MILYUNER DAN IBU PENGGANTI

MILYUNER DAN IBU PENGGANTI

1. Paman Marah

“Asatagfirullahalazdim. Istigfar, Rindu! Kamu tau apa yang dimaksud dengan ibu pengganti? Itu haram, tidak diperbolehkan oleh agama kita,” seru Adjat dengan marah.

Rindu hanya diam sambil menundukkan kepalanya.

“Walaupun kau menjadi istri siri tapi tetap saja anak yang akan kamu kandung bukan benihmu dan suamimu. Tapi benih dari suamimu dengan istri sahnya. Itu haram, Rindu,” kata Pak Adjat.

“Tapi bukankah ada sebagian ulama memperbolehkan asalkan ada kesepakatan satu dengan yang lain,” kata Rindu membela diri.

“Walaupun ada ulama yang memperbolehkan, tetap saja Paman tidak mengijinkanmu untuk menjadi ibu pengganti! Walaupun alasanmu menjadi ibu pengganti karena untuk menyelamatkan rumah ini,” kata Pak Adjat.

“Paman.”

Rindu belum menyelesaikan kata-katanya namun bibi menahannya.

“Sudah, Rindu. Dengarkan apa kata pamanmu, ini semua demi kebaikanmu,” kata Ibu Emin.

“Tapi, Bi,” ujar Rindu.

“Bibi tau maksudmu baik. Tapi yang kamu lakukan itu salah,” kata bibi.

Rindu menghela nafas. Ia tidak bisa berkata lagi.

Terdengar suara adzan magrib dari masjid.

“Sudah magrib. Paman mau bersiap-siap ke masjid,” kata Pak Adjat.

Pak Adjat pergi ke kamar untuk bersiap-siap ke masjid. Tak lama ia keluar dari kamar dengan menggunakan baju koko dan sarung.

“Bu, Ayah ke masjid dulu. Assalamualaikum,” ucap Pak Adjat.

“Waalaikumsalam,” jawab bibi dan Rindu.

Pak Adjatpun keluar dari rumah dan pergi ke masjid.

“Sekarang kamu sholat dulu agar pikiranmu tenang,” kata Ibu Emin.

“Iya, Bi,” jawab Rindu.

Rindupun menuju ke kamarnya untuk sholat. Ibu Emin memperhatikan keponakan suaminya. Ia ingat dua puluh tahun yang lalu ketika ia dilamar oleh Pak Adjat. Pak Adjat datang melamar sambil membawa dua keponakan perempuannya yaitu Rindu dan Rida. Waktu itu Rindu masih berusia tiga tahun dan Rida berusia satu tahun. Pak Adjat melamarnya bukan hanya untuk menjadi istrinya, tapi juga untuk menjadi ibu untuk Rindu dan Rida.

Kakak kandung Pak Adjat dan istrinya meninggal dunia karena kecelakaan motor. Motor mereka ditabrak dari belakang oleh pengemudi mobil yang tidak bertanggung jawab. Beruntung waktu itu mereka tidak membawa Rindu dan Rida. Waktu itu Rindu dan Rida dititpkan kepada tetangga yang biasa mengasuh mereka. Orang tua Rindu dan Rida memiliki rumah, namun rumah itu terpaksa Pak Adjat jual untuk membayar kuliah Rindu dan Rida.

Namun ketika Haikal putra sulung mereka masuk kuliah, mereka tidak memiliki uang. Terpaksa Pak Adjat meminjam uang ke bank untuk membiayai kuliah Haikal. Sebenarnya Pak Adjat masih memiliki uang hasil penjualan rumah orang tua Rindu dan Rida, namun Pak Adjat tidak ingin memakai uang itu. Karena uang itu adalah hak Rindu dan Rida.

Ketika Pak Adjat dan Ibu Emin sedang membicarakan cicilan hutang mereka di bank tanpa sengaja terdengar oleh Rida. Ridapun mengadu kepada Rindu. Semenjak itulah Rindu nekad memberanikan diri untuk menjadi surrogate mother.

Di dalam kamar Rindu ada adik dan sepupu-sepupunya yang sedang ngumpet sambil mendengarkan percakapan Rindu dan pamannya.

“Ayah marah ya, Teh?” tanya Nisa.

Rindu tersenyum lalu mengusap kepala adik sepupu.

“Ayah marah karena Teteh nakal tidak menurut sama Ayah,” jawab Rindu.

“Lalu nanti kita tinggal dimana, Teh?” tanya Mira.

“Kalian akan tetap di sini. Biar Teteh yang mencari uangnya untuk menebus rumah ini,” jawab Rindu.

“Sekarang kalian sholat dulu,” kata Rindu.

“Iya, Teh,” jawab Nisa dan Mira.

Nisa dan Mira keluar dari kamar Rindu. Tinggallah Rindu dan Rida yang berada di dalam kamar.

“Bagaimana kalau paman tetap tidak mengijinkan?” tanya Rida.

“Teteh akan tetap menjalankan rencana Teteh. Teteh tidak ingin kalian harus pindah dari satu rumah ke rumah yang lain,” jawab Rindu.

“Lalu siapa yang akan menikahkan Teteh?” tanya Rida.

“Terpaksa dengan cara wali hakim,” jawab Rindu.

“Sekarang kamu sholat magrib. Nanti setelah makan malam kamu akan membuat rekening bank,” kata Rindu.

“Hah? Malam-malam begini mana ada bank yang buka?” tanya Rida.

“Bisa dengan cara online. Teteh sudah download aplikasinya,” jawab Rindu.

“Ayo, kita sholat dulu,” ajak Rindu.

Rida dan Rindu keluar dari kamar mereka untuk berwudhu.

***

Rindu sedang mencatat koleksi terbaru yang baru datang.

“Rindu, dipanggil Ibu Zahra,” kata Lena setelah turun dari lantai dua.

“Iya,” jawab Rindu. Rindu menghentikan pekerjaannya.

“Len, titip ya,” kata Rindu kepada Lena.

“Oke,” jawab Lena.

Rindu naik ke lantai dua menuju ke ruang kerja Zahra pemilik butik tempat Rindu bekerja.

Tok tok tok. Rindu mengetuk pintu ruang kerja Zahra.

“Masuk,” terdengar jawaban dari dalam.

Rindu membuka pintu. Di dalam ruang kerja Zahra ada suami Zahra.

“Masuk, Du,” kata Zahra.

Rindu masuk ke dalam ruangan Zahra kemudian menutup kembali pintunya.

“Duduk, Rin,” kata Zahra.

Rindu duduk di sofa.

“Sayang, ini pegawaiku yang aku ceritakan waktu itu. Namanya Rindu. Rindu ini sarjana design. Usianya baru dua puluh tiga tahun. Dia masih gadis dan belum menikah,” kata Zahra kepada Nizam.

“Rindu, kenalkan ini suami saya Nizam. Kamu pasti sudah sering bertemu dengannya,” kata Zahra kepada Rindu.

Nizam memandang Rindu dengan tajam, seolah-olah ia sedang mengintimidasi Rindu.

“Benarkah kamu masih gadis?” tanya Nizam dengan tegas.

“Iya, Pak,” jawab Rindu.

“Kamu punya kekasih?” tanya Nizam lagi.

“Tidak punya, Pak,” jawab Rindu.

“Kamu pernah berhubungan badan dengan laki-laki?” tanya Nizam.

“Abang!” seru Zahra.

Nizam menoleh ke istrinya.

“Sayang, aku tidak mau kalau nanti anak kita tertular penyakit kotor dari dia,” kata Nizam kepada Zahra.

“Nanti dia di screening kesehatan dulu sebelum benih kita ditanamkan ke rahimnya,” kata Zahra kepada Nizam.

“Dan harus dipastikan selama proses sampai anak kita lahir perempuan ini tidak berhubungan dengan laki-laki,” kata Nizam.

“Aku tidak mau anak-anak kita tertular penyakit kotor dari orang lain,” lanjut Nizam.

“Tentu saja, Abang. Itulah kenapa Abang harus menikah siri dengannya. Agar dia tidak bisa berhubungan dengan laki-laki lain, karena status dia sebagai istri Abang,” jawab Zahra.

“Kenapa harus nikah siri? Apa tidak ada cara yang lain? misalnya dengan perjanjian,” tanya Nizam.

“Tentu saja nanti ada penandatanganan kontrak, dan di dalam kontraknya akan disebutkan kalau Rindu dilarang berhubungan dengan laki-laki lain. Tapi bagaimanapun juga Zahra ingin menjadi halal jika status Rindu adalah istri Abang,” jawab Zahra.

“Bagaimana bisa menjadi halal? Sudah jelas-jelasan banyak ulama mengharamkan ibu pengganti,” kata Nizam.

Nizam memegang kedua tangan Zahra.

“Zahra, I love you. Walaupun kamu tidak bisa memberikan keturunan untuk Abang, Abang akan selalu cinta kamu. Abang terima semua kekuranganmu. Jadi lupakanlah rencana ini. Kita cari bayi untuk kita angkat menjadi anak kita,” kata Nizam sambil memandang Zahra dengan lembut dan penuh cinta.

“Kamu mau punya anak berapa? Lima atau sepuluh atau lima belas? Abang sanggup mencarikan kamu anak yang banyak,” tanya Nizam.

Rindu diam sambil memandangi kedua suami istri itu.

“Kalau Abang sayang sama Zahra, tolong kabulkan permintaan Zahra. Zahra ingin memberikan Abang anak dari darah daging Zahra sendiri,” kata Zahra.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

izin baca thor 🙏..

2023-11-13

2

Yani

Yani

Masih nyimak

2023-08-21

1

Yani

Yani

Mampir ah....

2023-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!