LOVE OF MY LIFE
Di sebuah Ballroom Hotel terlihat ramai ketika sebuah pesta perayaan diadakan disana. Orang-orang saling bercengkrama dengan sampanye di tangan mereka.
Canda tawa menghiasi setiap obrolan mereka. Di sudut ruangan terdapat sebuah panggung yang berdiri indah dengan hiasan lampu gantung berwarna-warni.
Di setiap sudut ruangan tampak beberapa orang memegang kamera dengan menyorotkan ke seluruh ruangan dan beberapa wartawan di samping mereka tengah menunggu acara di mulai.Tak lama kemudian seorang pria berjalan keatas panggung.
"Baiklah,,,Tuan dan nona sekalian, mari kita mulai acara pada malam hari ini,Saya Wiliam sebagai pembawa acara kali ini yang akan menemani anda sekalian" sapa Wiliam dengan senyum cerah
Gemuruh tepuk tangan terdengar. Semua orang diam dan memperhatikan Wiliam yang berdiri di panggung.
"Baiklah,seperti yang sudah kita ketahui, acara kali ini adalah nominasi penghargaan untuk karya terbaik tahun ini. Beberapa dari kalian tentu ingin tau siapakah yang akan mendapatkan penghargaan kali ini." Wiliam tersenyum misterus.
Beberapa dari mereka saling berbisik menebak siapa yang akan menerima peghargaan itu.Beberapa orang lain juga menyebutakan NYLOES sebagai pemenang.
Di sudut lain seorang wanita tengah duduk membelakangi panggung. Dia duduk dengan kedua tangan di atas meja dan satu tangan menekan pelipisnya. Tak jauh darinya, seorang wanita dengan pakaian formal berjalan menghampiri dengan wajah khawatir, dengan lembut meletakan tangan di bahu wanita itu.
"Nayla, Apa kau baik-baik saja?" tanyanya.
Wanita yang di panggil Nayla itu pun menoleh dan tersenyum lemah.
"Ahh,,, Ternyata kau Rose. Apakah kamu membawa kacamata ku?" tanya Nayla tanpa menjawab pertanyaannya.
Rose menghela nafas pelan, tangannya merogoh tas miliknya dan mengeluarkan sebuah kacamata, menyodorkan kacamata itu pada Nayla yang segera memakainya.
"Pulanglah,,,! Biarkan aku yang mengurus sisanya. Kamu pucat sekali. Sepertinya karena infeksi matamu." saran Rose.
Nayla mengangguk, namun tangannya terulur ke arahnya membuat alis Rose terangkat menatap Nayla binggung.
"Buku," kata Nayla singkat.
Rose menepuk dahinya dan menghembuskan nafas dengan agak kesal.
"Apa kau akan pulang sambil membaca buku dalam perjalanan dengan mengemudi?" tanya Rose.
"Hei,,, Aku tidak mengemudi, kau menjemputku ke tempat ini, ingat?" jawab Nayla santai.
"Lagi pula, aku pulang jalan kaki, aku malas naik taksi yang pasti akan memutar. Apartemenku tak sejauh itu dari hotel ini" lanjutnya.
"Baiklah,,,baiklah,,," ucap Rose seraya mengangkat kedua tangan tanda menyerah dan menyerahkan buku dari dalam tasnya pada Nayla.
"Terima kasih, Rose," ucap Nayla tersenyum dan meraih buku dari tangan Rose.
"Tapi tetap pakai kacamatamu! Ingatlah apa pesan dokter padamu!" ucap Rose sebelum melepaskan buku dari tangannya. Nayla hanya mengangguk dan mengedipkan matanya.
"Tentu saja" jawab Nayla.
Nayla pun berjalan meninggalkan Rose ke arah pintu keluar ballroom di mana acara masih berlangsung. Rose hanya menghela nafas sambil mengeleng-gelengkan kepala,dan berbalik saat Nayla menghilang dari pandangannya.
"Kabur lagi?" seorang pria berjas putih bertanya saat Rose berdiri di sampingnya
"Untuk kali ini dia terlihat benar-benar sakit" jawab Rose pelan.
"Setidaknya dia menyempatkan datang kali ini" ungkapnya dengan suara datar.
"Anda benar pak.." Rose tersenyum, pria itu pun ikut tersenyum.
"Ahh benar,,, Aku lupa sesuatu, besok pagi minta dia untuk datang ke kantor. Ada yang harus dia tandatangani." ungkapnya dengan tegas.
"Baik, jika pak Darwin yang meminta. Saya yakin dia tak akan banyak alasan untuk menolak" sambut Rose tersenyum.
Pria yang di sebut dengan nama Darwin tersenyum simpul, kemudian berkata pelan
"Yaahh,,, Dia memang masih sangatlah muda. Tapi, bakatnya memang luar biasa. Aku berani bertaruh dialah yang akan memenagkan penghargaan ini sama seperti tahun lalu. Sisi terbaik dari dirinya adalah,dia tak bersikap melebihi batas terhadap orang yang lebih tua darinya. Bahkan terhadapmu." ungkapnya tulus.
Rose mengangguk setuju dan tersenyum.Mereka pun kembali memusatkan perhatian mereka pada acara yang tengah berlangsung.
Wiliam masih tersenyum penuh misteri dan bersemangat melihat antusiasme semua orang yang masih menunggu untuk menngetahui siapa yang akan mendapat penghargaan.
"Baiklah,,, Beberapa orang menebak dengan benar. Penerima penghargaan kali ini adalah pemenang selama empat tahun berturut turut.Mari kita sambut nona Nayrela Louise.." seru Wiliam dengan semangat menyebutkan nama seseorang yang di sambut tepuk tangan meriah dan teriakan.
"Kepada nona Nayrela agar bersedia naik ke atas panggung!" pinta wiliam lagi.
Semua orang menunggu, sampai Rose berjalan perlahan dan naik keatas panggung yang di sambut dengan tatapan binggung Wiliam dan seluruh orang yang berada di dalam ruangan. Dengan senyum ramah Rose mengulurkan tangan meminta microphone dari tangan wiliam yang segera di berikan kepada Rose. Setelah menghela nafas pendek Rose mulai berbicara dan tak lupa membungkukan sedikit badannya tanda meminta maaf.
"Pertama-tama saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada para hadirin sekalian. Di karenakan keadaan yang tiba tiba tidak baik, nona Nayrela tidak dapat menerima penghargaan ini secara langsung." ungkap Rose.
"Memang benar tadi nona Nayrela sempat hadir di sini,hanya saja kondisi kesehatannya tiba tiba menurun dan mengharuskannya untuk pulang labih cepat.Saya sebagai asistennya mewakili menyampaikan permohonan maaf yang sebesar besarnya. Dan tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih banyak atas penghargaan ini.Saya sangat mengharapkan agar anda sekalian dapat menerima alasan ini" kata Rose tulus.
"Ahh,,, Sayang sekali,kita tidak bisa bertemu langsung dengan pemenangnya" kata wiliam sedikit kecewa. "Padahal saya termasuk salah satu pengemarnya. Sayang sekali." Lanjut Wiliam.
Wiliam pun menyerahkan piala kepada Rose. Setelah meminta maaf sekali lagi dan berterima kasih,Ros turun dari panggung.
Banyak sekali wajah kecewa bercampur cemas dari orang orang yang dilewati rose saat menjauh dari panggung. Hampir semua menanyakan apakah Nayla baik baik saja.
Acara masih pun berlanjut hingga pesta yang diadakan setelah acara penghargaan selesai.Sementara Rose bersiap pulang berencana untuk melihat keadaan nayla.
...*****...
Di sisi lain.
Nayla yang keluar dari hotel mulai berjalan perlahan. Sesekali tangannya membetulkan kacamata dengan jari tengahnya.
Dia pun mulai membaca buku yang di bawa. Dengan berjalan santai sementara mata terus membaca buku, ia dengan terampilnya menghindari apapun yang ada di depannya.
Langkahnya mulai melambat dan dia mendongakkan kepalanya. Di depannya terdapat taman dengan air mancur yang cukup besar dengan lampu dan kursi santai yang mengeilingi air mancur. Kerlap-kerlip lampu menambah kaindahan air mancur pada malam hari.
Nayla pun melangkah lagi dan tatapannya kembali pada buku.Namun hal itu tak berlangsung lama. Setelah beberapa langkah dia kembali berhenti. Matanya berpindah kearah kakinya ketika menyadari ada sesuatu di sana.
Tanpa banyak bicara dia segera berjongkok ketika melihat sebuah dompet lipat kulit warna coklat hitam tergletak di depan kakinya. Tangannya terulur meraih dompet itu dan langsung berdiri setelah berhasil mengambil dompet itu tanpa ragu. Kepalanya melihat sekeliling dan berhenti di kursi yang ada di dekat air mancur.
Nayla berjalan perlahan mendekati kursi yang hanya berjarak lima langkah dan duduk dengan tenang.
Ia meletakan dompet di balik bukunya dan mulai membaca lagi. Sesekali mengalihkan pandangan saat ada seseorang yang berada di dekatnya memastikan apakah dia orang yang telah menjatuhkan dompet yang telah ia temukan.
Waktu terus berjalan.Malam pun semakin larut. Hembusan angin dingin juga semakin kuat. Nayla masih tetap bertahan menunggu. Pandangannya beberapa kali di alihkan dari buku. Masih belum ada tanda-tanda seseorang mencari sesuatu yang hilang.
Tak jauh dari tempat Nayla berada,tampak seorang pria dengan setelan celana jens sobek berjaket hitam, masker menutupi wajahnya dan topi hitam menutupi sebagian rambutnya. Setengah berlari dan berhenti tepat didepan Nayla duduk.
Nafasnya terengah-engah dan perlahan berjalan mendekati Nayla. Saat jarak hanya tinggal satu langkah pria itu berhenti sejenak seolah meminta ijin dan menatap Nayla yang tengah menatapnya karena menyadari dia berdiri tepat di depannya
"Bolehkah aku duduk di kursi kosong disampingmu.?" katanya sopan.
"Tentu.Siahkan " balas Nayla sambil tersenyum tipis.
"Terima kasih"jawab nya.
Dia segera duduk dan mengtur nafas.
"Aku yakin terjatuh disini.setidaknya benar-banar terjatuh di sini saat aku bertabrakan dengan seseorang"bisiknya dalam hati.
Mataya menyusuri jalan yang ada di depannya.Tapi tak terlihat apapun yang dia cari.
"Bodoh.jelas saja tidak ada.itu sudah beberapa jam yang lalu.kenapa aku ceroboh sekali.seseorang pasti telah mengambilnya" gerutunya sembri mendesah putus asa.
Sesaat Nayla melirik pria yang duduk di sampingnya dan berpikir.
"Mungkinkah dompet ini miliknya?" tanyanya dalam hati. Saat Nayla berniat menayakan hal itu,laki laki itu lebih dulu mengeluarkan suaranya.
"Apakah kamu tengah menunggu seseorang?" tanyanya sopan.
"Yah,,, benar. Bagaimana dengan mu?"jawab Nayla kembali bertanya. "Menemui seseorang?"lanjutnya.
"Tidak persis seperti itu.Tapi ku harap aku bisa menemui seseorang." jawabnya.
"Apa maksud,,," pertanyaan Nayla terhenti karena suara dari saku celananya.
"Ah,,,maaf. Tunggu sebentar" ucap Nayla sambil mengelurkan ponsel dari saku celananya.
Pria itu hanya mengangguk. Nayla menatap layar poselnya dan nama 'Rose' terulis di layar ponsel dan segera mengeser menerima panggilan lalu medekatan ke telinganya.
"Di mana kau? Kenapa masih belum sampai rumah" suara teriakan Rose dari ponsel membuat Nayla reflek menjauhkan dari telinganya. Tangannya yang bebas memegangi telinganya sambil meringis. membuat si pria di sebelahya tersenyum geli.
"Jangan berteriak Rose, aku masih menyayangi telingaku!" jawab Nayla tenang. "Aku dalam perjalanan" lanjutnya.
"Omong kosong apa itu?" tanya Rose kesal. "Apa kau pikir perjalanan menuju Apartemenmu memerlukan waktu lebih dari EMPAT JAM?" tanya Rose lagi setengah membentak dan menekankan kalimatnya.
"Haaa,,,?" jawab Nayla binggung.
Barulah dia tersadar saat melihat jam tangan di pergelangan tangannya dan berseru.
"Oh Astaga,,,aku tak sadar."gumam nya pelan
"Bagus sekali.Pulang sekarang juga!" perintah Rose.
"Ayolah,,, jangan marah. Aku melakukanya juga tanpa sengaja." ucap Nayla menenangkan Rose.
"Ada yang harus aku lakukan saat perjalanan pulang dan aku benar-benar lupa waktu" terang Nayla lembut.
"Keluarkan semua alasanmu saat kau sudah sampai rumah.SEKARANG!!" ucap Rose dan langsung mengakhiri pangilannya.
"Tunggu seben_,,," Nayla tak smpat menyelesaikan kalimatnya.hanya bisaa mendesah pelan.
"Hhaahh,,,dia benar-benar marah" gumamnya pelan, tapi cukup untuk di dengar pria di sampingnya.
"Kakakmu?"tanya nya.
"Ahh bukan,dia bisa di sebut sahabat"jawab Nayla
"Apa artinya itu.?'BISA.'?" tanya dia lagi sambil menaikan alisnya. Nayla menoleh menatapnya dan manyadari dia masih memakai maskernya.
"Lebih dari sahabat" jawab Nayla singkat. Pria itu mengangguk mengerti.
"Sepertinya kamu harus pulang. Jari tanganmu mulai berkerut. Kamu berada di sini selama itu wajar saja dia marah. Kamu juga terlihat pucat" kata pria itu tulus.
Nayla terdiam dan berpikir sejenak, merasa pria didepannya bisa memperhatikan hal sederhana dengan begitu baik, kemudian mengangguk. Pria itu melepas jaketnya dan menyodorkan jaketnya pada Nayla.
Tapi, Nayla mendorong lagi tangannya dan menolak dengan halus, tanpa menyadari tangannya telah menyentuh tangan si pria.
"Terima kasih,tapi tidak perlu, rumahku tak jauh dari taman ini." ucap Nayla tersenyum ramah.
Pria itu pun tak memaksa, walaupun sedikit kecewa dia mengerti.
"Sepertinya orang yang kamu tunggu benar-benar tak datang. Berhati-hatilah saat berjalan pulang" sarannya.
"Baikalah,aku pulang dulu. Semoga beruntung untukmu" kata Nayla sambil melambaikan tangannya yang segera di balas pria itu.
Mereka pun berjalan berlawanan arah. Untuk sesaat Nayla menoleh kebelakang dan menatap punggung pria itu yang berjalan semakin menjauh.
"Apakah dia nyaman tanpa melepas maskernya.Ahh aku bahkan lupa menanyakan namanya.padahal tadi sempat mengobrol dengan nyaman" pikir hatinya.
Setelah mengangkat kedua bahunya dia pun berbalik meneruskan langkahnya. Tanpa diduga, pria itu juga melakukan hal yang sama tanpa Nayla sadari. Dia menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang menatap punggung Nayla.
"Dia manis sekali.Tanganya sampai sedingin itu hanya untuk menunggu seseorang.Entah kenapa aku jadi sangat ingin melindunginya."bisik hatinya.
Kemudia dia tersentak"Aargghhh,,,kenapa aku tak menyanyakan nama nya?" katanya dalam hati sambil melepas topinya dan mengacak acak rambutnya.merasa kesal. "Gadis kacamata.semoga kita bertemu lagi"gumamnya pelan dan tersenyum cerah.dia pun berbalik melanjutkan lagakahnya.
...****...
Seorang pria dengan jaket dan topi hitam juga memakai masker menutupi sebagian wajahya tengah berjalan gontai memasuki sebuah gedung.
Dia memasuki sebuah ruangan yang setiap dinding nya di penuhi cermin dan lampu yang menyala terang.Di alam ruangan ada lima orang lain yang sedang berkumpul duduk di lantai melingakar membicarakan sesuatu.
Seketika mereka diam saat pria itu masuk dan menatap dengan wajah penasaran. Dengan lesu dia melepas topi dan maskernya.Tanpa mengatakan apapun dia menjatuhkan tubuhnya ke lantai,menutupi wajahnyaya mengunakan topi dan mendesah putus asa.
Salah satu dari mereka bangun dari duduknya dan mendekati pria itu, berdiri di samping tubuhnya.
"Kau tak menemukan dompetnya Jo?"tanyanya.
"Tidak." jawabnya singkat
"sepertinya memang kita harus menuggu pihak berwajib menghubungi kita, lagi pula kita sudah membuat laporan" katanya lagi sambil perlahan duduk di sampingnya dan menepuk bahunya.
"Kau kan sudah mencarinya Rory, kau bahkan mencari setelah kita turun dari panggung dan baru kembali. Kita hanya bisa berharap yang menemukan dompetmu bukan oang yang akan memanfaatkan keadaan," timpal yang lain
Rory pun menghembuskan nafas pelan dan bangkit, duduk dengan menyilangkan kaki nya berhadapan dengan kakaknya kevin yang duduk di sampingnya.
"Semoga saja yang kamu katakan benar Thomas" kata Rory pelan pada thomas yang berdiri di belakang Kevin.
Manajer mereka teringat sesuatu yang membuatnya bertanya pada Rory.
"Bukankah kau pernah menyimpan kartu nama ku di dalam dompet mu Rory?" tanya manager.
"Ya,,Aku menyimpannya.Kenapa?"tanya Rory.
"Di sana ada nomor ponselku," kata manager
"Martin,, aku tau itu.Yang aku khawatirkan adalah seseorang bisa saja menyalahgunakan kartu identitasku.Banyak orang yang mengenal siapa kita," ujar Rory sedikit kesal.
"Tenanglah,,," sela kevin sambil menepuk bahu Rory. "Aku sudah mengatisipasi hal itu.Kita hanya harus bersabar dan menunggu" lanjutnya
"Ini sudah tengah malam,dan masih tak ada yang menghubungi" kata Rory lagi
"Kita latihan saja yuk." celetuk dua orang kembar bersamaan, menghadirkan tawa kecil diantara mereka.
"Seperti biasa. Ethan dan Nathan yang selalu mengatakan hal tak terduga" kata kevin masih tersenyum, lalu menepuk bahu Rory lagi dan berkata
"Tak ada gunanya mengkhawatirkan yang tak pasti, kita tunggu sampai besok, semoga ada kabar baik."katanya sambil mengulurkan tangan pada Rory yang segera menyambut tangan kevin dan berdiri.
"Baiklah,kita tunggu sampai besok"
"Kalian yakin ingin berlatih setelah tadi tampil" tanya Martin tak percaya.
"Setidaknya sayangi tubuh kalian, kalian perlu istirahat"lanjutnya
"Hanya peregangan untuk mengalihkan perhatian Martin."jawab Thomas yang di sambut anggukan semua orang.
"Hanya lima belas menit.kami janji" timpal Ethan
"Benar, latihan menjadi obat terbaik saat Rory stres bukan?"sambung Nathan
"Baiklah,,,baiklah,,,kalian menang.Tapi benar hanya lima belas menit saja.Setelah itu kalian harus ke kamar masing masing!" perintahnya
"SIAP."jawab mereka serentak
Mereka pun berkumpul di tengah ruangan untuk mulai berlatih.saat bersiap untuk berlatih.Tiba tiba ponsel Martin berbunyi, mengalihkan perhatian mereka pada Martin.
Perlahan Martin menarik ponsel dari saku celananya.Nomor tak di kenal tertulis di layar ponsel.Perlahan ia pun mengeser layar ponsel untuk menerima panggilan dan menghidupkan pengeras suara.
"Hallo,,."Martin menjawab dengan suara pelan.
"Hallo,,selamat malam,,,Ahh maaf saya menghubungi anda selarut ini.Bisakah saya berbicara dengan Tuan Rory Ace Jordan" kata suara wanita di seberang telepon.Semua pun terkejut dan tanpa aba-aba berlari mengerubungi Martin.mendengaarkan wanita di seberang telepon
...*****...
Pada saat yang sama.
Nayla berjalan meninggalkan taman.Setelah berjalan beberapa menit dia pun berbelok menyeberang jalan dan masuk ke sebuah gedung empat lantai dengan beberapa pohon di depannya.Dengan tenang Nayla berjalan memasuki lift setelah menekan kode apartemennya untuk membuka pintu dan menyapa petugas keamaan yang berjaga di dekat pintu utama.Nayla pun menekan tombol 4.pintu lift pun tertutup dan terbuka saat sampai di lantai 4.Nayla berjalan tenang saat akan masuk ke apartemennya.Sebelum Nayla sempat mengeluarkan kunci,pintu terbuka.Tampak Rose berdiri dibalik pintu melipat tangannya.
"Maaf Rose" kata Nayla sebelum masuk."Ada hal mendesak dan aku benar-benar lupa waktu"lanjutnya smbil menutup pintu.
Nayla melepas heels nya dan menganti dengan sandal rumah.
"kau tau kenapa aku marah, Nay?"Tanya Rose.
"Ayolah,,,jangan marah.kali ini aku benar-benar tak sengaja.Dan tentu saja aku tau alasanmu marah.kau khawatir padaku, dan kesehatanku belum pulih total" kata Nayla pelan.
Rose meghembuskan nafas keras.perlahan raut wajahnya berubah melembut.
"Aku di sini bukan untuk memarahimu, tapi mengantarkan ini"kata Rose sambil menunjuk meja.
Nayla pun mengikuti arah yang di tunjuk. Sebuah Trophy dan beberapa hadiah memenuhi meja. Beberapa dokumen juga tersusun rapi di sebelah Trophy.
"Dokumen ini,,," Nayla menggantung kalimatnya dengan jari menunjuk dokumen itu.
"Besok ada dua pertemuan yang harus kau hadiri. Salah satunya di adakan pagi. ini penting! untukmu dan untuk perusahaan."jelas Rose.
"Aku akan atur jadwal baru untuk besok, pastikan kau cukup istirahat, akan aku kirim detailnya besok"lanjutnya
Nayla mengangguk mengerti.Rose pun bersiap pergi setelah membereskan barang miliknya dan melangkah mendekati pintu.sebelum tangannya membuka pintu Rose menoleh pada nayla.
"Selamat atas nominasi mu, Nay"kata Rose sambil tersenyum
"Terima kasih Rose,hadiah darimu adalah yang paling menarik dari semua hadiah ini,dan terbaik."kata Nayla tersenyum lembut
"Aku pulang dulu"kata Rose dengan senyum di bibirnya.'Dasar dia benar benar langsung tau mana hadiah dariku tanpa ku beritau,' bisikya dalam hati.Rose pun menutup pintu.
Hening,,,
Nayla menatap barang di atas meja dan mengambil paper bag coklat dengan pita di tengahnya.dia pun mengeluarkan isi nya tapi terhenti saat ingat akan sesuatu.Segera dia mengeluarkan dompet yang di selipkan kedalam buku dari dalam tasnya.
"Bisa bisanya aku melupakan ini,"gumam Nayla.
Perlahan Nayla membuka dompet itu.Terdapat kartu nama, kartu identitas,sim dan beberapa kartu kredit juga beberapa lembar uang.
Dahinya berkerut saat menyadari kartu identitas dan kartu nama memiliki nama yang berbeda.sedangakan sim dan kartu identitas memiliki nama yg sama
"Rory Ace Jordan" Nayla membaca pelan dan kartu nama dengan nama Marques Martin juga nomor ponsel di bawahnya.
"Sepertinya hanya ini yang bisa di lakukan untuk mengetahui pemilik dompet ini" ucap Nayla pelan.
Tanpa pikir panjang Nayla menekan nomor yang tertera untuk melakukan panggilan.Setelah beberapa saat panggilan pun tehubung.
"Hallo,," suara pelan dari seberang telepon membuat Nayla tersadar dan dengan cepat melihat jam tangannya yang belum di lepas.
01.30 am.mata nya terbelalak menyadari apa yang sudah dia lakukan.Dengan cepat mengatur nafas dan suaranya agar tak terdengar gugup
"Hallo,,,Selamat malam,,,Ahh maaf saya menghubungi anda selarut ini.Bisakah saya berbicara dengan Tuan Rory Ace Jordan."Kata Nayla tenang
"Dengan siapa saya berbicara"kata suara di telepon
"Saya Nayrela.Apakah anda tuan Rory?"tanya Nayla waspada.
"Saya Martin. Teman dari Rory. Maaf ada perlu apakah anda dengan Rory?"tanya Martin.
"Ahh syukurlah,,sepertinya nomor yang saya hubungi benar." sambut Nayla lega.
"Begini saya tak sengaja menemukan dompet dengan kartu identitas atas nama Rory. Saya menyesal karena tidak menghubungi anda lebih cepat karena beberapa alasan.jadi saya_,,," kalimat Nayla terhenti saat mendengar suara ribut dari seberang telepon.
"Berikan ponselmu Martin!" suara orang lain terdengar.
"Hentikan, Rory!" suara yang bebeda muncul lagi.
"Kenapa kalian jadi ribut sih" lagi. suara yg berbeda
"Maaf maaf atas keributan kami."jawab seseorang yang berbeda.
"Saya Rory.Saya benar-benar berterima kasih karena anda mengubungi nomor ini.itu benar benar berarti" ucap Rory.
"Tadi anda belum menyelesikan kalimat anda, maaf bisakah anda mengulangnya?" pinta Rory.
"Tak ada yang begitu penting sebenarnya." jawab Nayla.
"Baik begini tuan Rory,saya ingin mengembalikan dompet anda.jadi _,,," sebelum Nayla menyelsaikan kalimatya rory lebih dulu memotong
"Tidak,,,tidak,,,Begini saja,,Biarkan saya yang menemui anda. Bagaimana?" kata Rory. "Besok siang?" imbuhnya
"Baiklah.jika anda memiih seperti itu" jawab Nayla.
"Tapi, saya minta maaf.Saya memiliki pekerjaan yang tak bisa di tinggalkan besok,jika anda tidak keberatan saya bisa bertemu anda lusa."kata Nayla ragu
"Sepakat,!" jawab Rory cepat "Saya akan menghubungi anda dengan nomor pribadi saya nanti." tambahnya.
"Baiklah.saya akan mengirimkan detailnya sebagai gantinya." jawab Nayla
"Berapa banyak bayaran yang kau mau untuk hal ini?" celetuk Martin di sertai suara tamparan keras.
"Apa maksudmu berkata begitu?" bentak Rory.Nayla yang mendengar keributan itu hanya tersenyum maklum.
"Saya mengerti maksud anda tuan.Dalam hal ini saya tidak menargetkan apapun," jawab Nayla tenang.
"Saya akan mengirim pesan kepada anda, mohon maaf atas ucapan yang tidak menyenagkan tadi," sesal Rory merasa tidak enak.
"Tak masalah.Saya akan anggap tidak mendengarnya," jawab Nayla santai.
"Sepertinya saya harus mengakhiri panggilan ini karena sudah cukup larut. Selamat malam" kata nayla.
"Ahhh baiklah,,,Terima kasih banyak nona.Selamat malam" balas Rory .
panggilan pun berakhir.sedetik kemudian "Bodoh.Aku asal menghubungi orang asing di jam lewat tengah malam" gerutu Nayla sambil menepuk dahinya.Dia pun meletakan ponselnya bersiap untuk tidur setelah membersihan diri.Saat berbaring Nayla berpikir.
"Aneh,kenapa aku seperti pernah mendengar suaranya,tapi di mana?" gumamnya pelan.Memilih melupakan dan tak terasa Nayla pun terlelap .
Sementara itu Rory dan teman temannya masih meributkan tentang Nayla.
"Kau yakin dia benar benar menemukan dompetmu" tanya Kevin.
"Sangat yakin"jawab Rory pasti.
"Tapi dia mengatakan menemukan dompet dan tidak langsung menghubungi karena kendala" kata Martin tak percaya. "Dan, dia bilang lusa baru bisa mengembalikan dompetmu.Apa kau pikir itu tidak aneh?" kata Martin menambahkan.
"Martin,ucapanmu mu keterlaluan. Instingku mengatakan dia berkata benar, dan entah kenapa sekarang aku benar-benar tenang." ucap Rory
"Saat ini kita hanya bisa mempercayai wanita itu kan?" kata Thomas menengahi."Aku juga merasa dia tak berbohong" tambahnya.
"Lebih baik kita istirahat sekarang" sela Nathan.
"Setidaknya ketegangan malam ini sedikt mencair" timpal Ethan menambahkan.
Semua pun setuju, sementara itu Rory tengah memindahkan nomor Nayla ke ponsel miliknya dan berjalan menuju kamarnya.Rory pun menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur setelah selesai membersihkan diri. Menatap ponsel yang tertera nomor Nayla di layarnya.
"Suaranya terdengar tak asing."gumamnya pelan, beberapa saat kemudian Rory terlelap dengan masih mengenggam ponselnya
...♡♡♡♡♡...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Arvilia_Agustin
Mampir ni ka cerita nya menarik dan bagus per bab dulu ya ka nanti di lanjut lagi
2024-07-12
1
marrydiana
🌹 mendarat juga buat kakak😆
2024-01-29
2
Teteh Lia
aq kesini kak, karena penasaran sama kisah Nayla dan Rory.. 🤭
2024-01-23
1