Menghilang menjadi abu

Kegelapan yang menyelimuti berlahan mulai tampak memudar dan berubah menjadi kabut asap yang menghalangi pandangan seorang gadis. Dia mencoba menghalau gumpalan-gumpalan itu dari pandangannya, tapi berlahan ia juga merasa tubuhnya melemah tak berdaya.

Dia mencoba berteriak, tapi suaranya malah tak keluar. Lalu dia kembali mencoba berlari dan menjauh dari asap tebal itu, tapi berlahan dia juga menyadari kakinya sudah tak bisa di gerakan. Ia hanya bisa diam membisu, tak tahu apa yang bisa ia lakukan lagi, pada akhirnya ia menangis ketakutan.

Dia terjebak pada pusaran hitam ini, tak tahu sejak kapan, Dia sendiri juga merasa dirinya tak punya pemikiran apapun. Berlahan ia melihat setitik cahaya yang cukup jauh. Cahaya yang terlihat begitu cantik membuat dirinya tertarik dan ingin menggapainya.

Gadis itu tersenyum senang ia merasa ada harapan untuk mendapatkan sinar yang indah itu, ia ingin mengapai cahaya yang sangat cantik dan menjauh dari kegelapan yang menyeramkan ini. Tapi sayangnya tubuhnya seolah mati rasa, kakinya terasa di ikat oleh balok besi yang sangat besar membuat ia tak mampu melangkah. Pada akhirnya ia terpaksa merangkak dengan tertatih-tatih mengejar cahaya itu dengan penuh harap.

Harapan yang ia sendiri tak tahu, tapi baru beberapa meter ia lelah dan serasa ingin menyerah. Terlalu sakit tubuhnya hingga menolak untuk bergerak lagi. Tapi cahaya itu... Kenapa dimatanya semakin idah dan semakin membuat jiwanya mengila.

Tak tahu apa yang dia inginkan, tapi berlahan ia kembali bergerak dan semakin dekat dengan pusaran putih itu. Semakin dekat... Dia semakin sakit... Semakin dia bergerak... Tubuhnya terasa semakin hancur dan menyakitkan.

Pada akhirnya ia sampai. Dan saat ia ingin menyentuh pusaran itu, tiba-tiba tubuhnya telah di santak dengan keras dan melayang seperti debu tertiup angin.

Dia kembali dengan rasa sakit ya sama... Dan dengan dendam yang sama.

***

Berlahan seorang perempuan yang terlihat masih cukup muda berteriak histeris memanggil dokter di kala melihat seseorang yang terbaring di atas brankar rumah sakit itu mulai mengerakkan jemarinya.

Tak begitu lama dokter dan beberapa suster berlari masuk ke dalam kamar rawat. Sedangkan wanita paruh baya yang baru saja berteriak di dorong keluar oleh suster.

“Ibu tunggu diluar dulu, kami harus memeriksa pasien terlebih dahulu.” Ujar sang suster dengan ramah.

“Tapi Sus... Saya ingin melihat putri saya. Bagaimana kalau nanti dia tidur lagi?”

Sang suster menggeleng tegas, “ibu tidak bisa masuk. Percaya pada kami, semuanya akan baik-baik saja Bu.” Setelah itu sang suster masuk dan menutup pintu kamar pasien.

****

Membuka matanya berlahan. Gadis itu merasa kepalanya serasa mau pecah karena teramat sakit. Dia ingin menyentuh dahinya, tapi saat ia ingin mengerakkan tangannya ia malah tak mampu.

‘Keadaannya sama seperti yang dia mimpikan tadi.’

Saat beberapa saat dokter datang dan ditemani oleh beberapa suster. Dia menarik nafas lega, setidaknya dia masih dapat pertolongan, tidak seperti di mimpi tadi.

Setelah di periksa dan di beri beberapa suntikan yang dia sendiri tak tahu itu apa, berlahan tubuh gadis itu mulai terasa lebih baik, tidak sesakit tadi.

“Aku dimana?” Dara berusaha berucap, tapi dia sedikit mengernyit heran saat merasa suaranya terdengar berbeda.

“Kenapa menjadi kembut dan mendayu seperti ini suaraku?” pikir Dara bingung.

Dia menatap dokter yang memeriksanya, serasa ingin bertanya, tapi saat ingin mengerakkan mulutnya suaranya malah tak keluar. Dara merasa sedikit takut, tubuhnya menjadi gelisah membuat dokter yang memeriksanya menjadi kawatir.

“Tenang lah, nona. Tolong bawa tubuh Anda rileks, agar tak membuat tekanan dan menyebabkan stres.”

Dara mengerti, jadi dia tak melawan lagi. Memilih diam saja dan berlahan ia mulai merasa katuk lagi. Mungkin obat yang disuntikan sudah mulai bekerja.

Dalam tidurnya ia kembali bermimpi buruk. Ia melihat gadis kecil yang berusia tiga belas tahun sedang dipukuli oleh seorang pria dewasa. Gadis itu berteriak minta ampun, Berkali-kali mengucapkan jika dirinya tak bersalah, tapi pria dewasa itu tetap tak mendengar dan terus memukuli gadis kecil itu dengan membabi buta.

Berlahan darah mulai mengalir dari tubuhnya yang tersayat oleh ikat pinggang pria itu. Semakin berteriak penuh penderitaan tapi sang pria yang sebagai ayahnya ini semakin gila memukulinya.

Berlahan tubuh kecil itu melemah, dia pingsan... Berlahan juga hancur menjadi debu dan menghilang dari padangan sang ayah. Sedangkan pria dewasa itu terlihat bersedih, dia terlihat syok dengan putrinya yang hancur menjadi abu... Berlahan pria itu bersimpuh... Menangis menyesali perbuatannya yang terlampau kejam. Dia tak menyangka akan hancur begitu mudah tubuh gadis yang selalu membuatnya jengkel. Apa dia baru saja membunuhnya?

Dia menyesal....

Putrinya telah pergi....

Dia sendiri yang Menghancurkannya....

Mati..... Dia benar-benar mati....

Meninggalkan dirinya sebagai seorang pembunuh.

*****

Jangan lupa tinggalkan jejak

Terpopuler

Comments

Yoni Hartati

Yoni Hartati

lanjut semangat

2022-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!