Handoko Gunawan adalah seorang cowok yang bekerja di salah satu perusahaan makanan terbesar di kota ini. Dia adalah tangan kanan bos besar dan orang kepercayaan.
Handoko berkulit putih, berkacamata, berbadan tegap dan tinggi, berpenampilan rapih tapi terkesan cuek. Dia mengenal Sisil di bank tempat Sisil kerja, dimana bos besarnya adalah nasabah disana. Untuk urusan keuangan dan yang berhubungan dengan bank sudah pasti tugasnya Handoko.
Awalnya berhubungan dengan Sisil hanya sebatas pekerjaan saja tapi lama kelamaan jadi nyerempet ke urusan yang lain. Dikarenakan Sisil pernah tanya Handoko kemana saja kalau hari libur seperti Sabtu dan Minggu. Akhirnya Handoko mengajak Sisil ketemuan di hari libur kerja yaitu hari Sabtu. Dengan alasan minta diantar jalan-jalan, akhirnya Sisil pun bersedia.
Semakin lama frekuensi ketemu tiap Sabtu pun semakin sering dan rutin, hingga akhirnya Handoko mengatakan kalau dia menyukai Sisil. Tentu saja Sisil bahagia. Ini adalah pacar pertama Sisil, setelah cinta monyet nya berlalu.
Siang ini ditempat Handoko tinggal, yaitu rumah yang disediakan oleh bos besarnya bersama dengan seorang anak buahnya sedang duduk-duduk ngobrol sambil merokok.
"Kamu gak ke rumahnya Sisil, Han? " Manto anak buahnya Handoko bertanya.
"Gak, males gw. "
"Gw liatin lu jalan sama Sisil kaya cuma sekedar jalan aja yaa... bilang suka tapi kok gw merasanya aneh aja" Manto garuk-garuk kepala yang gak gatal sambil ngepulin asap rokok.
Handoko yang lagi asyik merokok pikirannya entah kemana. Yang terbayang malah wajah mantan kekasihnya, Lila.
Handoko sebenarnya dulu punya kekasih bernama Lila. Mereka putus baik-baik dikarenakan Lila harus kerja keluar kota dan sampai sekarang belum balik lagi ke kota ini. Handoko sangat menyayangi Lila, sebab Lila adalah cinta pertama nya. Sebenarnya tidak ada niat bagi Handoko untuk menjalin suatu hubungan asmara lagi. Rasanya sudah gak bernafsu. Dengan Lila dulu Handoko bisa rutin melakukan hubungan badan layaknya suami istri. Makanya begitu putus sudah seperti layangan putus terombang-ambing gak karuan jadinya. Hampir dua tahun Handoko baru bisa menata hatinya lagi.
Sekarang kedekatan nya dengan Sisil sudah berjalan tujuh bulan tapi tetap saja hati Handoko merasa biasa saja. Tidak ada yang istimewa terhadap Sisil. Biarpun Handoko sudah mengambil kegadisan Sisil, tetap saja hatinya terasa hampa. Yang selalu terbayang adalah wajahnya Lila yg cantik dan imut.
"Hoiii....malah melamun" Manto memukul pundak Handoko.
"Arggh pusing gw To" Handoko menggelengkan kepalanya.
Ya....dia pusing bagaimana harus mengambil sikap terhadap Sisil. Handoko memang menyukai Sisil, gadis yang cantik, ceria dan baik hatinya Tapi Handoko tidak mencintai nya. Tetap dilubuk hatinya yang terdalam hanya Lila yang dicintainya.
"Makanya jangan suka mainin perasaan perempuan Han....gimana kalau adik lu yang kena dimainin sama cowok? Sedih gak lu..... " Manto menasehati Handoko yang merupakan atasannya sekaligus sahabatnya.
Handoko menyeringai pelan. Handoko pikir dengan dia menyukai Sisil maka bayang-bayang Lila akan hilang dengan sendirinya. Tapi kenyataan nya tetap tidak bisa. Apalagi kemarin ini dia telah merenggut paksa kegadisan seorang Sisilia, ini pun hanya pelampiasan nafsu nya saja yang sudah tidak terbendung.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Ditatapnya langit-langit kamarnya dengan perasaan yang campur aduk. Sisil sedang berbaring sambil memejamkan matanya. Dia menahan airmata nya agar tidak keluar. Sudah dua kali sabtu Handoko tidak ada kabarnya, sejak kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Membuat banyak pertanyaan dalam pikiran Sisil.
"Apa Handoko gak sayang ya sama gw? Gak cinta ya sama gw?
" Apa dia punya cewek lain? Kemana yaa kok gak ada kabarnya?
"Apa gw cuma tempat pelampiasan aja? Apa harus begini?"
Inilah pertanyaan-pertanyaan dalam benak Sisil. Sedih sekali hatinya membayangi itu semua. Sisil menyayangi Handoko, dia bertekad tidak akan menyinggung tentang hal yang terjadi. Dia akan mengikhlaskan semuanya. Tapi pria itu seperti menghindar dan menghilang tanpa kabar. Tidak memberi kabar juga jika tidak bisa datang.
Drrttt...... drrttt.....hp Sisil bergetar ada notifikasi masuk.
"Sil..... lu ada dimana? Mau ikutan gak sama kita-kita? Kita pada mau ke mal nih. " Pingkan mengirim wa ke HP nya Sisil.
"Gw gak ikutan ya Ping. Minggu depan aja deh gw baru ikutan lagi kalau pada pergi. Sekarang gw lagi males nih. " Sisil membalas WA nya Pingkan.
Rasanya males banget Sisil keluar rumah. Dia pengen nyantai-nyantai di rumah. Apalagi di rumah sekarang tinggal berdua saja dengan papa nya. Sisil merasa kasihan juga sama papanya kalau dia jarang di rumah.
Setelah mama nya meninggal Sisil memang agak jarang di rumah. Pergi pagi pulang malam, begitulah rutinitas kerjanya. Hari Sabtu dan Minggu baru Sisil bisa meluangkan waktu santai di rumah. Ini pun jika tidak ada acara dan tidak pergi dengan teman-teman nya.
Keluarga Sisil adalah keluarga sederhana. Dulu sewaktu papa masih ada usaha, perekonomian keluarga boleh dikatakan cukup lah tidak berlebih dan tidak kekurangan. Sekarang papa nya sudah tidak bekerja dan semua biaya rumah tangga Sisil yang bertanggungjawab.Sisil adalah tulang punggung keluarga.
Mungkin anak-anak lain yang seusianya bisa bersenang-senang dan hidup mewah. Apalagi seorang anak tunggal yang biasanya identik manja dan hidup bergelimang. Kebalikannya dengan Sisil, memang ada kesan manja dalam dirinya tapi lebih menonjol sifat mandirinya karena memang tidak dididik manja oleh kedua orang tua nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments