang berkumpul, tinggal bu Wiwid saja yang tampaknya belum hadir. Berkumpul sambil mencoba hidangan yang sudah tersedia.
"Jeng Meiske pinter masak ya.....enak lho makanannya! " puji bu Wita. Yang lain pada menganggukkan kepala tanda setuju.
"Duuhh saya mana bisa masak jeng Wita, ini semua beli pesen kok... " Meiske dengan bangga nya mempromosikan makanan yang dia pesan di restaurant langganan nya.
"Ehh kok jeng Wiwid belom datang juga ya? " Meiske bertanya lagi pada bu Dina. Penasaran sekali Meiske dengan bu Wiwid ini. Selama dia bergabung dengan group sosialita ini Meiske belum pernah bertemu dengan bu Wiwid. Dia hanya mendengar dari ibu-ibu lain kalau bu Wiwid ini punya suami yang usahanya bergerak di bidang makanan dan sukses. Kalau suaminya tajir berarti si istri juga dong, begitulah yang diyakini Meiske.
Arisan berjalan terus, tak terasa sudah hampir dua jam mereka berkumpul mengobrol dari urusan bisnis, urusan suami, urusan anak-anak dan colon mantu semua di rumpi. Beginilah ibu-ibu jika sudah berkumpul.
Sebuah mobil berhenti di depan rumah Meiske.
"Itu rasanya jeng Wiwid deh! " tunjuk bu Dina dengan dagunya.
Meiske melihat keluar. Dilihatnya seseorang perempuan dengan penampilan yang anggun keluar dari dalam mobil. Pakaian nya sederhana, riasan wajah juga tipis tapi sudah menunjukkan kecantikan nya. Mereka menyambut bu Wiwid layaknya pembesar datang. Terlalu berlebihan sepertinya. Hal ini membuat bu Wiwid jadi canggung.
"Maaf yaa ibu-ibu semua, saya gak bisa masuk. Saya terburu-buru harus pergi, sudah ditunggu anak saya. Ini saya bawa sedikit camilan buat ibu-ibu semuanya....mohon di terima ya. " bu Wiwid menyatukan kedua tangan nya meminta maaf. Sungguh kata-kata yang keluar begitu halus dan sopan.
"Gapapa jeng Wiwid....kami ngerti kok! " serempak ibu-ibu itu yang berjumlah lima orang, termasuk Meiske di dalam nya.
"Kata nya orang berduit, tapi kok penampilan nya biasa saja ya? " Meiske bergumam dalam hatinya seperti merendahkan. (Jangan liat penampilan dong bu..!)
Mereka mengantar kepergian bu Wiwid. Setelah itu mereka kembali mengobrol di ruang tamu. Tak terasa jam berjalan dengan cepat dan waktu sudah menunjukkan sore hari. Arisan pun selesai, mereka pulang satu per satu.
*
*
Malam harinya Meiske menyempatkan dirinya untuk menelpon anak kesayangan nya, Handoko.
"Hallo Ma... " terdengar suara Handoko yang sudah mengangkat telepon.
"Kamu lagi dimana nak? " Meiske bertanya keberadaan Handoko. Takut mengganggu anaknya.
"Sudah di rumah, Ma. Kenapa? "
"Kamu masih jalan sama perempuan itu nak? " Meiske bertanya.
"Perempuan mana Ma?" nada suara Handoko bingung.
"Perempuan gak jelas yang kamu bawa ke rumah! " suara Meiske agak meninggi.
"Sisil namanya, Ma. Bukan perempuan gak jelas... " Handoko masih berupaya untuk menjelaskan.
"Siapa pun namanya, pokoknya Mama gak suka! " Meiske berbicara agak kencang.
"Jangan pernah kamu bawa kesini lagi! Pokoknya calon mantu Mama cuma Lila seorang! Titik!! " Meiske berkata tegas dan agak keras.
"Kamu ngerti Han? " Meiske mempertegas.
"Iy..... iyaa Ma" Handoko gak bisa menolak kemauan mamanya. Selalu begitu.
"Udah dulu ya Ma, Handoko mau istirahat. " pamit Handoko.
"Ehh tunggu dulu nak.....kamu sudah denger kabar Lila mau balik ke Jakarta? Nanti Mama suruh ketemu kamu ya... "
"Iya Ma"
"Oke sayang.....kamu istirahat dulu ya.... daahhh... " Meiske menutup telpon nya.
"Daahh Mama... " Handoko meletakkan gagang telpon.
Handoko bukannya beristirahat tapi malah duduk melamun. Dia tidak bisa menolak keinginan mamanya. Pasalnya dia sangat menyayangi mamanya, sampai harus mengorbankan keinginan ataupun pendapat nya sendiri. Dari Handoko kecil mamanya telah membesarkan dan mendidiknya hingga dia bisa sebesar ini sekarang. Dia tidak mau mengecewakan mamanya.
Kalaupun Handoko harus balik lagi dengan Lila, itu pasti akan dilakukan nya. Bukan karena mamanya juga, tapi memang sampai sekarang di sudut hatinya yang terdalam masih ada ruang untuk seorang Lila.
______________________
Ini adalah karya pertama ku yaa readers.... maaf jika masih banyak kekurangan nya.
Mohon dukungan dan like nya yaa 🙏🏻 biar tetap semangat 💪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments