Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Melainkan sebuah pengajaran di kehidupan yang fana ini. Sebuah kehidupan di mana kita dihadapkan dengan suatu masalah. Biarkan aku berpikir untuk apa aku melakukan semua hal demi bisa mendapatkan hatinya.
Hati seorang pria bisa luluh dan hancur. Karena kata orang, hati ini bukan terbuang dari baja ataupun batu. Menjadi pemeran protagonis dalam kisahku sendiri memang tidak mudah. Kadang kita juga perlu menjadi seorang antagonis yang kuat. Yang bisa bertahan dari segala kemungkinan. Dengan segala kekuatan dan semangat yang kita miliki. Berusaha dengan giat dan tekun demi mencapai tujuan hidup yang baik.
Oke, isi ceramah pagi ini sudah selesai. Kembali kita berlanjut dalam kisahku yang penuh haru dan pilu. Ketika melihat foto besar di dinding. Menggantung dengan indah di cakrawala penglihatanku.
"Mama, aku pulang!" Sumber suara itu berasal dari seorang yang sudah pasti aku kenal. Yah, siapa lagi kalau bukan sang penghianat cinta? Dialah Clarissa Ranudipta.
Seorang yang masih berstatus gadis tapi bukan lagi perawan. Seperti sebuah lagu saja, yah. Tapi lagu pun berawal dari kisah nyata yang dikembangkan menjadi sebuah karya seni. Yang bahkan aku tidak tahu menahu soal itu.
"Eh ... Devan? Kamu ada di sini?" Terlihat wajah Clarissa seperti menyembunyikan sesuatu dariku. "ma, aku mandi dulu, yah. Muach." Setelah mencium wanita yang duduk di meja makan langsung pergi.
Aku tidak mengatakan apapun dan dia juga terlihat cuek dengan kehadiranku. Apakah dia memang tidak menyukaiku? Padahal dia sendiri yang telah berselingkuh dariku.
Sebenarnya bukan hanya satu kali dia terlibat asmara dengan pria lain. Namun aku selalu memaafkan dia. Tanpa ku tahu di belakangku, sudah melakukan hubungan suami-istri. Padahal statusnya adalah pacarku, yang bahkan tidak pernah melakukan gak itu.
Aku juga tidak tahu bagaimana hubungannya dengan para lelaki selingkuhannya dulu. Mungkinkah dia juga membiarkan tubuhnya dinikmati bersama dengan laki-laki lain? Sungguh malang nasibku jika itu benar-benar terjadi.
Bak nestapa menyelimut dusta. Menggagalkan asa, terpelanting oleh ketidakberdayaan. Sebagai laki-laki yang menerima konsekuensinya, aku sudah tidak ingin lagi menerkanya. Buang rasa itu jauh-jauh dari pikiranku.
"Devan, maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulangi lagi. Sungguh, hanya ada kamu dalam hatiku. Ku mohon maafkanlah, oke?"
Teringat janji-janji yang diucapkan setelah ketahuan selingkuh. Itu beberapa bulan yang lalu, saat ku pergoki dia jalan bermesraan dengan Aldi, lelaki yang pernah menjadi teman sekolahnya. Juga ada beberapa orang yang lain. Ada juga Alex yang pernah terlihat saling bercumbu dengannya.
"Kamu kenal dengan Clarissa? Untung saja kamu temannya, kan?" tanya perempuan itu, menatap ke arahku.
Padahal Clarissa adalah pacarku satu-satunya. Tapi tidak tahu kalau dia punya pacar lain. Yah, aku cukup tahu dan sadar diri, hanya menjadi lelaki bodoh. Sangatlah bodoh.
"Iya. Aku kenal dia. Sudah sejak beberapa tahun yang lalu. Kami teman satu sekolah juga." Yah, aku memang sekolahnya terlambat. Karena kondisiku yang tidak bisa diceritakan pada siapapun, nuatanya aku sering tinggal kelas. Hingga akhirnya bisa satu tingkat dengannya.
"Berarti kamu masih muda banget, dong. Clarissa mungkin baru pulang dari rumah pacarnya. Aku sebagai ibu juga sudah melarangnya menginap di rumah pacarnya itu. Tapi yah, namanya anak muda jaman sekarang. Semoga saja pacarnya bisa menjaga dia. Hampir setiap malam dia menginap di rumah pacarnya."
Padahal akulah yang secara resmi menjadi pacar Clarissa. Dan aku tidak sekalipun mengajaknya menginap di rumah orang tuaku. Bahkan aku tidak pernah mengizinkan dia menginap. Aku juga tidak boleh datang ke rumah ini. Entah apa yang terjadi, sejak pacaran denganku, aku baru tahu rumahnya di sini. Ini pun karena ibunya yang membawaku ke sini.
"Ayo makan masakan tante. Atau kamu memanggilku bibi? Ah, aku tidak tahu kamu harus manggilnya apa. Cepatlah makan kalau begitu."
"Enggak, Kakak. Eh, aku panggil kakak saja, yah. Soalnya masih muda gini. Aku ragu, kau mamanya Clarissa. Soalnya masih muda banget," godaku pada wanita yang belum ku ketahui namanya.
"Aduh, jadi malu ini, anak muda sepertimu malah suka menggoda orang tua, hihihi. Kalau begitu, terserah kamu aja, deh. Kalau begitu, aku panggil 'Dek Devan' aja, yah."
"Mana ada tuanya? Umur kakak berapa, emangnya?" Aku yakin kalau wanita di depanku ini menikah muda. Kalau tidak, Clarissa bukan anak kandungnya. Atau bisa jadi itu anak dari suaminya.
"Hahaha! Cepat makannya. Setelah itu, kamu bisa tidur lagi. Itu kamar yang kamu tempati semalam itu kamarku dengan mantan suamiku. Bisalah, janda ditinggal pergi."
Wah, ternyata dia seorang janda yang cukup menarik. Maafkan aku karena memiliki niat buruk. Clarissa, mungkin aku bisa membalaskan dendamku padamu. Otak encerku sangat berguna di saat-saat seperti ini. Apalagi aku tipe orang yang pendendam dan suka dengan hal-hal baru.
Jangan kita aku hanya akan menjadi pemuda polos yang tidak tahu apa-apa. Jika tidak bisa menghancurkanmu, akan kuhancurkan dari keluargamu. Aku Devan Juliardi, akan menjadi pria sekuat baja. Membalaskan dendam dengan cara yang tidak biasa.
Aku memutuskan untuk meninggalkan rumah ini sebelum Clarissa datang. Lagipula ku yakin, dia akan lama berada di kamar. Dia juga tidak mungkin tahu, aku melihatnya bersama selingkuhannya.
"Kakak. Makanannya enak banget, loh. Jadi pengin makan di sini setiap hari. Tapi–"
"Tapi apa? Bukankah kamu temannya Clarissa? Tapi kelihatannya kamu tidak terlalu akrap dengannya. Sudahlah, kamu bisa menemui kakak lain kali, hihihi."
Tawanya aja bikin aku kepincut. Apalagi jika dia aku jadikan media balas dendamku. Mungkin dengan ini, dapat membuatku senang.
"Hehehe, kalau begitu, kakak yang menjadi temanku saja, deh. Kita kenalan lagi, yuk. Perkenalkan, namaku Devan Juliardi. Dan siapa nama kakak cantik di hadapanku?" Aku mengulurkan tangan padanya. Ini adalah perkenalan resmiku sebelum ku mulai rencana licikku. Hahaha.
"Perkenalkan, namaku Kirana Raqilla. Usiaku saat ini tiga puluh delapan tahun. Salam kenal, adek ganteng kesayangan kakak." Senyumnya cukup mempesona. Membalas uluran tangannya yang lembut.
Sepertinya aku bisa mendapatkan kesempatan memulainya. Yah, apa yang ada di benakku saat ini adalah dengan mendekati wanita yang telah melahirkan Clarissa. Jika perlu, aku bisa menikahinya, bukan? Hahaha! Benar-benar rencana jahat telah terpatri dalam diriku.
"Hai, Kak Kirana. Mulai saat ini, kamu adalah temanku yang paling cantik di dunia." Sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah mata.
"Aduh, kamu ini gimana? Tapi kakak suka berteman dengan anak sepertimu. Kapan-kapan kalau ada waktu, bisa jalan bareng dan disangka dapat berondong baru, hahaha!"
"Boleh juga, Kak. Lagian umur hanyalah angka. Tapi hari ini aku sudah ada janji dengan mamaku untuk mengantar ke pasar. Maklum, aku anak satu-satunya dalam keluarga. Dan laki-laki satu-satunya juga di rumah."
"Kalau begitu, titip salamku pada mamamu, yah. Kapan-kapan ajak ke sini, mungkin kita bisa jadi besan atau jadi mama mertua, ahihihi."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments