Kubuka sepasang kelopak mataku yang masih enggan untuk menatap dunia. Secercah cahaya pagi kurasa bisa menambah secuil harapan yang kiranya akan membawa dampak positif pada kehidupanku. Sejak aku mulai mengolah Mini Bar and Lounge milik Anthoni dengan tangan dinginku aku mulai kesulitan mengatur masa rehatku. Meski waktu yang ku habiskan untuk mengawasi Bar tersebut tak sampai lama, namun aku sungguh kesulitan dalam membagi waktuku. Jujur saya aku lebih memilih mengejar materi sebanyak-banyaknya daripada harus menjaga sehatku.
“Sudah bangun? Apa kamu mau aku jemput?” bunyi suara Sean terdengar dari seberang benda pipih yang aku genggam. Pagi ini dialah orang pertama yang telah menghubungiku. Rasa perhatiannya padaku melebihi perhatian yang aku beri untuk diriku sendiri.
“Tak perlu repot-repot Ko aku bisa berangkat sendiri!” sahutku memutuskan ajakannya dengan tegas. Sangat tegas ku kira, karena aku tak mau ada balas Budi kepada orang lain.
“Kenapa Zha? Apa ada yang salah dari kata-kataku?” tukasnya lebih serius dari ucapan Sean sebelumnya. Pria ini sungguh menjaga ucapannya padaku.
“Jangan terlalu baik padaku Ko, aku takut nanti aku akan sangat kehilangan dirimu saat kita pisah nanti,” jawabku spontan dan tak menyadari bahwa ucapan yang aku lontarkan padanya akan menyakiti hatinya nanti.
Karena aku sangat paham, bagaimana hubungan ini akan mencapai hilirnya. Sean pun juga sangat paham dari perbedaan yang kami rasakan. Pada kenyataannya perbedaan tersebut pasti tak akan menyatukan kami pada akhirnya. Resiko terbesar yang akan terjadi pasti lah sebuah perpisahan.
Aku dan Sean memang sepakat untuk tak menganggap sulit hubungan kami, Open Relationship menjadi pilihan yang tepat untuk kami. Aku tak pernah membatasi setiap hubungannya baik dengan pria maupun wanita. Berbanding terbalik dengan Sean, aku sangat yakin ia tak suka bila aku dekat dengan pria lain. Namun mau bagaimana lagi ini sudah menjadi pilihan yang harus kami jalani.
Tak perlu menunggu waktu lama, pria bermanik sipit itu mengakhiri percakapan diantara kami. Aku bisa memastikan bahwa ia sangat kecewa dengan apa yang aku katakan. Aku pun tak menampiknya, aku begitu memimpikan sosok hangat seperti Sean. Begitu merindukan setiap perhatian yang Sean beri untukku. Namun, aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak ingin tenggelam lebih dalam lagi dari lautan cintanya.
“Berhentilah dari pekerjaan malammu Zha!” pinta Sean ketika ia masuk ke dalam mobilnya dan mengantarku pergi bekerja pagi ini. Sean sengaja tak menggubris penolakan yang aku lemparkan padanya. Entah mengapa pria itu lebih seenaknya akhir-akhir ini. Ia sering melakukan hal semaunya tanpa persetujuan dariku.
“Aku harus bekerja demi mencukupi kebutuhanku Ko,” sahutku tanpa menatap wajah oriental yang sedang mengemudikan mobilnya. Aku tahu ia begitu kesal terhadap diriku.
“Aku akan bertanggungjawab atas dirimu!” tukasanya lalu menjeda ucapanya. Aku memalingkan pandangan ku yang semula menatap luar jendela mobil. Saat ini aku sedang menatapnya, untuk kesekian kalinya aku merasa hidupku penuh lelucon. Bagaimana bisa ia seolah-olah ingin menjadi pemilik atas diriku.
“Aku serius ko, aku ini anak sulung dan aku harus mencukupi kebutuhanku serta kebutuhan keluarga ku,” imbuhku mematahkan ucapannya tadi padaku. Aku tak ingin ia semakin serius atas hubungan ini. Aku memang wanita yang aneh, saat ada lelaki yang ingin menjalin hubungan yang serius aku malah menghancurkan keinginan itu.
“Aku juga anak sulung, apa kamu lupa Zha? Bukankah kita sama? Apa kamu ingin aku mendatangi kedua orangtuamu?” rentetan serangan mendadak itu membuatku enggap. Udara di dalam mobil serasa musnah, aku merasa sesak untuk sesaat meski aku yakin AC mobil pasti sudah dibawah angka 25 derajat celsius.
Aku mencoba mencerna keadaan yang sulit untuk ku mengerti ini, aku mencoba bersahabat dengan keadaan ini. Ku lipat kedua tanganku ke dadaku saat ini. Ku perhatikan wajah serius yang Sean perlihatkan sedari tadi. Kenapa dia memikirkan hingga sejauh ini? Apa dia yakin dengan kata-katanya yang barusan ia ucapkan.
“Bagaimana bisa?” tiba-tiba saja aku melontarkan ucapan yang begitu saja tanpa memikirkan perasaan Sean padaku. Aku tahu Tuhan mengirimkan seseorang pelindung untukku yakni pria yang sedang bersamaku saat ini.
“Kenapa? Apa aku terlalu tampan buatmu Zha hingga kamu menatapku seperti ini?” godanya membuyarkan keseriusanku. Dia memang seperti itu, dia adalah lelaki yang bisa menaik-turunkan emosiku dengan segala tingkah polahnya. Ko Sean bisa menjadi partner, saudara serta guru yang bisa membimbing diriku. Namun kenapa di hati ini masih cukup sulit untuk menerimanya menjadi calonku.
“Oke, Oppa Hyun Bin ku jangan bicara aneh-aneh!” sindirku sesekali melihat maniknya. Ia sangat tahu aku sangat menggemari drama korea yang sangat populer di tahun ini. Secreat Garden adalah drama Korea dengan rating tertinggi tahun ini yang dibintangi oleh Hyun Bin Oppa serta Ha Ki Won.
“Di Korea sangat mudah bukan bila sepasang kekasih ingin menikah. Banyak dari mereka lahir secara Katholik kemudian menikah dengan sesuai Kristen lalu meninggal secara Budha,” ucap Sean memandangiku lekat-lekat. Perbedaan diantara kami memang sangat mendasar. Sampai kapanpun kita tak akan bisa satu jalur.
“Cukup Ko, jangan dibahas lagi!” pintaku pada kekasih yang selama ini masih berstatus abu-abu. Aku sangat berharap dia bisa selamanya hadir di hidupku tanpa harus melihat siapa diriku. Dia satu-satunya pria yang mampu membuatku melupakan seluruh keluh kesah ku.
“Aku akan mempertahankan hubungan kita, meski rintangan datang menghadang!” dia mulai memupuk semangat yang selama ini pupus. Yakni semangat untuk terus bersama hingga kapanpun.
Siapa sih yang tak menyukai Sean? Pria dengan wajah biasa saja namun memiliki hati yang berkilau bagai permata. Pria hangat yang mampu menggetarkan jiwa yang fana.
Meski begitu aku bersyukur Tuhan telah mengirimnya untukku.
“Mau sarapan dulu? Ini masih awal,” aku memberikan usul padanya. Aku tahu kebiasaan buruknya yang selalu sibuk. Sebagai Animator yang sering melewatkan jam makan. Pria bermanik sipit itu lebih sering menghabiskan waktu berlama-lama di depan Personal Computer. Kadang akupun merasa diduakan olehnya bila ia mengerjakan sebuah proyek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments