2. Terpendam.

Suara-suara sumbang yang terdengar menyakitkan, tertangkap telinga Catherine begitu tiba di sekolah. Hinaan dan cemoohan para penghuni sekolah mengiringi langkah kaki Catherine menuju kelas.

Gadis itu sama sekali tidak terpengaruh. Dia telah terbiasa menghadapi hal tersebut setiap hari.

"Hei, j4l4ng! Rupanya kau masih memiliki muka datang ke sekolah ini!" Jasmine –mantan sahabat baik Catherine– berteriak nyaring, saat mendapati kedatangan gadis itu ke dalam kelas.

Seluruh penghuni kelas menatap Catherine dengan pandangan jijik. Mereka mencemooh keberanian Catherine yang masih menampakkan wujudnya di sekolah dengan penuh percaya diri.

Catherine tidak menjawab. Dia terus melangkah masuk menuju satu-satunya meja yang terletak di sudut belakang kelas, jauh dari meja-meja lain.

Sesampainya di sana, tubuh Catherine mematung, tatkala mendapati tulisan baru yang menghiasi meja belajar miliknya.

P3l4cvr jalanan!

Kau pantas m4t11 bersama ibu dan ayahmu!

Kenapa kau tidak bvnvh d1ri saja!

Catherine mencengkeram erat tali tasnya. Gemuruh dalam dada terasa sangat menyiksa.

Mengapa semua orang menginginkan kem4t14nnya? Padahal jelas-jelas bukan dia yang melakukan kesalahan?

Catherine berusaha menenangkan diri. Tanpa memerdulikan perkataan Jasmine dan beberapa siswi lain yang masih membeo, dia pun duduk di kursinya.

"Hei, berani-beraninya kau mengabaikanku!" bentak Jasmine sembari melangkah menghampiri Catherine.

Gadis itu diam-diam membawa sebotol besar lem kayu yang dia sembunyikan di belakang tubuhnya.

"Kau dengar kami tidak, gadis bodoh?" Wanda turut menyusul langkah Jasmine. Dia lah mantan sahabat Catherine yang lain.

"Sekolah kita akan berakhir kurang dari empat bulan lagi, jadi biarkan aku menjalani sisanya dengan tenang," ujar Catherine tanpa menatap Jasmine dan Wanda. Gadis itu memilih mengeluarkan bukunya dari dalam tas untuk dibaca.

Mendengar perkataan Catherine, Jasmine dan Wanda tertawa sinis. Wanda bahkan menggebrak meja Catherine. "Jangan bermimpi j44l4ng! Enteng sekali bicaramu!" hardiknya.

"Hei, seharusnya kau tahu diri, bahwa uang yang digunakan ayahmu adalah uang-uang dari keringat rakyat. Keringat orang tua kami. Jadi, bukanlah lebih baik kau pergi dan menggelandang di jalanan?" Jasmine menunduk menatap mata Catherine.

Catherine tetap bungkam. Dia lagi-lagi tidak menanggapi celotehan kedua mantan sahabatnya.

Sakit hati akan sikap Catherine, Jasmine menj4mb44k rambut gadis itu keras. "Dasar si4lan!" Sebotol lem kayu yang tadi dibawanya, kini ditumpahkan ke seluruh seragam Catherine hingga habis.

Catherine berusaha melepaskan diri, tetapi beberapa gadis lain –termasuk Wanda– malah membantu memeganginya.

Air mata mengalir membasahi sudut mata Catherine. Gadis itu bukan sedang menangisi nasibnya yang malang, melainkan menangisi satu-satunya seragam yang tersisa.

Bila seragam itu rusak, Catherine tentu tidak akan dapat memilikinya lagi. Sang ibu tidak mungkin mampu membelinya, karena harga satu setel seragam tersebut mencapai delapan belas ribu dollar.

Suara tawa menggelegar memenuhi telinga Catherine. Tak ada yang sudi membantu gadis itu, mereka malah asik memotret dan merekam kemalangannya.

...**********...

Catherine tidak bisa menahan air matanya begitu mendengar diagnosa dokter Belinda. Wanita berusia 35 tahun itu hanya bisa mematung di hadapan sang dokter.

"Secepat mungkin Anda harus menjalani kemoterapi guna menghancurkan sel kankernya, Nyonya Wells," ujar dokter Belinda.

Catherine tidak bereaksi.

"Anda tidak perlu cemas dan takut, Nyonya. Pada Leukimia stadium dua, sel-sel kanker telah berkembang, tetapi belum menyebar ke seluruh area tubuh. Apa lagi Anda termasuk berusia muda. Penderita berusia di bawah empat puluh tahun memiliki harapan hidup yang lebih lama dari penderita berusia lanjut," sambung dokter Belinda.

Catherine refleks menggeleng. Saat ini yang ada dalam kepalanya bukanlah penyakit mematikan tersebut, melainkan reaksi sang suami tercinta bila dia memberitahu dirinya.

"Aku akan menjalaninya, tetapi dengan satu syarat, dokter," ujar Catherine. Matanya menatap sang dokter dengan sungguh-sungguh. "Jangan beritahu siapa pun soal ini, termasuk pada suamiku, Ethan."

Embusan napas keluar dari mulut dokter Belinda, agaknya dia sudah dapat menebak hal tersebut.

Wanita berusia nyaris enam puluh tahun itu hendak membantah, tetapi Catherine buru-buru memotong.

"Kumohon Aunty, biarkan aku menanggung semua ini sendiri."

Catherine menangis sesenggukkan di hadapan dokter sekaligus tantenya.

Belinda beranjak dari kursinya dan memeluk Catherine penuh kasih sayang. Sebagai dokter dia tak boleh terbawa suasana, tetapi sebagai keluarga dia pantas menangisi keponakan satu-satunya saat ini.

...**********...

Catherine masih sibuk membersihkan sisa-sisa lem kayu yang menempel di seragamnya, meski bel masuk telah berbunyi. Tak akan ada yang mencari keberadaannya, termasuk guru-guru di sana. Mereka akan lebih banyak mengabaikan kehadiran Catherine. Itulah mengapa para murid leluasa melakukan p3rvndvng4n padanya.

Setelah dirasa selesai, Catherine pun bergegas keluar dari toilet. Noda lem memang tidak sepenuhnya terangkat, tetapi terlihat jauh lebih baik dari pada sebelumnya.

Beruntung setiap hari Catherine membawa jaket ke sekolah, jadi dia bisa menggunakan jaket tersebut untuk menutupi seragamnya yang nampak basah.

Suara tawa dari salah salah satu meja makan di dalam kantin terdengar menggelegar. Siapa lagi kalau bukan Jasmine, Wanda, dan beberapa gadis lain? Mereka tengah asik melempari Catherine yang sedang serius menyantap roti melon dan sekotak susu, dengan potongan-potongan buah.

"Ayo, makan buah ini! Kami sudah berbaik hati memberikannya untukmu, loh!" kelakar Jasmine sambil terbahak. Tak hanya buah saja yang dilempar Jasmine pada Catherine, dia juga melempari potongan daging penuh bumbu, hingga membuat rambut gadis itu kotor.

Catherine menghentikan kegiatannya meminum susu. Gadis itu meremas kotak susu tersebut hingga remuk, sebelum kemudian berbalik menatap Jasmine. "Bisakah kau berhenti melakukannya?"

"Tidak!" Tawa kembali memenuhi meja Jasmine. Gadis itu bahkan berdiri dari tempat duduknya sambil membawa segelas jus buah naga.

Wanda menatap antusias. Rupanya jus tersebut sengaja dibeli Jasmine bukan untuk diminum.

Jasmine berjalan mendekati Catherine lalu berisik sinis. "Aku akan berhenti bila kau mau pergi dari sekolah ini!"

Suara kantin sontak saja mendadak heboh, tatkala Jasmine tanpa merasa bersalah mengguyur kepala Catherine dengan segelas jus buah naga tersebut.

Catherine mengeratkan giginya kuat-kuat. Hatinya panas membara. Dalam pikirannya hanya ada bayangan sang ibu yang sedang menangis.

Jasmine meletakkan gelas tersebut di atas meja Catherine lalu mundur dua langkah.

Dengan wajah pura-pura perihatin, gadis itu meminta maaf pada Catherine. "Ups, maaf, tanganku tidak sengaja tergelincir!"

"Tanganmu tergelincir di tempat yang tepat, Jas!" sahut Wanda.

Jasmine berbalik menatap Wanda yang sedang tertawa. Baru saja dia hendak membalas perkataan Wanda, saat Catherine dengan wajah dingin tiba-tiba berdiri di belakang gadis itu.

Tanpa pikir panjang, Catherine mengh4nt44m kepala Jasmine menggunakan gelas yang tadi dia gunakan.

Jasmine roboh seketika. Teriakan horor para penghuni kantin sontak menggema. Mereka berhamburan keluar, ketika Catherine dengan penuh amarah mulai menghampiri teman-teman Jasmine yang lain, termasuk Wanda.

Terpopuler

Comments

Siska Agustin

Siska Agustin

mereka bukan sahabat,kalo sahabat pasti gak akn bersikap kek gt disaat sahabat lainnya lagi kesusahan..mugkin selama ini mereka hanya manfaatin Catherine aja karna anak walikota..

2023-01-04

0

Lee

Lee

Dasar mantan shabat lucnut! Bagus caterin hajar itu cewe² resek..ksian bgt sih caterin gk ada yg nolongin..

2022-12-05

1

Buna Seta

Buna Seta

Waah Keitrin serem kepakanya bocor nggak tuh

2022-11-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!