Fajar datang menghampiri Bima yang sedang melamun.
" Sudah berapa banyak tanda tangan yang kamu dapat?" Tanya Fajar kepada Bima.
" Aku baru dapat tiga, kalau kamu bagaimana?"
Fajar tidak menjawab, dia memberikan bukunya untuk dilihat langsung oleh Bima.
" Wah! Kamu udah tanda tangan mu udah hampir 3 halaman. Kamu mengagumkan, Man." Bima memberikan pujian kepada Fajar.
" Berikan buku tanda tangan mu. Biar aku bantu?" Fajar menawarkan bantuan, melihat Bima masih mendapatkan tiga tanda tangan dari panitia.
" Apa itu ide yang baik?" Tanya Bima karena takut jika panitia mereka tahu kalau Fajar meminta tanda tangan panitia menggunakan buku tanda tangannya.
" Para panitia menyuruh untuk melakukan hal yang kamu gak bisa. Aku benci melihat orang ketika dipaksa melakukan hal yang gak dia bisa." Fajar tahu betul sahabatnya itu sangat pemalu dan takut dengan orang lain. Makanya itulah alasan kenapa Fajar ingin membantu Bima meminta tanda tangan panitia menggunakan buku tanda tangan Bima.
Fajar mengambil buku tanda tangan Bima, saat hendak mencari panitia ospek. Ada dua panitia menghampiri Fajar.
" Kamu fajar ya?" Tanya salah satu panitia itu.
" Iya kak, ada yang bisa aku bantu?" Fajar tidak mengerti kenapa kedua panitia itu menghampirinya.
" Kamu belum punya tanda tangan kami berdua di bukumu itu, kan? Mana sini, berikan buku tanda tanganmu." Ujar panitia itu.
Dengan senyuman manis, dia memberikan buku tanda tangannya.
" Jika kamu membutuhkan bantuan, kamu bisa meminta bantuan kami kapan saja, mengerti?" Ujar panitia itu, terlihat panitia itu begitu menyukai fajar.
" Baiklah, jika kakak berdua gak keberatan bisa gak untuk tanda tangan dibuku ini juga?" Pinta Fajar memberikan buku tanda tangan Bima yang dibawanya.
Bima yang sedari tadi berdiri memperhatikan fajar yang didekati dua panitia cewek itu. Dengan senang hati pula, kedua panitia itu menandatangani buku tanda tangannya Bima. Fajar menengok kepada Bima, dan mengedipkan sebelah matanya.
" Boleh juga si fajar!" Pikir Bima.
Disisi lain ada tiga cewek yang merupakan mahasiswa baru yang sama dengan fajar tengah duduk menikmati minuman di kantin. Mereka adalah Gladis, Citra dan Mina. Salah satu diantara mereka yaitu Gladis mengeluh karena masih hanya mendapat sedikit tanda tangan dari panitia. Padahal waktu yang diberikan mereka cuman hari ini saja.
" Itu ma gampang. Kamu tinggal minta tanda tangan panitia yang lewat di depanmu saja." Ujar Citra memberikan saran kepada Gladis agar dia tidak usah mengeluh karena masalah tanda tangan yang didapat.
Gladis melihat disekitar, mungkin saja ada panitia yang tengah menikmati makanan di kantin. Gladis melihat satu kelompok panitia tengah duduk dibelakang mereka.
" Apa yang kamu maksud juga panitia yang duduk dibelakang kita?" Tanya Gladis kepada Citra.
Citra dan Mina melihat kearah yang dimaksud oleh Gladis.
" Yang pertama, ialah kak Kiran. Dia orang yang kalem, tenang dan sangat pendiam. Dia selalu menolak semua orang yang ingin meminta tanda tangannya. Kamu lihat orang yang duduk disebelahnya kak Kiran, dia ialah Kak Price, dia orang yang sangat tidak memiliki perasaan. Mahasiswa baru yang datang kepadanya untuk meminta tanda tangan harus melakukan push up 100 kali. Dan orang yang selanjutnya, dia adalah orang yang tersulit diantara kedua orang itu. Aku sendiri gak ingin mencari masalah dengan panitia itu." Jelas Gladis tentang panitia yang duduk dibelakang mereka.
" Siapa yang kamu maksud?" Tanya citra yang tidak tahu, panitia siapa yang membuat Gladis tidak berani untuk berurusan dengannya.
" Kak Nadia. Meski dia cewek, dia sungguh brutal. Aku dengar gak ada satu orang pun yang berani meminta tanda tangannya."
Citra menatap panitia yang duduk dibelakang, dari penjelasan Gladis membuat dirinya takut untuk meminta tanda tangan kelompok panitia itu.
" Kalau begitu, aku pikir kita lewatkan saja kelompok panitia yang duduk dibelakang kita. Mungkin itu lebih baik." Ujar Citra.
" Gak, justru itu gak baik-baik saja. Kamu sendiri tadi yang bilang kalau kamu akan meminta tanda tangan kepada semua panitia yang lewat di hadapanmu. Mereka duduk dibelakang kita, sekarang dapatkan tanda tangan mereka." Ujar Gladis mendorong citra untuk meminta tanda tangan para panitia yang duduk dibelakang mereka.
" Kenapa harus aku?" Citra begitu takut untuk meminta tanda tangan setelah mendengar omongannya Gladis.
" Karena kamu paling cantik diantaranya, siapa tahu kak prince tertarik dan bisa meminta kedua temannya itu untuk menanda tangani bukumu."
" Itu gak ada hubungannya, kamu sendiri yang bilang kalau kak prince yang gak punya perasaan."
" Justru dengan wajah cantikmu bisa meluluhkannya, ayo berdiri akan aku bantu." Ujar Gladis menarik tangan citra.
" Kak prince ada yang ingin berkenalan dengan kakak." Ujar Gladis mengantarkan citra beristri dihadapan panitia itu dan segera pergi meninggalkan citra sendiri.
" Eum.. kak prince..."
" Sebutkan nama dan fakulitas mu." Ujar Nadia.
" Citra dari fakulitas teknik."
"Ada apa?" Tanya nadia
" Aku ingin kakak menanda tangani bukuku."
" Bukannya ini terlalu mudah untuk mendapatkan tanda tanganku hanya dengan meminta." Ujar Nadia, sedangkan prince yang seharusnya dimintai tanda malah justru terdiam. Menyaksikan Nadia akan memberikan hukuman apa kepada mahasiswi baru itu.
" Maksudnya kak?" Citra tidak mengerti dengan kalimat yang Nadia sampaikan.
" Kamu harus melakukan sesuatu untukku."
" Apa yang harus aku lakukan, kan?" Tanya citra.
" Kamu harus berteriak, dengan menyebutkan aku suka kak prince yang sangat tampan sebanyak 3 kali." Ujar Nadia menatap prince, sedangkan prince hanya terkekeh saat mendengar itu.
" Apa?" Citra kaget saat dirinya diperintah untuk melakukan hal itu.
" Kamu mau minta tanda tangan kita atau tidak?" Ujar prince dengan tatapan tajam.
Citra begitu malu untuk melakukan itu, dia melihat di sekitarnya banyak mahasiswa yang berlalu-lalang. Dengan sedikit keberanian dia mulai berteriak.
" Kak prince yang sangat tampan. Aku suka sama kakak." Ucap citra dengan pelan.
" Kami gak mendengar mu." Bentak prince.
" Kak prince yang sangat tampan, aku suka sama kakak." Teriak citra sebanyak 3 kali. Membuat suasana ricuh.
" Terima kasih atas pengakuan cintanya. Kalau begitu, bolehkah aku meminta nomor ponselmu?" Ujar prince memberikan ponselnya kepada Citra, disusul dengan citra memberikan buku tanda tangannya untuk ditandatangani oleh prince, dan teman-temannya.
Setelah bertukaran kontak dan tanda tangan, citra segera pergi dari situ. Prince melihat Fajar tengah dikelilingi oleh panitia cewek.
" Nadia, kamu gak mencoba untuk meminta nomor ponselnya?" Tanya prince karena dirinya sudah mendapat nomor ponsel mahasiswa baru yang cantik tadi.
" Kayaknya kamu gak akan bisa dapat nomor ponselnya deh, lihat saja dia dikelilingi oleh banyak panitia cewek." Ujar prince kepada Nadia. Sedangkan menatap fajar yang sedang menerima buku yang telah ditanda tangani oleh para panitia cewek itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments