Terhipnotis

Setengah dari bulatan bulan terlihat menghiasi malam. Gelap gulita menutupi samudra raya. Di Jalanan kendaraan sudah terlihat sedikit. Bahkan saat lampu merah tiba para pengendara sudah terlihat melewati begitu saja karena keadaan sudah sangat sangat sepi. Tidak mungkin ada lagi kecelakaan lalu lintas walaupun mereka menerobos lampu merah.

"Apa kita masih lama?'' tanya Marco sabil menatap jalanan yang sudah sepi. Terlihat dia menguap sambil menutup mata menyandarkan punggungnya. Sekilas dia melirik gadis yang duduk disampingnya.

''Sekitar dua jam lagi tuan,istirahatlah tuan" Gerald melihat wajah wajahnya tuannya begitu memprihatinkan. Pekerjaan yang berlipat lipat hari ini benar benar menguras tenaga. Penampilan Marco sudah acak acakan. Namun tidak mengurangi ketampanan dan kesempurnaan seorang Marco.

Bukan hanya mereka tapi gadis yang juga duduk dengan tuannya itu pasti sangat kelelahan. Tadi di lapangan gadis itu tidak berhenti menenggak air putih untuk menyegarkan tenggorokannya.

"Aku tidak bisa istirahat" Ucap Marco merasa badannya begitu gerah. Suara seraknya sudah menandakan bahwa tuannya tidak nyaman dengan tampilan sekarang.

Gaby memberanikan diri untuk membuka jas Marco dan melonggarkan seutas tali di leher pria itu. Biar bagaimana pun tugas Gabriela adalah menciptakan kenyamanan dan keamanan untuk tuan Marco. Kemudian meletakkan jas itu di pahanya. Setelah itu dia melirik Marco sambil menepuk pahanya. "Tuan boleh tidur disini"

mata Marco mengernyit heran namun dia tetap merebahkan kepalanya yang sudah berdenyut denyut sedari tadi.

Biasanya sebanyak apa pun pekerjaan tidak Marco tidak pernah se lelah ini. Namun kali ini berbeda mungkin efek kejadian tadi siang yang membuat dirinya murka hebat.

Setelah merebahkan kepalanya di pangkuan gadis itu, Marco tidak langsung tidur. dia masih berusaha menetralkan kepalanya yang berdenyut. Melihat itu Geby memberanikan diri untuk memijat kepala Marco.

Awalnya Marco tidak suka, namun dia seperti tidak punya tenaga untuk memprotes kelancangan gadis ini. Pertahanannya tumbang sirna di telan ngantuk dan lelah yang menyerang secara bersamaan.

Dan pada akhirnya Marco benar-benar tertidur di pangkuan Gabriela.

Gadis itu melepaskan tangannya setelah memastikan Marco sudah tidur. Saat kantuk menyerangnya dia tetap berjaga, bertahan untuk tidak tidur takut dimarahi yang mengakibatkan semua suasana menjadi ruam seperti yang kemarin-kemarin.

Sejenak Gabriela melihat wajah Marco yang berada tepat di depannya. Wajah sangar yang menakutkan itu hilang. Tidak ada tatapan membunuh dan juga mulut pedas yang kadang bisa mengoyak Gabriela secara tidak langsung. Rahang tegas itu seolah bersembunyi menyisakan wajah damai yang sedang menikmati mimpi indah.

Tanpa sadar Gabriela menyentuh rambut marco yang berantakan. Dia merapikan rambut itu dengan usapan tangannya sambil memandang keluar menunggu entah kapan mobil ini berhenti. Karena sejujurnya dia juga sangat lelah dan ngantuk.

Gerald melirik prihatin gadis yang duduk sambil mengelus kepala tuannya. Meskipun itu terlihat lancang tapi Gerald menilai Itu perbuatan tulus. Dia tidak protes dengan kelancangan Gabriela toh tuannya juga seperti menikmati sentuhan itu.

Dia menambah kecepatan mobil agar mereka segera tiba. Dia tau Gadis itu juga kelelahan seharian ini mengikuti mereka kesana kemari. Tuannya memang sama sekali tidak memiliki toleransi.

Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 subuh mereka baru tiba di kediaman Marco. Geby enggan membangunkan Marco akhirnya meminta tolong kepada Gerald.

"Tuan kita sudah sampai" sekali

"Tuan silahkan turun kita sudah tiba" Sama sekali tidak ada sahutan sepertinya Marco benar benar terlelap di pangkuan gadis itu.

"Bagaimana kalau kita meminta security mengangkat tuan Marco" hanya ide ini yang terlintas di benak Geby yang langsung di gelengkan oleh Gerald "Tuan muda akan marah jika itu terjadi" Mau tidak mau Gerald menggoyangkan bahu Marco.

Dan benar saja Marco sudah duduk sambil mengumpulkan nyawanya yang beterbangan.

Setibanya di rumah, gadis itu mengekor dibelakang Marco.

"Keluarlah, sana istirahat" Ucap Marco dengan suara seraknya bersiap menutup pintu kamarnya. Tadi dia melirik jam sudah hampir pagi. Akhirnya dia memilih untuk tidak dilayani seperti biasa. Ternyata dia masih manusia normal yang punya perasaan ya.

Gabriela yang hendak masuk mengurungkan niatnya. "Selamat malam tuan". Dia beranjak pergi saat melihat pintu kamar itu sudah tertutup rapat.

Setibanya di kamar gadis itu langsung ambruk di tempat tidur. Tidak ada acara cuci muka pake skincare, serum,night cream atau apalah itu. Yang dia butuhkan sekarang adalah tidur. Bahkan posisi tidurnya pun tidak beraturan. Sebelah kakinya menggantung dengan tubuh tengkurap. Hari ini jiwa dan raganya benar benar lelah tak berkesudahan.

Dua jam setelah tidur terdengar senior menggedor pintunya. Gaby yang masih ngantuk sekali berusaha mengumpulkan kesadarannya.

Gedoran semakin keras. Gadis itu buru buru membuka pintu dengan Mata masih tertutup. Eh tidak, sudah terbuka namun belum sempurna.

"Maaf, ada apa senior" Ucap Gaby yang jiwanya masih melayang.

"Apa yang kamu lakukan?" Pak Haris muncul entah dari mana.

"Bapak lihat ini jam berapa dia bahkan belum bangun. yang lain sudah mulai bekerja". Adu senior itu. "Dasar pemalas yang tidak tau diri"

"Lanjutkan pekerjaanmu sekarang" Sepatah kata pak Haris yang langsung membungkam mulut senior kasar itu.

Melihat pak Haris datang, kesadaran Gabriela langsung terkumpul dengan sendirinya. "Maafkan saya pak, saya akan segera bersiap"

"Tidak. istirahatlah nona. Tuan Marco tidak ke kantor hari ini. jadi nona masih bisa istirahat sampai jam 8" Ucap pak Haris.

Mendengar itu Geby merasa lega. "Terimakasih pak"

"Baik nona"

Sepeninggalan Pak Haris. Gadis itu kembali tidur.

Perguliran waktu cukup cepat. Matahari naik memancarkan cahaya teriknya menelusup di balik tirai yang menutupi jendela kaca kamar tempat dimana Marco istirahat.

Pria itu duduk sebentar kemudian segera membersihkan diri.

Menuruni anak tangga dengan pakaian casualnya. Pak Haris yang melihat Marco sudah turun terkejut sekaligus panik sendiri.

"Maaf tuan saya akan memanggil Nona Gabriela sebentar?"

Marco sudah duduk di meja makan sambil menuang jus dan meraih piring.

"Tidak perlu. hari ini biarkan dia istirahat" Ucap marco dingin seperti biasa.

"Baik tuan" Pak Haris menundukkan kepala kemudian berlalu.

"Pastikan gadis bodoh itu makan dengan benar" Ucap Marco tepat disaat pak Haris berbalik. "Aku tidak mau nantinya ada isu di luaran sana pelayan meninggal dunia karena tidak makan" Gerutu Marco masih kesal bercampur emosi mengingat kejadian semalam.

Bagaimana mungkin gadis kurus kecil seperti itu dari pagi tidak makan.

Tidak tau mau menyalahkan siapa. Intinya gadis itu bodoh menurut Marco. Kenapa juga dia tidak bersuara. Marco tetap menyalahkan Gabriela.

Sesuai dengan ucapan Marco sekarang gadis itu sedang makan sendirian di meja makan tempat para pekerja biasanya makan bersama.

Makan paginya sudah jauh terlambat karena dia bangun sudah hampir siang.

"Makan banyak ya Geb" Ucap Lisa yang juga pelayan di bagian dapur. Tadi Lisa yang datang membangunkan Gabriela di kamarnya.

"Terimakasih kak" Gabriela mengulum senyumnya saat Lisa meletakkan jus buah di depan Gabriela. "Apa kakak sudah makan?"

"Sudah Geb.. aku sudah makan kok" Ucap lisa mendudukkan bokongnya di kursi kosong yang tidak jauh dari Gabriela. "Hiraukan saja ucapan senior yang tadi. Dia memang seperti itu, padaku juga begitu" Ucap Lisa.

"Benarkah?" ucap Gabriela sudah selesai menengguk jus buah.

"Iya, tapi itu dulu. kalau sekarang aku sudah mau melawan" Ucap Lisa. "Dia cemburu kau dijadikan pelayan pribadi tuan muda. Makanya dia seperti itu"

Cemburu ? Apa yang kamu cemburukan dariku.

Pekerjaan kalian bahkan lebih baik dariku. andai di suruh tukar posisi aku juga mau kali.

"Ya sudah aku lanjut kerja dulu. Menyiapkan makan siang. Ingat jangan bawa ke hati kalau Raya mengganggu mu biarkan saja begitu " Ucap Lisa berdiri.

"Terimakasih banyak kak Lisa". Akhirnya Gabriela tau jika nama senior itu adalah Raya. Dia bisa bernafas lega ternyata di rumah megah ini ada juga orang yang baik hati seperti Lisa.

Setidaknya dia punya teman nantinya jika dia kesulitan dirubah ini.

"Setelah ini nona diminta segera naik ke ruangan kerja tuan Marco" Ucap pak Haris melihat Gabriela sudah selesai makan.

"Baik pak" Gadis itu buru buru membersikan tangan dan gelagapan naik.

tok tok tok..

"Permisi tuan saya disuruh pak Haris menemui tuan". Ucap Geby masih bernafas terengah-engah.

Pria dingin itu menatapnya sekilas kemudian menjentikkan jari menyuruhnya agar segera mendekat. Dia menunjuk kepalanya.

"Maksudnya apa tuan?"

Marco yang sedang sibuk berkutat dengan laptop miliknya sejenak menghela nafas.

"Pijat kepalaku!" Gertaknya dengan suara ketus. "Dasar bodoh".

kalau bisa bersuara ngapain pake kode kode segala aku mana ngerti. Geram Gabriela dikatai gadis bodoh. Namun dalam hati dia menerima itu karena dia sadar dia bodoh.

Gadis itu segera berjalan ke belakang Marco dan mulai menggerakkan jemarinya.

Entah mengapa sejak semalam Marco seperti terhipnotis dengan pijatan lembut tangan gadis itu.

Sejak tadi sebenarnya dia sudah ingin Gabriela memijat kepalanya. Namun dia mengurungkan niatnya mendengar informasi dari pak haris bahwa Gabriela baru  saja turun makan pagi.

Pijatan di kepala semakin terasa enak. Marco menutup laptopnya kemudian berpindah ke sofa. "Kemari" Marco menyentuh kepalanya, sepertinya gabriela mulai paham kode itu. Dia mendudukkan bokongnya di pinggiran sofa kemudian melanjutkan pijatan di kepala marco. Pria itu kembali memejamkan matanya dengan kedua tangan terlipat di dada.

Gerald  tertegun ketika masuk dan mendapati tuannya sedang di pijat. "Keluarlah, nanti aku akan menandatanganinya." Ucap marco. Meskipun mata tertutup dia tau yang masuk barusan adalah asistennya.

Marco keluar. Dia menyempatkan diri melirik tuannya sekilas. Sambil menahan senyum dia menutup pintu. Entahlah namun mulai semalam Gerald melihat sesuatu yang aneh dengan tuannya. Untuk  pertama kalinya Gerald melihat tuannya di pijat seperti  ini. Dan itu baginya aneh. Mungkin hanya perasaan tersendiri tapi entahlah dia tidak mau berpikir terlalu jauh.

sepertinya anda terhipnotis dengan tangan gadis itu tuan..

Bersambung........

Episodes
1 Awal mula
2 Surat perjanjian
3 Gadis bodoh
4 Terhipnotis
5 Dipukuli ibu
6 bab 4
7 Kau sudah siap mati?
8 Diusir dari rumah
9 Draft
10 Sedang apa kau ?
11 Mengganti semua pakaian
12 Mengetahui sedikit kebenaran
13 Mengunjungi orang tua
14 Sayatan di tangan
15 Lepaskan tangan mu sampah
16 Kartu limit tanpa batas
17 Membeli ponsel baru
18 Kebodohanmu Menghiburku, Gadis bodoh
19 Siapkan Pernikahan!
20 Rubah kecilku yang manis
21 Pernikahan yang di pertanyakan
22 Malam pertama
23 Draft
24 Pagi hari di kediaman Marco
25 Kesal mu adalah kesenanganku
26 Aku benci pengkhianat
27 Kejadian di malam hari
28 Ada yang berubah
29 Perkara air panas
30 Dimana Menantu perempuan ku?
31 Perkara make up
32 Lanjutan masalah make up
33 Draft
34 Terimakasih Geby
35 Karena sedikit paksaan
36 Mencemaskan Gabriela
37 Putaran ke dua
38 Panggil aku sayang!
39 Satu hari di panti asuhan (1)
40 Satu hari di panti asuhan (2)
41 Satu hari di panti asuhan (3)
42 Menemui seseorang
43 Malam akhir pekan tuan Marco
44 Istri atau tawanan
45 Mengunjungi Makam
46 Kejadian di pesta
47 Meninggalkan pesta
48 Dimana Gabriela
49 Saling menuduh
50 Pertengkaran masih berlanjut
51 Akhir dari pertengkaran
52 Merajuk demi izin
53 Perkara sakit perut
54 Aku akan membangunkanmu
55 Menepati janji pada gadis kecil
56 Penculikan
57 Penculikan part II
58 Penculikan part III
59 Don't sad Girl
60 Draft
61 Draft
62 Bertemu Mertua
63 Jangan melirik istriku
64 Kembalinya seorang presdir
65 Draft
66 Bagaimana caranya jatuh cinta?
67 Kejadian di mall
68 Aku tidak akan menandatanganinya!
69 Perihal masa lalu Gabriela
70 Pertarungan di atas tempat tidur
71 Aku jadi imbasnya
72 Seperti di sambar petir
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Awal mula
2
Surat perjanjian
3
Gadis bodoh
4
Terhipnotis
5
Dipukuli ibu
6
bab 4
7
Kau sudah siap mati?
8
Diusir dari rumah
9
Draft
10
Sedang apa kau ?
11
Mengganti semua pakaian
12
Mengetahui sedikit kebenaran
13
Mengunjungi orang tua
14
Sayatan di tangan
15
Lepaskan tangan mu sampah
16
Kartu limit tanpa batas
17
Membeli ponsel baru
18
Kebodohanmu Menghiburku, Gadis bodoh
19
Siapkan Pernikahan!
20
Rubah kecilku yang manis
21
Pernikahan yang di pertanyakan
22
Malam pertama
23
Draft
24
Pagi hari di kediaman Marco
25
Kesal mu adalah kesenanganku
26
Aku benci pengkhianat
27
Kejadian di malam hari
28
Ada yang berubah
29
Perkara air panas
30
Dimana Menantu perempuan ku?
31
Perkara make up
32
Lanjutan masalah make up
33
Draft
34
Terimakasih Geby
35
Karena sedikit paksaan
36
Mencemaskan Gabriela
37
Putaran ke dua
38
Panggil aku sayang!
39
Satu hari di panti asuhan (1)
40
Satu hari di panti asuhan (2)
41
Satu hari di panti asuhan (3)
42
Menemui seseorang
43
Malam akhir pekan tuan Marco
44
Istri atau tawanan
45
Mengunjungi Makam
46
Kejadian di pesta
47
Meninggalkan pesta
48
Dimana Gabriela
49
Saling menuduh
50
Pertengkaran masih berlanjut
51
Akhir dari pertengkaran
52
Merajuk demi izin
53
Perkara sakit perut
54
Aku akan membangunkanmu
55
Menepati janji pada gadis kecil
56
Penculikan
57
Penculikan part II
58
Penculikan part III
59
Don't sad Girl
60
Draft
61
Draft
62
Bertemu Mertua
63
Jangan melirik istriku
64
Kembalinya seorang presdir
65
Draft
66
Bagaimana caranya jatuh cinta?
67
Kejadian di mall
68
Aku tidak akan menandatanganinya!
69
Perihal masa lalu Gabriela
70
Pertarungan di atas tempat tidur
71
Aku jadi imbasnya
72
Seperti di sambar petir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!