Entah apa yang telah aku alami, sehingga membuatku bangun di tempat yang tidak ku ketahui. Yah, sekarang aku berada di suatu kamar mewah. Tentu ini bukan kamar tempatku biasanya tidur. Dan apa ini? Mengapa aku tidak memakai pakaian?
Kulihat sekeliling tidak ada seorangpun di sini. Apa mungkin aku diculik oleh wanita tua dan ingin dijadikan suami? Wah, ini tidak mungkin terjadi. Kecuali kalau wanita itu masih cantik dan menggoda, mungkin aku mau dengannya. Meski terpaut usia yang jauh.
"Ah, sial! Kenapa pikiranku jadi kacau begini?" Daripada memikirkan sesuatu yang tidak mungkin, ku putuskan untuk meninggalkan ruangan ini.
Aku bertanya-tanya, apa yang terjadi denganku. Ah, pertanyaan yang sama seperti yang aku pikirkan sejak bangun tidur. Mungkin saja pikiranku tersesat setelah mengalami mimpi buruk ini. Atau sekarang aku sedang mengalami mimpi. Entah akan indah pada waktunya atau malah akan menghancurkan kehidupan mudaku.
"Kamu yang di sana, sudah bangun, kah? Kalau sudah, saya tunggu di luar." Suara seorang wanita yang terdengar seksi.
Buang jauh-jauh pikiran tak menentu ini. Mungkin dia orang yang ada dalam mimpiku semalam? Yah, aku samar-samar mengingat sesuatu. Seorang wanita cantik agak mirip dengan Clarissa. Namun usianya terlihat lebih dewasa dan tubuhnya itu, loh. Aduh, mengapa otakku berpikiran sesat begini?
Jam menunjukan pukul tujuh pagi. Aku biasanya memang suka bangun siangan. Apalagi kalau hari libur seperti sekarang ini. Lebih enak jika menikmati hari libur dengan tiduran di kamar tercinta. Memeluk guling dan membuat gambar pulau dengan air liur yang kian menetes tiada henti.
Kamar ini memang terkesan mewah dan kurasa tempat tidurnya cukup luas juga. Seperti kamar yang ditempati oleh mamaku. Yah, mamaku seorang janda dan belum memiliki suami lagi. Sejak kematian ayahku yang sudah lupa, berapa tahun. Mamaku tidak pernah dekat dengan pria atau om-om manapun. Meski sebenarnya yang aku inginkan adalah adik perempuan yang cantik dari wanita yang telah membuatku berada di dunia ini. Terjebak dalam badai kehidupan yang mengancam jiwa dan ragaku.
"Duh, kenapa ini otak sudah tidak beres, yah? Mau ngapain juga aku ini? Sempat-sempatnya aku kayak orang gila di rumah orang."
Aku hanya bisa berbicara seorang diri karena aku gila. Yah, aku seorang pemuda yang tergila-gila pada wanita cantik dan memiliki tubuh seksi. Meski sampai usiaku yang hampir seperempat abad, masih belum tidur dengan wanita atau gadis manapun.
Itu mungkin yang membuat Clarissa selingkuh dariku. Mungkin itu sebabnya dia memilih pria lain sebagai penyalur hasratnya. Sementara diriku? Hanyalah seonggok sampah kering tak bermakna.
Di dalam kamar juga memiliki kamar mandi yang besar. Ada wastafel dan ada juga beberapa barang-barang wanita yang tak bisa kusebut satu persatu. Yah, aku tidak tahu menahu soal barang-barang wanita itu. Seperti benda lonjong yang seukuran gagang cangkul. Tapi bentuknya aneh dan sepertinya aku berpikiran kotor lagi. Entah barang apa dan gunanya untuk apa, aku pun tidak tahu.
"Kamar mandinya bersih dan wangi. Huahhh, kalau lama-lama di sini pasti betah. Aku terjebak dalam dunia yang berbeda. Bangun di kamar seseorang yang tidak kukenal."
Selesai mencuci tangan, wajah dan lainnya, aku keluar kamar. Berjalan dengan mengendap-endap dan kulihat seorang wanita cantik dan tubuh yang sempurna lewat di depanku. Ku taksir usianya mungkin ada dua puluh tujuh ke atas. Paling tidak seumuran tiga puluh tahunan ke atas.
"Kamu sudah bangun? Maaf, saya bawa kamu ke rumahku karena semalam kamu mabuk. Sepertinya kamu juga habis putus cinta sama pacarmu. Tapi kamu jangan sedih begitu. Banyak gadis-gadis cantik yang pastinya mau denganmu."
"Maaf, Kakak. Aku tidak ingat apa yang terjadi kemarin." Melihat parasnya yang cantik, siapa yang tidak gugup? Aku hanyalah lelaki biasa yang tak tahan akan godaan seperti itu.
"Kakak? Ah, mungkin kamu seumuran atau lebih tua beberapa tahun dengan anakku. Malah panggil kakak segala. Oh iya, siapa namamu? Kita makan bareng, yah," ajak wanita itu seraya tersenyum.
"I-iya, deh." Aku mengiyakan saja karena kebetulan perut ini sudah sangat lapar. Cacing-cacing pun terus berontak ingin mendapatkan bagiannya.
Dari kemarin siang adalah terakhir makan sesuatu. Malamnya bukannya makan malah diajak mabuk sampai lupa, jalan-jalan ke luar dan bertemu wanita yang saat ini di depanku.
"Anak muda sepertimu memang sedang masa-masanya. Sedang dalam usia keemasan jadi tidak heran kalau tertarik pada lawan jenis." Wanita itu masih menyunggingkan senyumnya. Tak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Namun tampak mencurigakan.
"Maaf, Kak. Kalau boleh tahu, semalam aku ngapain aja, yah? Maaf, kalau kiranya aku berbuat kurang ajar. Aku belum pernah mabuk sebelumnya."
"Its okay. Mungkin kamu baru mengalami putus cinta. Ah, biasalah anak muda sepertimu. Tapi maafkan saya juga. Malah kubawa adik ini ke rumahku. Tapi di jalan tidak ada orang lain. Dan kurasa kamu anak baik-baik. Jadi saya memutuskan sendiri."
Iya memang, aku orangnya baik-baik. Tidak banyak bertingkah dan tidak ada yang bisa mengalahkan ketampananku. Eits, kok malah mikirin kek gitu? Dasar pikiranku entah bagaimana, mengapa bisa oleng seperti ini.
Saat duduk di meja makan, tanpa malu-malu aku mengambil nasi dan lauk. Si kakak yang cantik itu sangat perhatian padaku. Sampai mengambilkan makan untukku. Sudah dimasakin saja sudah buatku senang dan bahagia dunia akhirat. Tapi malah ditambah dengan diberi makanan istimewa ku duduk di muka. Ku duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja. Eh, kenapa malah nyanyi? Saking terbawa suasana kayaknya.
"Hehh, tadi kamu belum jawab pertanyaanku. Namamu siapa, yah?" tanyanya penasaran. Wajahnya jika dilihat dari dekat, mirip dengan Clarissa. Walau wanita ini masih lebih cantik.
"Ehh, aku Devan. Aku mengucapkan terima kasih dan mohon maaf dengan apa yang terjadi. Maaf banget, jadi merepotkan, nih."
"Santai saja lah. Lebih baik kamu makan dan setelah itu bisa lanjut tidur. Saya tinggal hanya berdua dengan putriku Clarissa. Kalau kalian berjodoh, mungkin pernah bertemu di jalan. Atau kamu kenal dia? Semalam dia gak pulang, mungkin dibawa sama pacarnya."
Terlihat wajah wanita itu murung setelah membicarakan putrinya. Aku tidak tahu gadis seperti apa yang menjadi putrinya. Memang zaman sekarang sudah zamannya sudah akhir. Siapapun pacarnya, dia harus dihajar habis-habisan karena membawa seorang gadis pergi semalaman.
Tapi tunggu dulu. Clarissa? Bukankah Clarissa nama pacarku yang selingkuh itu? Tapi bisa saja itu nama yang sama. Hanya saja nama Clarissa yang ku kenal hanya seorang saja. Kemungkinan aku tidak mengenal anak wanita itu.
"Itu di tembok pinggir lemari sana ada photo Clarissa. Mungkin saja kamu kenal dan kasih tahu pacarnya agar tidak menbawa anak gadisku."
Degh!
Ternyata gadis yang bernama Clarissa itu orang yang sama. Perempuan yang telah menghianati kesetiaanku padanya. Orang yang telah mengambil hatiku lalu dihantam dengan sangat keras. Hati ini semakin remuk mendengarnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments