Mahasiswa baru diminta untuk segera mengantikan baju yang mereka pakai dengan baju yang baru saja dibagikan. Setelah itu mahasiswa baru diminta untuk berkumpul di aula. Didalam aula, Nadia selaku ketua panitia ospek berserta panitia lain sudah berdiri diatas panggung. Seperti di ospek hari pertama, wajah Nadia tidak menunjukan senyum sama sekali.
Mahasiswa baru sudah berkumpul, dan duduk dengan rapi. Nadia yang sudah berdiri sejak tadi mulai memberi kata sambutan berupa pertanyaan kepada mereka.
" Baiklah, selamat pagi semua. Tidak perlu banyak kata yang aku sampaikan. Aku hanya ingin memberikan satu pertanyaan kepada kalian. Berapa jumlah mahasiswa baru yang hadir hari ini?"
Dengan jumlah yang begitu banyak tidak mungkin bagi mereka untuk mengetahui berapa jumlah mahasiswa yang hadir di hari kedua ospek. Alhasil pertanyaan dari Nadia tidak dijawab oleh mereka.
" Apa kalian gak mendengar apa yang aku tanyakan? Berapa jumlah kalian yang hadir hari ini?" Tanya Nadia dengan tegas.
Mahasiswa baru hanya bisa menunduk, mereka tidak tahu harus menjawab apa.
" Kalian harus menjawab ketika aku sedang bertanya!" Nadia membentak dengan suara yang tinggi.
Lagi-lagi hanya keheningan yang menjawab pertanyaan Nadia.
" Kalian gak mau untuk menjawab! Berarti selama ini kalian gak perduli dengan teman-teman kalian sama sekali. Itu sebabnya kalian gak tahu satupun dari mereka." Teriak Nadia, namun arah matanya melihat fajar mengambil sapu tangan di saku celananya dan memberikan kepada teman disebelahnya.
Nadia berjalan menghampiri fajar, dan berdiri didepannya.
" Fajar Saputra dari fakultas teknik. Berdiri!" Teriak Nadia.
Fajar segera berdiri, kini mereka berdua sedang berhadapan satu sama lain.
" Aku tanya kepadamu berapa mahasiswa baru yang hadir hari ini?" Tanya Nadia dengan yang pelan tidak seperti tadi berteriak, namun tetap wajah terlihat serius.
" Aku tidak tahu." Jawab fajar.
" Kenapa kamu tidak tahu?" Tanya Nadia lagi.
" Karena aku tidak menghitung mereka." Jawab fajar.
" Meski kamu tidak menghitungnya. Tetapi setiap pertanyaan yang aku beri ku jawabannya. Paham?" Kata Nadia kepada fajar, agar fajar paham dengan maksudnya.
" Iya, aku paham."
Nadia mengambil gelang disaku jas almamaternya. Dia menunjukan gelang itu sambil mengangkatnya tinggi.
" Kamu tahu gelang ini?" Tanya Nadia kepada fajar.
"Iya."
" Gelang ini adalah lambang bagi semua mahasiswa di kampus universitas Jakarta. Jadi kalian mahasiswa baru untuk lebih serius mengikuti ospek ini. Jika kalian ingin diakui sebagai mahasiswa di kampus ini. Bagi kalian yang tidak mau mengikuti lebih baik keluar dari aula." Teriak Nadia kepada seluruh mahasiswa baru.
" Sekarang kamu fajar, bagaimana jika aku tidak memberikan gelang ini untukmu? Apa yang harus kamu lakukan?" Tanya Nadia kepada fajar.
Fajar tidak menjawab, dia terdiam dan menatap wajah Nadia. Merasa fajar tidak menjawab pertanyaannya, Nadia berbalik untuk kembali ke panggung.
" Aku tinggal mengambilnya darimu."
Perkataan fajar membuat Nadia kembali berhadapan dengannya.
" Apa katamu?" Nadia kesal dengan jawaban fajar.
" Jika kamu tidak memberikan gelang itu kepada kamu semua, kami tinggal merebutnya darimu."
Panitia yang berdiri mulai saling berpandangan mendengar jawaban fajar, mereka merasa jika fajar tidak takut dengan ancaman Nadia. Nadia merasa kesal dengan jawaban itu.
" Bagaimana kamu melakukannya?" Nadia membentak fajar.
"Aku akan menjadikan mu istriku. Kata orang, apa yang menjadi milik pasanganmu juga menjadi milikmu. Jika aku bisa menjadikanmu istrimu, maka gelang itu juga akan menjadi milikku." Fajar menjawab dengan santai. Dia tidak takut dengan bentakan Nadia.
Nadia begitu geram dengan fajar, dia menarik kaos yang fajar kenakan, beruntungnya Kiran datang mencegahnya.
" Kamu benar-benar berani ya, fajar! Bagus! Mari kita lihat apa kamu bisa melakukan apa yang kamu katakan!" Ancam Nadia.
Nadia berbalik untuk kembali ke panggung sambil berkata, " Untuk saat ini gelang ini masih menjadi milikku, jadi sebagai mahasiswa senior aku berhak untuk memerintahkan kalian semua untuk melakukan apapun." Teriak Nadia kepada seluruh mahasiswa baru yang ada di aula.
" Dan untuk kamu fajar dari fakultas teknik, sekarang juga kamu push up 20 kali." Teriak Nadia lagi. Fajar yang berdiri segera melakukannya.
Setelah selesai pertemuan di aula, mahasiswa baru diarahkan kelapangan. Mereka diminta untuk saling merangkul satu sama lain. Yoga mengajak Bima berbicara, karena dia mengingat jika dia lupa mengunci pintu kamar kostnya. Yoga berencana untuk izin sebentar, namun Bima menyarankan agar Yoga untuk tidak melakukan itu karena itu justru membuat Yoga dapat hukuman dari senior, Kevin yang disampingnya Bima juga menyetujui apa yang dikatakan oleh Bima. Namun, tidak disangka obrolan mereka dilihat oleh panitia.
" Hey, apa yang kalian bicarakan?" Teriak Bunga selalu panitia kepada mereka bertiga.
Bima, Yoga dan Kevin saling memandang. Bima memarahi Yoga karena sudah mengajaknya bicara. Akhirnya Kevin mengangkat tangannya.
" Kevin, dari fakultas teknik. Bolehkah aku meminta izin!" Kevin berdiri.
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Bunga kepada Kevin.
" Begini, kami lupa mengunci pintu kamar kost saat berangkat ke kampus. Jadi kami bisakah meminta izin sebentar, kost kami juga tidak jauh dari kampus." Ujar Kevin.
Namun, sayangnya bunga tidak mengizinkan mereka bertiga untuk ke kost, karena menurutnya itu tidak ada sangkut pautnya dengan Ospek dan itu adalah urusan mereka bertiga yang lalai.
Para mahasiswa baru, diminta untuk istirahat. Kebayangkan dari mereka merasa lelah, karena dari jam 9 pagi hingga jam 10 mereka berjemur dilapangkan. Karena merasa lelah ada beberapa mahasiswa, mencari kelas untuk sekedar tidur sebentar sebelum kembali mengikuti kegiatan ospek.
Karena hal itu, saat kembali mengikuti ospek, para mahasiswa baru kebanyakan datang terlambat untuk berkumpul di lapangan. Mereka diminta untuk kembali ke posisi semula. Bahkan Nadia membentak mereka karena sudah datang terlambat dari jam yang sudah ditentukan.
Nadia lalu menunjuk fajar untuk berdiri sebagai perwakilan dari teman-temannya. Nadia meminta fajar untuk menjawab pertanyaan yang tadi pagi ditanyakan namun fajar tidak tahu jawabannya.
" Fajar, pertanyaan ku sama seperti pertanyaan tadi di aula. Berapa jumlah mahasiswa baru yang hadir hari ini?"
" Baik, sudah aku lakukan untuk bisa menjawab pertanyaan mu. Mahasiswa yang mengikuti ospek dari hari ini berjumlah 1.1180 mahasiswa."
" Baik, tetapi mana bisa aku percaya dengan jawabanmu. Aku ingin kamu menghitung semua mahasiswa baru yang hadir disini." Perintah Nadia, fajar hanya bisa menuruti dan mulai menghitung satu persatu teman seangkatannya.
" Jadi berapa mahasiswa yang hadir disini!" tanya Nadia dengan tegas kepada fajar.
" Yang hadir hari ini 1.100 orang mahasiswa." ujar fajar setelah menghitung semua mahasiswa baru yang hadir di lapangan.
" Baik, satu pertanyaan lagi yang ingin aku tanyakan padamu. Aku ingin tahu dimana 80 orang mahasiswa. Dimana mereka?" tanya Nadia lagi kepada fajar.
Fajar hanya terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa. Sebab bukan urusan fajar untuk tahu kemana 80 mahasiswa yang tidak hadir.
" Dimana mereka!" bentak Nadia melihat fajar belum juga menjawab pertanyaannya.
" Angkat kepala kalian semua! lihatlah teman kalian yang tidak bisa menjawab pertanyaan ku! Berarti kalian semua akan dihukum!" teriak Nadia kepada semua mahasiswa baru.
" Mereka gak akan hilang." teriak fajar.
" Coba katakan sekali lagi." kata Nadia.
" Ke 80 mahasiswa itu gak akan hilang." ujar fajar.
" Buka matamu dan lihatlah tidak ada 80 mahasiswa baru yang hadir disini. Apa maksudmu dengan mengatakan mereka tidak hilang." bentak Nadia.
" Mereka beneran gak hilang. Mereka hanya tidak bisa hadir untuk saat ini." ujar fajar.
Hal itu membuat Nadia bertambah emosi dengan sikap fajar yang tidak mau mengalah dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Leebit
Makasih..
2023-01-02
0
Bibiana Saul
semngat Thor
2023-01-02
0