Pak Roni masuk klinik bertemu keempat murid. Dua dia kenal, dua lain tidak.
"Irlan, kamu bisa istirahat. Pasti mau makan siang, kan?"
"Iya, Pak."
Jefri dan Mira menyapa Pak Roni dengan senyum singkat. Mereka saling kode ke luar juga tapi tidak ada yang inisiatif pergi, Irlan sendiri.
Mira padahal tidak ingin ikut dalam percakapan dua pawang hantu. Dia mau makan di kantin bersama Dewi, bukan dengan mereka di klinik pula.
"Bapak juga heran si Zafran setiap hari kerasukan tapi sosoknya beda-beda."
Pak Roni itu guru bahasa indonesia. Beliau satu-satunya guru yang biasa mengatasi Zafran.
Jefri sadar mereka berempat memiliki kemampuan di luar manusia normal. Di awal perkenalan Pak Roni mengakui bahwa beliau peka terhadap hal mistis sejak SMP.
"Emang masa-masa SMP tuh momok menakutkan juga bagi saya, Pak. Pas SMP mata batin saya kebuka dan jreng! Liat muka ancur di atas kepala saya, saya pingsan dong."
"Kita berdua memang keturunan dari kakek, Pak. Biasanya kasus Zafran ini karena dia bisa liat juga dan gak ada proteksi. Jadi mereka yang liat Zafran dan tertarik bisa langsung masuk," ucap Jefri.
"Biasanya bapak ngeluarin juringnya gimana? Gak macem-macem, kan?" tanya Mira.
"Saya baca doa aja, Neng."
"Biasanya banyak tuh, Pak, yang orang bawa sesajen buat halau mereka. Bukan pergi malah ngundang yang lain," cetus Mira.
Jefri menepuk pelan punggung Mira. "Dia juga masih takut."
"Manusiawi, Jef. Justru lo gak normal gak takut mereka."
Jefri tersentak dibilang tidak normal. "Kira-kira Zafran pindah kelas bisa, Pak? Udah tiga minggu. Kasian kalau begitu terus."
"Bapak kurang tau, Nak. Itu bukan lingkup saya, admin yang urus mutasi kelas."
"Mungkin lulus dari sini dia bakal masuk rumah sakit jiwa... " Dan lagi, Mira nge-roasting Zafran yang belum sadar. "Kok gak bangun-bangun, Jef? Gak ada kasus orang mati pasca kesurupan, kan?"
"Mba," tegur Pak Roni.
"Jangan ngada-ngada ah. Ada guru juga," ucap Jefri.
Kesadaran Zafran perlahan kembali. Matanya bergerak dari kiri ke kanan dan ingat hantu terakhir yang menggerayangi tubuhnya. "Whoaa!"
Zafran duduk berteriak lantang sampai Mira menjerit tersentak memeluk lengan Jefri.
Jefri dan Pak Roni ikut kaget namun tidak seberapa.
Secara spontan Zafran menarik selimut untuk menutupi matanya. "Wewe gombel, anjrit! Si wewe dateng lagi!"
Pak Roni mendekati anak yang masih histeris ketakutan dengan apa yang dialami. "Udah gak ada, Zafran! Heh! Malu teriak-teriak. Laki bukan?"
Zafran menangis. Bukan nangis takut, tapi malu nangis ada Mira di sana.
Jefri menepuk punggung Zafran mengasihaninya. "Udah gak ada... " ucapnya menenangkan.
"Anak indihom baru ya lo?" tukas Mira takut-takut Zafran teriak lagi.
"Zafran!" Pak Roni panggil bocah itu lagi.
Zafran memberanikan diri mengangkat kepala dan bertatapan dengan mereka.
"Gak ada, kan?" Pak Roni memastikan tak ada yang nempel di sekitar Zafran.
Zafran manggut-manggut. "Pak, mereka bukan hantu yang nyamar jadi murid, kan?" tunjuknya ke Jefri dan Mira.
Mira menyentil jari telunjuk Zafran. "Kita berdua masih hidup. Kita baru sekolah di sini, gue sekelas sama lo juga, gak sadar?"
"Aduh!" ringis Zafran menyembunyikan tangan. "Gak tau ... Gak ngerasa ada murid baru."
"Astagfirullah." Mira merasa tak terlihat apalagi dianggap.
"Lo dirasuki dari pertama masuk kelas?" Jefri tersenyum.
"Jangan diketawain, Jef. Ntar dia kesurupan lagi berabe kita," kata Mira tetap waspada. Dia paling anti menghadapi orang kesurupan, kecuali ada Jefri.
"Wah, gila." Jefri mengusap wajah. Dia menatap sebentar Pak Roni, "Tapi emang dia baru, Pak. Jadi banyak yang penasaran."
Maksud Jefri dikarenakan mata batin Zafran terbuka belum lama banyak hantu yang mendekatinya dengan penasaran. Biasanya mau diospek seberapa kuat dan berani orang seperti kita ini.
"Emang bisa liat hantu sejak kapan?" tanya Mira. "Ih, Jef! Ada yang lewat depan pintu. Aaaa... " Mira menutup matanya pakai lengan tangan.
Zafran menelan ludah dulu baru jawab, "Sebulan? Dua bulan? Belum lama intinya." Matanya beralih ke pintu usai Mira merengek. "Wadoh! Itu ngintip segala mau liat siapa sih.. !"
Yang mengintip di pintu klinik adalah wanita muka pucat tanpa mulut tapi dari matanya keluar seperti darah.
Zafran ikut merem. "Ngintip di toilet cowok gih, sana!" Tangannya mengusir sosok menakutkan itu.
"Baca doa kalau mau ngusir," tutur Pak Roni.
Jefri menghalau tangan Mira dari wajahnya sambil berbisik hantunya sudah pergi.
"Ya Allah, Pak. Mulut saya komat-kamit dari tadi gak liat?" sambar Mira belum tenang.
"Ini pada kenapa sih ngerubungin gue?" Zafran akhirnya bisa bertanya pada orang yang bernasib sama.
Pak Roni jawab, "Ya tergantung gimana kamunya, Nak."
"Banyak doa," kata Jefri.
Zafran mau bilang, "Itu dia. Masalahnya tiap gue liat apa, bacaan doa jadi blank, mendadak amnesia gue."
"Kuncinya gak usah takut."
"Manusiawi, Jefri." Mira dongkol setiap Jefri bilang jangan takut apa pun itu. "Namanya orang, wujud sempurna liat mereka yang wujudnya naudzubillah secara naluriah kaget dan takut lah."
"Wujudnya begitu mau diapain? Emang bisa didandanin, Neng?" Pak Roni dengan santainya bertanya.
"Emang ngobrol sama pawang jurig gak akan beres." Mira masih sekubu sama Zafran.
"Gimana, udah tenang?" Jefri basa-basi.
"Tenang muke lo! Gue balik ke kelas ntar dimasukin beda lagi!" tukas Zafran takut masuk kelas lagi.
"Kalem." Mira menepuk bahu Jefri dan dengan bangga bilang, "Ada Bapak Roni dan Mas Jefri yang ngurus jurig."
"Males banget... " Jefri ogah. "Belajar gak takut dulu deh, kalau itu dah bisa ke depannya baik-baik aja."
"Betul."
"Dijamin gak?" sahut Zafran.
Jefri nyengir. "Gak sih, gue juga kadang masih kerasukan."
"Huluh! Kaga usah ngebacod kalau begitu." Zafran mengomel.
"Heh! Omongannya kamu ... dijaga," tegur Pak Roni.
"Oh ya maapkeun, Pak." Zafran ingin tahu mereka punya hubungan apa. "Ini mereka dua sejoli atau gimana konsepnya punya mata batin juga?"
Mira hampir menyabet mulut Zafran. Sejoli apanya.
"Saudara," singkat Jefri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Zafran bodor ih 🤭🤭🤭
2023-11-14
0