sisi baik Mr Ice

"Lo ngomong apa tadi?"

"Lo tadi ngomong apa?" Tanya Raka balik

Wardha terpelongo mendengar ucapannya itu.

"Ngeselin amat sih Lo!" Ketus Wardha

"Gue kira, cuman di sekolah aja Lo kek gitu." Ucap Raka yang memperhatikan Wardha

"Gitu gimana maksud, Lo!" Sahut Wardha kesal

"Pakaian Lo."

"OOO, gue tau sekarang. Jadi Lo mau nyamain gue kayak cewe lain gitu! Asal Lo tau ya, walaupun gue Judes kayak yang Lo bilang itu, tapi gue tau kewajiban gue lah." Ucap Wardha

Raka kembali diam tanpa bersuara.

"Gue masih gak percaya ini semua."

Wardha terdiam memikirkan segala pertanyaan yang ada di kepalanya, soal Mr Ice, taman dan lainnya. Sungguh itu membuatnya sangat bingung.

"Husst. Mr Ice."

Raka tak menjawab panggilannya, dan Wardha terus berteriak memanggilnya.

"Woy, Mr Ice."

Tanpa jawaban

Krik ... Krik .... Krik ...

"Hais, ngeselin amat sih nih orang!"

"Mr Ice hellooww."

"Hem." Kali ini dengan deheman

"OMG, hellowww, memang dasar Lo ya, gue panggil sampai serak ini suara gue, Lo cuman balas Hem doang."

Sumpah demi apa? Ini orang membuatnya sangat sangat kesal, dari sekian panggilan dari Wardha, dia hanya menjawab Hem doang.

"Please deh ah, sumpah demi apa gue kayak gini." Ucap Wardha mengibas wajahnya yang terasa panas

"Ada apa?" Tanya Raka

"Gue mau nanyak sama Lo."

Kali ini Wardha menatapnya dengan sangat serius.

"Sejak kapan Lo jadi pelanggan Bunda gue? Terus, kenapa dan sejak kapan Lo kenal sama bunda gue dan Lo akrab banget. Terus gimana ceritanya, tanpa basa-basi Lo ngerampas kunci mobil gue, dan maksa-maksa gue buat ikut dan sekarang Lo malah bawa gue yang gue sendiri pun kagak tau ini mau kemane!" Ucap Wardha dengan sejuta pemikirannya itu

"Terus?"

"What? Gue nanyak elo jawab lah."

"Udah nanyak nya?"

"Hadeh, sumpah demi apa gue kesel banget." Sambil tepok jidat

"Nyesel bet gue nanyak gitu." Sambil menutup wajahnya

Wardha hanya bisa terdiam seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menggelengkan kepalanya, merasa pusing akan hidupnya saat ini. Kenapa dia bisa berhadapan dengan manusia seperti Raka

"Udah lama, semenjak dua bulan ini gue sering mesen katring sama bunda Lo. Gue akrab karena bunda Lo baik, dan gue bisa lepasin rindu gue sama bunda gue sendiri dengan cara Deket sama bunda Lo."

"Dan bunda Lo udah nganggap gue anaknya."

"What?" Terpelongo

"Soal kunci, udah biasa gue kayak gini. Biasanya juga gue sama pak Jarwo kadang juga sama bunda Lo."

Wardha semakin terpelongo mendengar penjelasan Raka. Sungguh gak masuk akal, selama itu bahkan dirinya tidak pernah bertemu dengan Raka.

"Apa gue gak salah denger?"

"Salah. Kalau Lo budek!" Ketus Raka

"Hais, apa Lo bilang?"

Buk ... Buk ... Wardha memukul-mukul pundak Raka dengan bertubi-tubi.

"Apa sih Lo. Santai dong."

"Enak aja Lo bilang gue budek."

"Gue harap, sampai di sana sikap Lo jangan kek gini."

"Suka gue lah!"

"Terserah!"

"Pantes ya bunda sering bawa buku-buku, ternyata sama ni anak." Gumam Wardha

Selama di perjalan Wardha memasang wajah kesal pada Raka, namun Raka hanya diam tanpa memperdulikannya.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di suatu taman.

Raka turun dari mobil, dan anak-anak yang melihat Raka langsung berlarian mendekati mereka.

"Kak Raka." Panggil anak-anak riang

"Hay, anak-anak." Sahut Raka tersenyum lebar

Karena penasaran Wardha pun menyusulnya

Anak-anak itu tersenyum imut melihat ke arah Wardha.

"Kak, itu siapa? Cantik banget ya, apa temen kakak?" Tanya anak-anak

"Iya ini temen kakak." Ucap Raka tersenyum. "Kenalin, Wardha kemari."

Wardha pun tersenyum dan mendekati mereka.

"Hay, nama kakak Wardha." Ucap nya melambaikan tangan dan tersenyum ramah

"Wah, sekarang kita punya kakak satu lagi."

"Iya, kakak kita sekarang jadi dua." Sahut anak-anak girang dan di balas senyuman oleh mereka berdua.

Wardha mendengar itu tersenyum haru.

"Kak, Ayuk. Di sana seru loh." Ucap beberapa anak yang menarik lengan Wardha.

Wardha hanya menurut, dan mengikuti mereka. Raka yang memperhatikan mereka hanya tersenyum gembira, dan mengambil buku-buku di bagasi mobil.

"Anak-anak, kakak punya buku baru loh. Ini buat kalian." Ucap Raka tersenyum

Anak-anak itu lari ke pelukan Raka.

"Terima kasih kak, banyak sekali bukunya."

Wardha melihat itu tersenyum haru, merasa tidak menyangka sama sekali.

"Ternyata Mr Ice baik juga ya." Gumam Wardha.

"Wardha." Panggil Raka mengagetkan Wardha

"Eh, i-iya kak."

"Bantu saya ambil katring, buat di bagikan ke anak-anak."

"Ok."

Mereka mengambil katringannya dan membagikan ke anak-anak itu.

"Anak-anak, di makan ya." Ucap Raka dengan senyum mengembang

"Iya, kak Raka." Balas anak-anak

Mereka pun makan bersama di taman mini itu, selesai makan bersama, mereka bermain dan bersenda gurau. Dan tidak lupa untuk mengajari anak-anak membaca.

Selesai tugas di taman, mereka pun kembali ke rumah.

***Di perjalanan***

"Mr Ice."

Tak ada jawaban

"Wah, udah mulai beku lagi ni orang." Gumamnya

"Mr Ice mulai membeku kembali."

Raka yang mendengar ucapannya menatap tajam netranya sekilas.

"Wah, Mr Ice mulai memanas."

Raka kembali menatap sinis netranya dan kembali fokus menyetir lagi.

"Aneh, tadi cair banget, dan sekarang mulai membeku lagi." Gumam Zara yang masih di dengar oleh Raka

"Bunda, Wardha di kacangi."

"Apa maksudmu?" Kali ini tatapan lebih serem

"Tidak ada Mr Ice."

Raka pun kembali fokus, tanpa memperdulikan ocehan Wardha. Beberapa menit kemudian, Raka menghentikan laju mobil itu di pinggir jalan.

"Mau apa lagi ni orang." Gumam Wardha

Raka merogoh saku celananya dan mengambil sebuah ponsel.

"Hallo."

" ... "

"Jemput saya di tempat biasa."

Raka menyimpan ponselnya kembali dan melajukan mobilnya lagi.

***Rumah Wardha***

"Mr Ice, kenapa ke rumah gue? Emang Lo gak pulang?"

Tanpa jawaban

Lagi-lagi, setiap panggilan Wardha tidak ada yang di jawab olehnya. Dan itu nyaris membuat Wardha tegang tak berdaya, atau sesak nafas menahan rasa kesalnya.

"Susah emang ngomong sama orang yang irit bicara." Gumamnya

"Hey Mr Ice."

Tanpa jawaban

"Hello ..."

Tanpa balasan

"Hellow, please deh ngomong sedikit."

"Apa?"

"Oh May God, sumpah demi apa gue harus ngulangi pertanyaan gue."

"Gak penting."

"OMG, apa semua omongan gue ini gak penting menurutnya." Gumam Wardha

"Oh Tuhanku Allah, ampunilah Wardha ya Allah, mohon ampun ya Allah. Maafkan aku."

"Apa maksudnya ngomong gitu?" Gumam Raka

Sampai di rumah Wardha, Raka langsung turun tanpa memperdulikan Wardha sedikit pun, dan langsung mengetuk pintu.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Gak usah di ketok juga, gue kan tuan rumah," ucap Wardha yang hendak membuka pintu.

Namun, di saat itu juga pintu di buka Aisyah dan.

Bukk ...

"Kyaaa."

"Wardha?" Ucap Aisyah kaget

"Aduh bundaaa!" Teriak Wardha

"Hahah, kenapa kamu bisa nyungsep gitu sayang." Balas Aisyah tergelak

Wardha mencoba bangun sambil mengelus lutut yang sakit, melirik sekilas Mr Ice yang mencoba untuk menahan tawa. Wardha pun semakin kesal di buatnya.

Sungguh dia merasa malu saat ini, Wardha menatap sinis ke arah Raka sekilas.

"Lo!" Menunjuk Raka dengan mata berkaca-kaca

Dan berlari pergi meninggalkannya dengan rasa kesal yang bertumpuk di hatinya.

"Haha, ada saja Wardha itu, maaf ya nak Raka. Ayuk masuk."

"Iya tan."

Raka dan Aisyah bersenda gurau bahkan bercerita banyak tentang kejadian di taman tadi.

Sedangkan Wardha lagi menangis Bombay di dalam kamarnya.

"Ya Allah kenapa Wardha sial sekali hari ini. Dari pagi siang sore hingga menjelang malam gini. Keselll."

*** Beberapa hari kemudian***Di sekolah***

"Lo kenapa sih, Dha? Merengut terus." Ucap Salca

"Gak papa, Sal. Cuman gak enak badan aja gue."

"Ooh, yaudah yuk ke kantin. Kayak nya Lo harus makan dulu biar agak enakan."

"Hemmm."

Wardha menurut dan mengikuti langkah Salca beriringan.

***Di kantin***

"Mau pesen apa?" Tanya Salcha

"Yang biasa aja, Sal."

"Ok, gue pesen dulu."

Selesai mereka makan, mereka kembali ke kelas, karena keadaan Wardha yang gak memungkin untuk banyak bergerak.

Namun di saat perjalan ke kelas, di suatu Rorong mereka bertemu nek lampir kembali.

"Woy." Pekik Riska

Sontak Wardha dan Salca menoleh ke belakang.

"Wardha, gue mau ngomong sama Lo!"

"Apa?"

"Kemarin gue liat Lo lagi jalan sama Raka. Bukannya Lo lagi Deket sama Ridho?"

Bukan, bukan dia dekat dengan Ridho, melainkan Ridho yang selalu datang mendekatinya.

"Terus?"

"Gak peka banget sih Lo! Asal Lo tau ya. Ridho itu milik sahabat gue Risna, jadi Lo jangan deket-deket. Dan Raka, cowo dingin itu cuman gue yang bisa mencairkannya, faham Lo!"

"Oh." Balas Wardha dan memalingkan wajahnya

Wardha dan Salca melangkah kaki mereka untuk meninggalkan Riska namun, Riska menarik pergelangan tangannya dengan kasar.

"Aw." Pekik Wardha

Kali ini tangannya mulai merasa sakit, jelas saja sakit. Kukunya saja sudah layaknya nek lampir, bahkan mencengkram kuat di pergelangannya.

"Gue ingetin Lo ya, Lo jauhi Ridho dan Raka. Atau Lo tau akibatnya!"

"Serah Lo deh! Lepasin tangan gue."

"Kenapa, sakit ya?" Balas Riska tersenyum sinis

"Nih gue tambahin." Riska mengencangkan cengkeramannya di tangan Wardha dengan kuku panjangnya. Dan membuat tangan Wardha menjadi terluka.

"Lepasin Ris, sakit tangan gue."

Sontak Salca melihat tangan Wardha yang mulai berdarah menjadi panik. Salca berlari pergi meninggalkan Wardha untuk mencari bantuan. Bullying ini tidak bisa di biar kan!

"Lo liat tuh, sahabat Lo aja ketakutan liat kita. Hahah ..." Riska dan temannya malah tertawa senang

"Bukan urusan Lo! Lepasin tangan gue."

"Sstt .. Aw, sakit." Wardha Meringis kesakitan, padahal dirinya sedang sakit saat ini, bahkan untuk berjalan saja rasanya gampang letih.

Hingga beberapa saat kemudian, di saat Wardha terus jadi korban bullying itu, tiba-tiba...

Next...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!