Nizam memapah Ibu Indah keluar rumah Pak Adjat. Ia dan Ibu Indah tidak pamit sama sekali kepada Rindu dan keluarga Rindu. Hanya papah Zahra dan orang tua Nizam yang berpamitan kepada Rindu dan keluarga Rindu.
“Pak Adjat, maafkan Nizam jika tidak bersikap sopan kepada Pak Adjat,” ucap Pak Haidar papahnya Nizam.
“Tidak apa-apa, Pak Haidar. Saya mengerti,” jawab Pak Adjat.
“Kami permisi pulang dulu,” kata Pak Haidar.
“Makan dulu, Pak. Istri saya sudah menyiapkan hidangan makan siang,” kata Pak Adjat.
“Terima kasih, Pak Adjat. Saya masih ada urusan yang lain,” jawab Pak Haidar.
“Lain kali kalau saya ada waktu, kita makan siang bersama,” kata Pak Haidar.
“Baiklah, Pak Haidar,” kata Pak Adjat.
Pak Haidar dan Ibu Neri menyalami Pak Adjat dan Ibu Emin. Rindu menghampiri mereka.
“Rindu, kami permisi pulang dulu,” kata Pak Haidar kepada Rindu.
“Iya, Pak,” Rindu mencium tangan Pak Haidar da Ibu Neri. Bagaimanapun juga Pak Haidar dan Ibu Neri sudah menjadi mertua Rindu.
“Assalamualaikum,” ucap Pak Haidar.
“Waalaikumsalam,” jawab semua orang yang berada di ruangan tersebut.
Pak Haidar dan Ibu Neri keluar dari rumah Pak Adjat. Di depan rumah Pak Adjat banyak tetangga yang berkerumun melihat ke rumah Pak Adjat. Mereka sepertinya ingin tau ada acara apa di rumah Rindu. Mereka saling berbisik ketika melihat Pak Haidar dan Ibu Neri keluar dari rumah Pak Adjat. Namun Pak Haidar dan Ibu Neri tidak menghiraukan ketika mereka menjadi perhatian penduduk sekitar.
Kini tinggallah Pak RT dan para tetangga dan keluarga dekat yang masih berada di rumah Pak Adjat. Pak Adjat mempersilahkan tamunya untuk makan. Rindu masuk ke dalam kamarnya sambil membawa buku akta nikah miliknya dan milik Nizam. Nizam meninggalkan buku akta nikah yang sudah ia tanda tangani. Dia benar-benar tidak membutuhkan buku akta nikah.
Di dalam kamar Rindu ada Rida serta adik-adik sepupunya.
“Tamunya sudah pulang, Teh?” tanya Rida.
“Sudah,” jawab Rindu.
“Apa itu, Teh?” tanya Mira melihat buku akta nikah yang dibawa Rindu.
“Buku akta nikah,” jawab Rindu.
“Lihat, Teh,” kata Mira.
Rindu memberikan buku akta nikah kepada Mira. Nisa dan Rida juga penarasan dengan buku akta nikah yang diberikan Rindu. Mereka membuka akta nikah milik Rindu dan Nizam.
“Ternyata Pak Nizam ganteng juga, ya,” kata Mira ketika melihat foto Nizam.
“Memang ganteng, tapi sayang mukanya sangar. Seperti mau makan orang,” sahur Nisa.
“Kamu sudah pernah lihat wajah Pak Nizam dari dekat. Kalau Teteh dan Teh Rida lihat wajah Pak Nizam dari jauh,” kata Mira kepada Nisa.
“Sama saja, dekat dan jauh tidak ada bedanya. Wajahnya sama-sama mengerikan,” ujar Nisa.
Mira membaca buku akta nikah. Ia membaca identitas Nizam yang tercantum di buku nikah.
“Pak Nizam masih muda. Baru tiga puluh lima tahun,” kata Mira.
“Usia segitu sudah tua,” sahut Rida.
“Kalau Ibu Zahra usianya berapa tahun?” tanya Mira kepada Rindu.
Rindu berpikir sejenak.
“Kalau tidak salah dua puluh delapan tahun,” jawab Rindu.
“Ternyata masih muda juga, ya. Jaraknya jauh dengan Pak Nizam,” kata Rida.
Tiba-tiba pintu kamar Rindu di buka dari luar. Ibu Emin muncul dari balik pintu.
“Ternyata kalian di sini? Ibu cari kalian kemana-mana. Ayo makan dulu!” kata Ibu Emin.
“Sebentar, Bu. Lagi penasaran dengan biodata Pak Nizam,” ujar Nisa.
“Tidak ada yang istimewa dengan biodatanya, sama-sama manusia,” ujar Ibu Emin.
“Rindu, simpan baik-baik buku akta nikah. Jangan sampai hilang!” kata Ibu Emin.
“Iya, Bi,” jawab Rindu.
“Ayo kalian makan dulu!” kata Ibu Emin.
“Iya, Bu,” jawab Nisa dan Mira.
“iya, Bi,” jawab Rindu dan Rida.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Yani
Rindu harus kuat dan sabar menghadapinya
2023-08-21
1
Emma Tea
yang sabar ya Zahra dalam menghadapi sikap nya pak Nizam nanti
2022-12-17
1
Melisaa
percuma tampan ganteng tpi perilaku tidak mencerminkan sama sekali kyk ga ada etitut gitu
2022-12-02
3