Vania Larissa Widjaya berusia 22 tahun, anak kedua dari Bapak Rahardian Widjaya pemilik saham utama Firma Grup.
Seorang Asisten memimpin rapat memperlihatkan nama Vania serta paras nya yang cantik dipampang di layar proyektor dalam rapat tahunan yang diselenggarakan oleh perusahaan multinasional itu.
Sang pemilik menyebutkan anak keduanya sebagai penerus perusahaan nya, mengingat studi Vania yang tinggal sebentar lagi.
Banyak sekali riuh tepuk tangan atas pengenalan itu, namun juga banyak yang membicarakan bahwa rumor sang anak pertama Randy Pratama Widjaya yang kini berusia 29 tahun adalah anak adopsi, rumor itu semakin di perkuat karena dirinya hanya menduduki jabatan manager saja di perusahaan orangtuanya sendiri.
Meskipun rapat telah usai, namun masih saja para karyawan terus bergosip tentang rapat yang sedikit pro kontra tadi, mengapa tidak memberikan saja jabatan CEO kepada anak pertamanya yang sudah sangat terbukti berkompeten, malah memberikan jabatan CEO kepada anak kedua yang baru lulus dan akan menjajaki dunia kerja, anggapan yang tak lain dan tak bukan adalah karena sang kakak hanyalah anak adopsi, namun pak Rahardian sendiri terus menangkis rumor itu dengan membuat persepsi nya sendiri.
Randy duduk di kursi ruangannya sembari melamun memikirkan Vania, kenapa hari ini sikapnya sangat dingin padanya, ia tiba-tiba memejamkan matanya kuat dengan pemikiran yang tiba-tiba terlintas di otaknya.
" Apa aku menendang p@yudara nya, pasti sangat sakit sekali," Randy meringiskan wajahnya membayangkan rasa ngilu itu.
Ia lantas meraih handphone nya dan mengirimi pesan singkat kepada adiknya.
My Sister : Vania, kakak minta maaf ya, kalau misalnya ada yang sakit bilang sama kakak, biar kakak bawa kamu ke dokter.
Randy mengirim pesan itu ke Vania, namun hingga berjam-jam lamanya tak ada balasan sama sekali dari adiknya, bahkan tanda pesan itu tidak kunjung berubah menjadi biru.
Disela kesibukannya, ia masih terus memandangi handphone nya namun sama sekali tak kunjung mendapat balasan, hingga sore menjelang, tepat ia sudah pulang dari kerjaan nya ia langsung melaju ke kampus untuk menjemput Vania.
Sesampainya disana ia nampak celingukan mencari-cari keberadaan adiknya yang tak kunjung ia temukan.
Banyak sekali mata yang memandang kagum padanya, bagaimana tidak, wajah nya begitu tampan dengan tinggi menjulang 185cm, serta badan bidang yang atletis menambah kemaskulinannya.
Randy yang masih mengenakan kemeja kantor sedang sibuk menghubungi adiknya, ia terus saja menelpon nya karena sama sekali tak ada sahutan dari pemilik nomor.
Sekali lagi ia masih saja menjadi sorotan siapa saja yang melihatnya, bahkan ia seakan menjadi model iklan mobil sport yang sedang ia parkir kan.
Vania yang melihat kakak nya sebagai pusat perhatian lantas menghampirinya bersama sahabat dekatnya Hana.
" Astaga, kakak kamu semakin bersinar saja, sumpah ganteng banget Van, terimalah aku sebagai kakak ipar mu," Ucap Hana memohon kepada Vania yang langsung di toyor kepala nya biar sadar.
Sahabatnya hanya manyun dengan terus mengikuti Vania yang berjalan menghampiri kakak nya.
" Kenapa kesini," Ucap Vania kecut.
Randy yang melihat adiknya menghampirinya langsung menghela nafas lega.
" Ya jemput kamu lah adikku sayang," Ucap Randy sambil mengusap-usap rambut Vania, gadis itu terus menangkis tangan Randy, ia masih kesal setiap melihat wajah tampan kakak nya.
" Halo kak Randy," Sapa Hana pada Randy yang masih sibuk mengusap rambut adiknya.
" Halo juga, Hana kan ya," jawab Randy yang membuat sahabat Vania itu langsung meleleh.
Mereka bertiga bercengkerama sebentar, lalu melajukan mobilnya begitu Hana juga dijemput oleh Ayahnya.
" Vania... Kamu masih marah sama kakak," Ucap Randy bernada bicara sangat lembut.
Namun gadis itu memilih diam seribu bahasa seperti pagi tadi, Randy yang sudah tidak tahan di diamkan Vania lalu menepikan mobilnya.
" Van, kakak minta maaf banget sama kamu, coba ngomong sama kakak, kakak salah apa, apa kakak nyakitin kamu biar kakak bawa kamu ke klinik, apa yang sakit," Ucap Randy menatap Vania dengan nada memelas.
Vania menatap wajah tampan nan teduh itu, sangat indah bila di pandang, namun sayangnya yang sakit adalah hatinya yang sudah tergores luka yang tak bisa sembuh.
" Apa kakak menendang p@yudara kamu, apakah sakit sekali," Ucap Randy yang langsung memperhatikan buah dada Vania.
Gadis itu langsung melotot dengan tanpa sadar menampar wajah kakak nya hingga berbekas merah.
" Auh, Van kok malah nampar kakak," Randy memegang pipinya yang terasa sakit. Vania yang kelepasan langsung panik ikut memegang wajah kakaknya.
" Kak Randy, maafin Vania, sumpah aku nggak sengaja kak," Ucap Vania yang panik.
Randy yang akhirnya bisa mendengar suara Vania malah tersenyum.
" Akhirnya adik ku tercinta bicara, kakak nggak apa-apa kok, kalau nampar kakak bisa bikin Vania maafin kakak, sini tampar lagi sebelah sini," Ucap Randy menawarkan pipi kanannya yang masih mulus.
" Apa sih kak, aku tadi cuma khilaf, habisnya kakak melihat dada aku begitu banget, risih tahu," Vania ngedumel yang membuat Randy semakin mengembangkan senyumannya.
" Iya maafin kakak, habis nya Vania ngediemin kakak seharian, kakak nggak bisa di diemin adik kakak tercinta ini," Randy terus memandangi Vania yang masih memanyunkan bibirnya.
" Apa semalam kakak bikin kamu marah, misalnya kakak mendengkur, ngiler atau menendang kamu," Ucap Randy yang ingin tahu kesalahan nya semalam.
" Kakak semalam mendorongku," Ucap Vania tanpa sadar berucap.
Randy yang mendengar jawaban adiknya langsung melongo.
"Apa kakak mendorong kamu, Sakit tidak...?maafin kakak ya, tapi kamu tidak apa-apa kan Vania," Randy memperhatikan adiknya.
Vania malah menangis mengingat kejadian semalam, ia sedang tidak baik-baik saja hatinya terluka karena cinta yang mendiami di hatinya tidak akan pernah terjadi.
Randy langsung kaget saat gadis itu malah menangis, namun gadis itu menggelengkan kepalanya.
" Aku tidak apa-apa, Ayo pulang," Vania mengencangkan sabuk pengaman dan bersandar menatap ke luar kaca mobil.
Randy dibuat bingung lagi olehnya, Vania malah murung lagi, yang tadi sempat ceria.
Sesampainya di rumah, Vania langsung menaiki anak tangga dan membanting pintu kamarnya.
Ibunya Bu Sandra nampak juga kebingungan atas sikap aneh anaknya hari ini.
" Kenapa Ran, Vania murung terus," Ucap Bu Sandra yang hendak menghampiri anaknya namun dicegah oleh Randy.
" Biarkan saja Mah, mungkin Vania lagi ingin sendiri dulu," Randy memegang lengan Bu Sandra.
Wanita yang sudah berkepala lima namun masih cantik itu mengangguk menyetujui pendapat anak pertamanya.
----****----
Saat malam menjelang, Pak Rahardian Widjaya pulang, hari ini ia sangat sibuk bertemu client di luar kantor hingga tak terasa sudah menjelang malam.
Semuanya sudah menunggunya di meja makan untuk bersiap makan malam, lagi-lagi Ayahnya itu menatap anak perempuan nya dengan murung, Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil menggelengkan kepalanya.
Kira-kira benar tidak ya rumor itu...? 🤔
Terimakasih banyak atas dukungannya ya sahabat reader, boleh kasih kritik yang membangun ya.. ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Puteri Siliwangi
lanjut Thor
2022-12-21
1