Setelah satu minggu di rawat akhirnya Nayara dibawa pulang. Gadis itu menatap rumah mengah didepanya, dia tersenyum geli, ternyata dia kembali lagi dalam kehidupan seperti ini.
Tujuh tahun dia pergi dari rumah ayahnya dulu, seorang Dara yang masih sangat kecil harus banting tulang untuk hidup dirinya dan sang ibu. Untung saja saat itu ibunya masih ada sedikit tabungan, sehingga dia masih bisa menyelesaikan pendidikannya sampai sekolah menengah atas.
Tapi sekarang ia kembali di beri kesempatan untuk mendapatkan kasih sayang ini dengan cara yang berbeda. Entah mengapa ada rasa haru dan juga rasa canggung yang ia rasa.
“Kenapa diam? Ayo masuk, kamu harus istirahat yang bayak.” Nayara alias Dara yang berinkarnasi, segera menuruti ucapan orang tuannya.
Disini dia harus berpura-pura seperti pemilik tubuh aslinya ini, dia tak boleh membuat yang lain curiga. Tapi yang dia sesali sekarang adalah kenapa dia tak mengingat apapun tentang pemilik tubuh ini, karena ini dia sedikit kesulitan untuk beradaptasi.
“Bengong lagi... Kamu kenapa Nay?”
“Aku tidak apa-apa, Papa. Apa boleh aku ke kamar? Aku lelah,” ucapnya.
“Tentu saja. Kalau begitu ayo Mama antar ke kamar, Nay.” Sang Mama segera dengan sigap membatunya.
Saat mereka akan berdiri, tiba-tiba dua orang pria datang dengan gagahnya. Nayara menarik alisnya, dia benar-benar tak bisa mengenali mereka.
Ingin bertanya, tapi juga tak berani. Takut mereka curiga, bisa-bisa dirinya akan dibawa kembali ke rumah sakit untuk periksa lagi. Oh... Sungguh dia tak menyukai rumah sakit.
“Sore Ma, Pa.”
“Sore... Kamu sudah pulang?” pria itu mengangguk singkat.
Mama? Papa?
Nayara bisa menebak, pria ini pasti saudaranya. Ia menarik nafas malas, sebenarnya ia tak sika punya saudara, bagaimana pun pasti akan merepotkan.
Karena tak berminat lagi menatap wajah mereka, Nayara segera melangkah. Tapi baru selangkah, pria yang tadi ia tahu sebagai saudaranya itu langsung berucap dingin.
“Oh, rupanya anak maja sudah pulang ya.” Ezra berucap sinis. Meskipun tak kentara tapi Nayara bisa merasakan ucapan ibu di tunjukan untuknya.
“Ezra... Jangan bertengkar sekarang. Adikmu sedang sakit, kamu gak boleh membuatnya kesal.” Sang Mama berusaha menasihati anak laki-lakinya. Tapi di sisi lain Nayara sudah lebih dulu merasa benci pada dia. Tenang aja, nanti setelah dia pulih akan dia pikirkan rencana untuk membalas mulut pria itu.
Tak ingin mendengar lagi apa yang mereka bicarakan. Dia langsung menuju kamar. Tapi saat sampai di lantai atas dia malah kebingungan mencari yang mana kamarnya.
“Ada tiga pintu? Kamarku yang mana?”
Tak ingin berpikir lagi, dia langsung saja masuk ke kamar yang pertama. Tak peduli itu milik siapa, yang dia inginkan sekarang hanya tidur dengan tenang di atas kasur empuk.
Benar saja, saat dia masuk langsung disuguhi dengan pemandangan kamar yang luas dan ranjang yang besar. Dia tak peduli, dengan enteng dia membanting tubuhnya ke atas ranjang.
“Aku harap semuanya sesuai dengan yang aku harapkan!” setelah itu dia terlelap dalam tidur pulasnya.
*****
Teddy menatap tajam anak tirinya itu. Meskipun selama ini dia tahu pria muda ini belum bisa menerima putrinya menjadi adik di kehidupan pemuda ini. Tapi tetap saja dia tak suka dengan cara Ezra yang kasar seperti tadi pada Nayara.
“Mas...,”istrinya mulai merasa kawatir. Takut jika sang anaknya di marahi lagi.
“Apa begitu cara kamu bicara sama adikmu? Papa tidak suka, Ezra. Bagaimana pun kamu sekarang kakak laki-lakinya, Seharusnya menjaga Nayara, bukan mengolok-olek dia seperti tadi.” Meskipun tak terdengar membentak, tapi mereka mengerti jika Pria paruh baya itu sedang marah.
Ezra menatap papa tirinya dengan berani, “Aku tak peduli. Bagiku dia hanya gadis manja, kenapa aku harus menjaganya? Suruh saja calon suaminya ini!”
Arav yang merasa namanya dibawa-bawa segera menoleh. Dia menatap Ezra kesal, meskipun mereka tak dekat tapi bisa dipastikan pria itu tahu dia tak menyukai adiknya. Lalu kenapa dia harus menjaganya?
“Saya sibuk di perusahaan, gak bisa jaga dia.” Ucap Arav menolak.
Teddy menarik nafas lelah. Dua pria yang dia harapkan bisa membatu menjaga putrinya, tapi ternyata malah sebaliknya.
Jika bukan karena Nayara yang tergila-gila pada Arav, Teddy tak sudi anaknya berjodoh dengan pria dingin ini. Tapi bagaimana lagi, kebahagiaan putrinya adalah yang utama.
“Bukannya kuliah kamu gak padat bagat ya, Ezra? Kamu turuti kata Papa ya, jaga adik mu. Mama sama papa sering keluar kota, hanya kamu yang bisa Mama harap Ezra.” Melisa mencoba membujuk sang anak dengan lembut.
“Tapi Ma...,” Ezra ingin membatah, tapi melihat wajah memelas sang ibu dia hanya bisa mendengus kesal.
Tak ingin berdebat lagi dia langsung pergi. Meninggalkan Arav yang terlihat masih bungkam. Tak ada ketertarikan terlihat di wajah dia dengan pembicaraan keluarga ini.
“Nak Arav, terima kasih ya sudah datang buat lihat Nayara. Dia pasti senang lihat kamu disini,”
Hanya tersenyum ramah. Arav hanya menghormati kedua orang ini, Jika tidak dari tadi mungkin dia sudah pergi dari sini.
.....
Ezra yang baru saja dibuat kesal oleh Mamanya, memilih masuk ke dalam kamarnya. Sampai kapan pun dia merasa tak sudi menjadi babu adik tirinya itu. Enak saja dia disuruh jadi bodyguard gadis cupu dan maja itu.
Saat masuk kedalam kamar bertapa kagetnya Ezra melihat orang yang sedang dipikirkannya sedang tertidur di atas kasur kesayangannya.
“Gila nih bocah, ngapain dia di kamar aku?”
Ezra berdecak kesal. Dia ingin membangunkan Nayara, tapi melihat tidur yang nyenyak itu membuat ia tak tega. Dan jangan lupa kepala gadis itu yang masih di perban, dalam hati Ezra meringis pelan. Pasti itu sangat sakit, bagaimana dia begitu ceroboh sehingga jatuh dan membentur kepalanya di dinding kamar mandi.
“Kenapa dia bisa masuk ke kamar aku? Mana tidurnya kayak preman lagi.” Ezra Lagi-lagi menggerutu.
Ada yang berbeda dengan adiknya ini. Tapi dia juga tidak tahu itu apa. Kemana sikap anggun dan lemah lembut gadis ini?
Biasanya jangankan tidur di kamar kakak tirinya, ingin masuk saja dia akan meminta izin dengan anggun. Ah, memikirkan bertapa menyebalkan adik tirinya itu dengan sikap yang begitu polos membuat Ezra berusaha untuk menjauh.
Karena tak ingin peduli lagi, Ezra ikut merebahkan tubuhnya di samping Nayara. Biarlah gadis itu berteriak kesakitan nanti, toh ini salah dia sendiri yang tidur sembarangan di kamar orang lain.
Tak terasa, beberapa menit setelahnya pria itu ikut tertidur pulas. Mungkin dia lelah setelah pulang dari kampus tadi, dia bahkan tak terganggu sedikitpun dengan kaki Nayara yang beberapa kali menendangnya tanpa sengaja.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments