Episode 5

Seketika, Reno terdiam.

Tatapannya jatuh pada sosok Mala yang berdiri di hadapannya dengan keberanian yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya.

Ada sesuatu pada diri Mala malam ini... sesuatu yang membuat Reno menelan ludah tanpa sadar.

Lekuk tubuh yang selama ini tersembunyi di balik gamis longgar, kini tampak lebih jelas lebih nyata lebih memesona.

Wajah Mala merona, pipinya merah, matanya berkilat gugup.

Tapi di balik kegugupan itu ada keberanian yang tak bisa Reno abaikan.

Kenapa Mas Reno menatapku seperti itu?

Suara Mala lirih, nyaris seperti bisikan.

Dan saat ia bergerak Reno bisa mendengar desahan kecil dari bibir merah itu. Suara yang sederhana namun cukup untuk membuat hatinya berdegup lebih cepat.

Mala apa kamu yakin ingin melakukan ini denganku?

Suara Reno berat, penuh keraguan... dan harapan yang tak bisa ia sembunyikan.

Mala mengangguk.

Aku istrimu, Mas Kau boleh mencintaiku kapan saja dari arah mana saja Aku ada dalam kuasamu dan aku hanya ingin merasakan cinta itu darimu yang selama ini aku tunggu."

Benarkah?

Mala tersenyum samar.

Di balik senyum itu ada ketakutan ada harapan dan ada cinta yang terlalu lama ia pendam sendiri.

Dia tahu lebih dari segalanya dia hanya ingin Reno mencintainya.

Bukan hanya untuk malam ini tapi untuk seterusnya.

Reno merasa berdebar-debar

Sialan, kenapa dia menyembunyikan ini dariku begitu lama?

apakah dia tidak tahu kalau aku mudah luluh dengan kemolekan dan keindahan gitar wanita? Gumam Reno

Mala mendekatkan wajahnya. Dengan keberanian yang baru ia temukan malam itu, ia mengecup bibir Reno dengan lembut, penuh rasa dan debar yang sulit dikendalikan.

Reno membalas ciuman itu... perlahan... hati-hati... seolah takut merusak sesuatu yang begitu rapuh namun begitu berharga.

Sentuhan tangannya jatuh di pundak Mala, turun ke lengannya… lalu berhenti di pinggangnya… menarik tubuh istrinya itu agar lebih dekat.

Mala terpejam, menikmati setiap debar, setiap hembusan napas Reno yang kini terasa begitu dekat.

Dan ketika jemari Reno menyentuh bagian tubuhnya yang selama ini hanya ia tutupi dan jaga… Mala tak bisa menahan desahan kecil yang lolos dari bibirnya.

Apa kita akan melakukannya di sini? tanya Reno, suaranya serak, penuh keraguan.

Mala membuka matanya, menatapnya penuh keberanian.

Kenapa tidak, Mas? Ini rumah kita. Di sini hanya ada aku dan kamu.

Senyumnya muncul samar. Tapi kalau Mas mau, aku ikut ke mana pun Mas inginkan

Reno mengangguk pelan. Tatapan mereka saling mengikat.Tak ada lagi jarak, tak ada lagi gengsi. Hanya ada dua hati yang akhirnya memilih saling mendekap dalam keheningan malam… dan dalam bisikan doa agar cinta ini bukan hanya tentang raga tapi juga jiwa.

Ehem lanjut saja Mas, ini terasa lebih hangat dari yang pernah aku bayangkan. Bisik Mala dengan suara bergetar, sambil mencondongkan tubuhnya mendekati wajah Reno.

Tanpa sadar, dadanya yang bergetar menyentuh pipi Reno, membuat pria itu terdiam sesaat menahan napas.

Wajah Reno memerah, tapi bukan karena malu melainkan karena gejolak yang tak bisa lagi ia bendung.

Teruskan Mas, jangan berhenti bisik Mala, suaranya nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk membuat Reno kehilangan seluruh kendali dirinya.

Semua rasa benci yang selama ini ia genggam malam itu seperti larut bersama tetesan keringat yang jatuh dari tubuh mereka.

Reno sudah tak lagi ingat alasan kenapa ia pernah begitu membenci perempuan ini.

Yang ia rasakan sekarang hanyalah gejolak yang tak bisa ditahan, rasa lapar yang sudah terlalu lama ia pendam, dan diam-diam amarahnya terhadap Dila entah kenapa, seolah ia lampiaskan dalam setiap sentuhan dan desahannya pada Mala.

Setiap kecupan Reno meninggalkan jejak

Jejak merah bukti bahwa malam ini hanya ada Mala di pikirannya.

Dan kini saat kendali berpindah sepenuhnya ke tangan Reno, ia mengangkat tubuh Mala dalam dekapan kuatnya.

Mala spontan melingkarkan kedua lengannya di leher Reno, berpegangan erat, takut jatuh dan secara refleks kedua kakinya ikut melingkari pinggang pria itu.

Kita mau ke mana Mas?

Tanya Mala dengan napas memburu, wajahnya bersandar di bahu Reno.

Reno menoleh pelan bibirnya menyentuh pelipis Mala, kemudian berbisik dengan nada berat, Aku mau sarapan dan kali ini aku mau kamu yang jadi menunya. Tapi tidak di sini aku nggak mau kalau tiba-tiba ada orang yang datang dan melihat kita dalam keadaan seperti ini Ayo ikut aku.

Dan tanpa menunggu jawaban Reno membawa istrinya menuju ruang yang lebih aman tempat di mana tidak ada siapa pun yang bisa mengganggu, selain detak jantung mereka sendiri dan perasaan yang baru saja mereka sadari sedang tumbuh perlahan dan tak bisa dihentikan.

Mala merasa jantungnya berdetak semakin cepat Baru saja ia mendengar sesuatu yang selama ini hanya ia harapkan dalam diam Suaminya akhirnya menyatakan cinta

Bawa aku ke mana pun Mas pergi Aku akan selalu ikut denganmu Ucap Mala dengan suara pelan namun penuh keyakinan

Untuk pertama kalinya sejak pernikahan mereka Reno membawa Mala masuk ke kamar yang selama ini selalu tertutup rapat baginya Kamar itu terasa seperti ruang asing Kamar di mana Reno biasa menyendiri mengunci diri dan menjauh dari segalanya Bahkan di malam pertama dulu Reno hanya membawanya ke kamar hotel tanpa pernah benar benar menyentuhnya

Namun pagi ini segalanya berbeda

Dengan satu gerakan Reno meletakkan tubuh Mala di atas ranjang besar yang terasa begitu lembut Mala terkejut Jantungnya berdebar debar melihat sosok suaminya yang kini menatapnya dengan tatapan baru Tatapan yang belum pernah ia lihat sebelumnya

Reno bergerak cepat Jemarinya menyusuri kulit Mala dengan gerakan lembut namun penuh hasrat Tangan Reno berhenti di bahu Mala lalu turun perlahan menyentuh bagian tubuh yang selama ini selalu ia tutupi Gerakan Reno seolah ingin menghapus semua jarak yang pernah ada

Mala menutup matanya Ia pasrah Namun dalam kepasrahan itu ada rasa hangat yang mulai tumbuh di dadanya Ada getar yang tak bisa ia jelaskan

Reno berhenti sejenak menatap dalam wajah istrinya

Apa kamu pernah melakukan ini dengan orang lain Mala tanyanya lirih

Mala membuka mata Menatap Reno dengan penuh kejujuran

Tidak Mas Ini pertama kalinya Mahkota ini hanya untuk suamiku hanya untukmu

Reno menarik napas panjang Ada sesuatu di dadanya yang seolah meledak Entah itu rasa haru atau rasa bersalah atau mungkin campuran dari semuanya

Dengan penuh kelembutan Reno mendekap Mala Ia ingin memastikan bahwa pagi itu adalah awal dari sesuatu yang baru di antara mereka Sebuah awal yang hangat penuh pengakuan cinta yang selama ini terkubur terlalu dalam

Mala mengerang pelan, suaranya nyaris seperti bisikan

Kenapa sakit ucap Reno pelan penuh perhatian

Mala mengangguk pelan Wajahnya memerah Dadanya naik turun menahan debar yang tak karuan Ada rasa aneh yang mengalir dari tubuhnya Rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya Sebuah campuran antara takut penasaran dan... sesuatu yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata

Apakah ini akan terus terasa sakit tanya Mala dengan suara gemetar

Reno menatapnya dengan lembut Jemarinya menyentuh pipi Mala dengan penuh sayang Kalau kamu bisa menikmati rasanya pelan-pelan sakitnya akan hilang Biarkan aku bantu ya Kamu mau kan

Mala menelan ludah kemudian mengangguk tanda setuju Meskipun gugup ia mencoba mempercayakan dirinya sepenuhnya kepada suaminya

Reno membimbingnya dengan penuh kesabaran Tangannya mengelus punggung Mala berusaha membuatnya rileks Memberi kecupan kecil di keningnya untuk menenangkan Tubuh mereka semakin dekat Nafas mereka saling bertemu Hangat dan penuh rasa yang belum pernah ada sebelumnya

Dengan gerakan perlahan Reno menyatukan tubuh mereka Dalam hening yang penuh debaran Dalam getar yang sulit dijelaskan Dengan hati-hati Reno memastikan bahwa setiap gerakan adalah tentang rasa Tentang kebersamaan Tentang pengakuan cinta yang baru saja lahir di antara mereka

Mala menutup mata Mencoba menikmati rasa baru yang perlahan menggantikan sakit dengan hangat Dengan nyaman Dengan perasaan bahwa malam ini mereka benar-benar menjadi sepasang suami istri

Mala sempat terkejut saat merasakan sesuatu yang besar mencoba masuk dalam tubuhnya Tubuhnya menegang Jemarinya tanpa sadar mencengkeram lengan Reno seolah meminta kekuatan tambahan

Sabar ya La bisik Reno dengan suara lembut dan menenangkan Ini hanya sebentar Kalau sakit kamu boleh cium aku biar hatimu lebih tenang

Mala mengangguk pelan meski wajahnya sudah memerah menahan debaran di dadanya Ia menarik Reno mendekat Lalu menempelkan bibirnya di pipi suaminya mencoba mengalihkan rasa yang mengalir deras dalam dirinya

Reno membalas dengan kecupan penuh kasih di keningnya Tangannya mengusap rambut Mala dengan lembut Perlahan ia terus membimbing seolah ingin memastikan semua berjalan tanpa membuat Mala merasa terluka lebih dalam

Mala mengerang pelan Jemarinya masih erat di bahu Reno Napasnya memburu seiring dengan setiap gerakan yang semakin dalam dan hangat Meskipun sempat terasa nyeri tapi perlahan rasa itu berganti menjadi hangat dan membawa desiran baru yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya

Reno menatap Mala dengan penuh rasa Hangat dari kulit mereka menyatu dalam satu tarikan napas Reno mengecup lagi pipi Mala kali ini lebih lama lebih dalam

Terima kasih sudah percaya sama aku bisiknya di telinga istrinya

Mala hanya bisa membalas dengan anggukan kecil dan senyuman samar yang muncul dari sudut bibirnya

Dan pagi itu menjadi awal dari kisah baru di antara mereka Sebuah ikatan yang kini benar benar nyata dan tak lagi hanya sekadar janji di atas kertas

Mala mengerang pelan, tubuhnya bergetar hebat saat merasakan sensasi baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Wajahnya memerah, matanya berkaca-kaca menahan gejolak yang bergemuruh dalam dirinya. Jemarinya mencengkeram bahu Reno, erat seperti ingin menyalurkan seluruh rasa yang tak mampu ia ucapkan.

Reno menatapnya dengan senyum tipis, ada rasa lega dan bahagia yang tak bisa ia sembunyikan. Dalam hatinya, ia menyesal. Selama ini ia terlalu buta untuk melihat ketulusan dan cinta Mala. Ia sibuk mengejar bayang-bayang yang salah, sementara wanita yang benar-benar mencintainya justru ada di hadapannya.

Gerakan mereka semakin menyatu, mengikuti irama alamiah yang membawa mereka ke titik yang lebih dalam. Mala perlahan mulai mengikuti gerakan Reno. Kakinya terangkat dan melingkari pinggang suaminya. Tubuh mereka bergerak dalam satu tarikan napas. Desahan dan lenguhan mereka saling bersahutan, memenuhi udara di kamar itu.

Reno menutup matanya, mengeratkan pelukannya. Setiap gerakan membuatnya semakin tenggelam dalam rasa yang selama ini ia abaikan. Ia terus membisikkan kata-kata lembut di telinga istrinya, menenangkan sekaligus membakar semangat Mala untuk terus bertahan dalam pelukan hangat itu.

Saat tubuh Reno mulai kehilangan kendali, ia memanggil nama yang membuat dadanya sesak.

Dilla

Ucapan itu meluncur begitu saja, membuat Reno terdiam sejenak. Tubuhnya masih dalam dekapan Mala, namun pikirannya berantakan.

Mala memeluk Reno lebih erat. Ia menutup matanya, mencoba mengabaikan rasa sakit di dadanya karena nama itu. Tapi di antara luka yang diam-diam menganga, ia tetap bersyukur karena setidaknya untuk kali ini, Reno benar-benar bersamanya.

Terima kasih, Mas. Ini pertama kalinya saya merasakan rasa seperti ini. Ucap Mala dengan suara lirih, hampir seperti bisikan yang tenggelam dalam keheningan pagi.

Reno hanya memejamkan mata. Napasnya berat. Tubuhnya jatuh lelah di atas Mala, terbaring dalam kehangatan yang baru saja tercipta. Dalam diam, Reno tahu hidupnya mungkin tak akan pernah sama lagi.

Kenapa kamu tidak pernah menunjukkan keindahan dan kemolekan tubuhmu selama ini padaku, Mala? Padahal kalau kamu mau berpakaian sedikit lebih terbuka, kamu bisa menjadi model ternama.

Mala tersenyum malu. Pipinya bersemu merah, namun sorot matanya tetap lembut dan penuh ketulusan.

Enggak, Mas. Semua yang kumiliki hanyalah milikmu. Bukan untuk konsumsi publik. Dan aku tidak ingin ada orang lain yang menikmati tubuhku, kecuali suamiku.

Mendengar pernyataan itu, Reno terdiam. Dadanya bergemuruh. Ada sesuatu yang hangat menjalari hatinya. Ia tak pernah menyangka, perempuan yang selama ini ia abaikan, ternyata menjaga dirinya begitu baik.

Ternyata istri yang aku benci… sesuci ini. Gumam Reno dalam hati.

Mala tersenyum lebih lembut. Ia mendekatkan wajahnya. Jemarinya menyentuh pipi Reno dengan penuh kasih.

Mas hanya kamu yang boleh melihat dan menyentuh tubuhku.

Apakah itu benar? Jadi aku boleh menyentuhmu lagi?

Kapan pun Mas mau. Aku sepenuhnya milikmu. Ucap Mala sambil mengecup bibir Reno dengan penuh cinta.

Reno tak tinggal diam. Ia membalas kecupan itu dengan penuh gairah. Tangannya melingkari pinggang Mala, menarik tubuh istrinya lebih dekat. Ia memutar tubuh Mala dan kini memeluknya erat, seolah tak ingin melepaskannya lagi.

'Mas, aku boleh tanya sesuatu?'

'Tentu, kamu mau tanya apa?'

'Siapa Dilla yang tadi Mas sebut?'

Reno tercekat. Dalam hatinya, ia mengumpat. Sial, kenapa aku bisa menyebut nama Dilla tadi? Kacau.

Mas? ucap Mala, menyadarkan lamunan Reno.

Reno hanya tersenyum tipis. Ia menarik kepala Mala, lalu mengecup kening istrinya tanpa memberi jawaban. Setelah itu, Reno memeluk tubuh Mala lebih erat dan memejamkan matanya, seolah ingin melupakan segalanya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

yg lu tidurin mala sebut dilla jalang laki goblokkkk

2025-07-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!